Lompat ke isi

Muslim bin Aqil: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16: Baris 16:
  | image = Shrine of Muslim b. Aqil.JPG
  | image = Shrine of Muslim b. Aqil.JPG
  | image size =  
  | image size =  
  | caption = Makam Muslim di samping [[masjid Kufah]]
  | caption = Makam Muslim di samping [[Masjid Kufah]]
  | Nama Lengkap = Muslim bin Aqil
  | Nama Lengkap = Muslim bin Aqil
  | Sahabat dari= Imam Husain as
  | Sahabat dari= Imam Husain as
Baris 35: Baris 35:
  | Aktivitas = Duta utusan Imam Husain as di [[Kufah]] • Ikut serta bersama Imam Ali dalam [[Perang Shiffin]]
  | Aktivitas = Duta utusan Imam Husain as di [[Kufah]] • Ikut serta bersama Imam Ali dalam [[Perang Shiffin]]
}}
}}
'''Muslim bin Aqil bin Abi Thalib''' (bahasa Arab: {{ia|مسلم بن عقیل بن أبي طالب}} ) (syahid: 60 H/680) dari keluarga [[Abu Thalib]] adalah sepupu [[Imam Husain as]] dan duta utusannya di Kufah ketika kebangkitan Asyura. Muslim hadir dalam sebagian penaklukan kaum muslimin dan juga dalam [[Perang Shiffin]]. Dia pergi ke [[Kufah]] sebagai perwakilan Imam Husain as untuk melaporkan kepada Imam Husain as akan  kondisi dan situasi terakhir dari kota tersebut jika penduduk Kufah dalam undangan dan ajakan mereka yang ditujukan kepada Imam Husain as adalah benar adanya, Imam akan datang ke sana. Dia dalam laporannya kepada Imam memberitakan akan kesiapan penduduk Kufah dalam menyambut kedatangannya. Dengan pengangkatan dan pelantikan [[Ubaidillah bin Ziyad]] sebagai gubernur dan penguasa Kufah, membuat penduduk Kufah berada dalam ketakutan sehingga mencabut dukungan mereka kepada Muslim bin Aqil. Tidak lama kemudian, Muslim bin Aqil berhasil ditangkap dan atas perintah Ubaidillah ia dibunuh pada [[hari Arafah]] tahun 60 H.
'''Muslim bin Aqil bin Abi Thalib''' (bahasa Arab: {{ia|مسلم بن عقیل بن أبي طالب}} ) (syahid: 60 H/680) dari keluarga [[Abu Thalib]] adalah sepupu [[Imam Husain as]] dan duta utusannya di Kufah ketika kebangkitan Asyura. Muslim hadir dalam sebagian penaklukan kaum muslimin dan juga dalam [[Perang Shiffin]]. Dia pergi ke [[Kufah]] sebagai perwakilan Imam Husain as untuk melaporkan kepada Imam Husain as akan  kondisi dan situasi terakhir dari kota tersebut jika penduduk Kufah dalam undangan dan ajakan mereka yang ditujukan kepada Imam Husain as adalah benar adanya, Imam akan datang ke sana. Dia dalam laporannya kepada Imam memberitakan akan kesiapan penduduk Kufah dalam menyambut kedatangannya. Dengan pengangkatan dan pelantikan [[Ubaidillah bin Ziyad]] sebagai gubernur dan penguasa Kufah, membuat penduduk Kufah berada dalam ketakutan sehingga mencabut dukungan mereka kepada Muslim bin Aqil. Tidak lama kemudian, Muslim bin Aqil berhasil ditangkap dan atas perintah Ubaidillah ia dibunuh pada [[hari Arafah]] tahun 60 H/680.


Peristiwa kesendirian dan kesyahidannya di Kufah merupakan salah satu momen penting di tengah-tengah kalangan kaum [[Syiah]] untuk mengenangnya dengan kidungan duka yang dibaca pada hari Arafah dan terkadang di hari pertama bulan [[Muharram]].
Peristiwa kesendirian dan kesyahidannya di Kufah merupakan salah satu momen penting di tengah-tengah kalangan kaum [[Syiah]] untuk mengenangnya dengan kidungan duka yang dibaca pada hari Arafah dan terkadang di hari pertama bulan [[Muharram]].


==Nasab, Hari Kelahiran dan Kesyahidannya==
==Nasab, Hari Kelahiran dan Kesyahidannya==
Hari kelahiran Muslim bin Aqil tidak dapat dipastikan. Ia syahid pada [[9 Dzulhijjah]] 60 H. Menurut sebagian laporan, ia ketika syahid berusia 28 tahun, namun penerimaan riwayat ini tidak kosong dari kejanggalan. sebab, umur anak-anak Muslim yang syahid di [[peristiwa Asyura]] dilaporkan berusia 27 dan 26 tahun.<ref>Pur Amini, Chehreha dar Hamase-e Karbala'', hlm. 167</ref> sebagian sejarawan dengan bersandar pada riwayat-riwayat yang menjelaskan kehadiaran Muslim di beberapa penaklukan dan di [[perang Siffin]] berpendapat bahwa dia ketika syahid berusia lebih dari 50 tahun.<ref>Tihami, ''Muslim bin Aqil sebelum peristiwa Asyura'', hlm.99</ref> Kubur Muslim terletak di bagian timur [[masjid Kufah]]. <ref> Sayid al-Barraqi, ''Tarikhul Kufah'', hlm.98</ref>
Hari kelahiran Muslim bin Aqil tidak dapat dipastikan. Ia syahid pada [[9 Dzulhijjah]] 60 H. Menurut sebagian laporan, ia ketika syahid berusia 28 tahun, namun penerimaan riwayat ini tidak kosong dari kejanggalan. Sebab, umur anak-anak Muslim yang syahid di [[Peristiwa Asyura]] dilaporkan berusia 27 dan 26 tahun.<ref>Pur Amini, Chehreha dar Hamase-e Karbala'', hlm. 167</ref> Sebagian sejarawan dengan bersandar pada riwayat-riwayat yang menjelaskan kehadiaran Muslim di beberapa penaklukan dan di [[Perang Shiffin]] berpendapat bahwa dia ketika syahid berusia lebih dari 50 tahun.<ref>Tihami, ''Muslim bin Aqil sebelum peristiwa Asyura'', hlm.99</ref> Kubur Muslim terletak di bagian timur [[Masjid Kufah]]. <ref> Sayid al-Barraqi, ''Tarikhul Kufah'', hlm.98</ref>


Ayahnya adalah [[Aqil]], putra dari [[Abu Thalib]] <ref>Ibn Abdul Bar, ''al-Isti'āb'', jld. 3, hlm. 1079. </ref> yang dikenal sebagai paling fasihnya orang Arab <ref>Ibn Abdul Bar, ''al-Istidzkār'', jld. 8, hlm. 249. </ref> dari suku [[Qurasy]]. Ibunya adalah seorang budak yang dibeli oleh Aqil di kota [[Syam]]. <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibiyyin'', hlm. 52. </ref> Baladzuri menyebutkan namanya adalah Aliyah (atau Haliyah). <ref>Al-Balādzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 3, hlm. 224. </ref>
Ayahnya adalah [[Aqil]], putra dari [[Abu Thalib]] <ref>Ibn Abdul Bar, ''al-Isti'āb'', jld. 3, hlm. 1079. </ref> yang dikenal sebagai paling fasihnya orang Arab <ref>Ibn Abdul Bar, ''al-Istidzkār'', jld. 8, hlm. 249. </ref> dari suku [[Qurasy]]. Ibunya adalah seorang budak yang dibeli oleh Aqil di kota [[Syam]]. <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibiyyin'', hlm. 52. </ref> Baladzuri menyebutkan namanya adalah Aliyah (atau Haliyah). <ref>Al-Balādzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 3, hlm. 224. </ref>


[[Ibnu Habban]] (wafat 345 H) salah seorang ulama [[Ahlusunnah]] menulis, “Muslim bin Aqil bin Abi Thalib Hasyimi, panggilan akrabnya Abu Daud di kalangan keturunan [[Abdul Muthalib]] ia sangat mirip dengan [[Nabi Muhammad saw]]. Ia termasuk dalam golongan [[sahabat|sahabat Nabi Muhammad saw]]. <ref>Ibn Haban, ''al-Tsiqāt'', jld. 5, Muassasah al-Kutub al-Tsaqifah, hlm. 391, 1393 H. </ref>
[[Ibnu Habban]] (wafat 345 H) salah seorang ulama [[Ahlusunah]] menulis, "Muslim bin Aqil bin Abi Thalib Hasyimi, panggilan akrabnya Abu Daud di kalangan keturunan [[Abdul Muthalib]] ia sangat mirip dengan [[Nabi Muhammad saw]]. Ia termasuk dalam golongan [[sahabat|sahabat Nabi Muhammad saw]]". <ref>Ibn Haban, ''al-Tsiqāt'', jld. 5, Muassasah al-Kutub al-Tsaqifah, hlm. 391, 1393 H. </ref>


[[Baladzuri]] memperkenalkan Muslim sebagai putra Aqil yang paling pemberani. <ref>Al-Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 2, hlm. 77. </ref> Ia dimakamkan di sisi [[Masjid Kufah]] di [[Irak]]. <ref>Baladzuri, ''Ansabul Asyraf'', jld.2, hlm.
[[Baladzuri]] memperkenalkan Muslim sebagai putra Aqil yang paling pemberani. <ref>Al-Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 2, hlm. 77. </ref> Ia dimakamkan di sisi [[Masjid Kufah]] di [[Irak]]. <ref>Baladzuri, ''Ansabul Asyraf'', jld.2, hlm.
Baris 51: Baris 51:


==Istri dan Keturunannya==
==Istri dan Keturunannya==
[[Abu al-Farj al-Isfahani]] menulis, “Muslim tidak memiliki keturunan. <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibin'', hlm. 52. </ref>Namun oleh sejarawan lain, ia diyakini memiliki anak laki-laki dan perempuan. Thabari misalnya, berpendapat salah satu putranya bernama Abdullah bin Muslim bin Aqil, yang terbunuh di [[Karbala]] oleh Amru bin Shabih Shadai yang memanahnya dan tepat kena didahinya, yang menyebabkan kesyahidannya.<ref>''Tārikh Thabari'', jld. 4, hlm. 341. </ref>
[[Abu al-Farj al-Isfahani]] menulis, "Muslim tidak memiliki keturunan". <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibin'', hlm. 52. </ref>Namun oleh sejarawan lain, ia diyakini memiliki anak laki-laki dan perempuan. Thabari misalnya, berpendapat salah satu putranya bernama Abdullah bin Muslim bin Aqil, yang terbunuh di [[Karbala]] oleh Amru bin Shabih Shadai yang memanahnya dan tepat kena didahinya, yang menyebabkan kesyahidannya.<ref>''Tārikh Thabari'', jld. 4, hlm. 341. </ref>


Thabari menulis, ibu dari Abdullah bin Muslim bernama Ruqayyah, putri [[Imam Ali as]], dan ibu dari Ruqayyah adalah seorang mantan budak. Sebagian sejarawan lainnya berpendapat, yang membunuh Abdullah adalah Asid bin Malik al-Khadrami. <ref>Thabari, jld. 4, hlm. 359. </ref>
Thabari menulis, ibu dari Abdullah bin Muslim bernama Ruqayyah, putri [[Imam Ali as]], dan ibu dari Ruqayyah adalah seorang mantan budak. Sebagian sejarawan lainnya berpendapat, yang membunuh Abdullah adalah Asid bin Malik al-Khadrami. <ref>Thabari, jld. 4, hlm. 359. </ref>
Baris 65: Baris 65:
Ibn Makula memberikan catatan bahwa Muslim bin Aqil juga memiliki putri bernama Ummu Hamidah, yang kemudian menikah dengan Abdullah bin Muhammad bin Aqil bin Abi Thalib, dan melahirkan seorang putra bernama Muhammad. <ref>Ibnu Makula, ''Ikmāl al-Kamāl'', jld. 6, hlm. 235. </ref> Pada sebagian literatur lainnya menyebutkan putri Muslim bin Aqil tersebut bernama Hamidah. <ref>Ibnu ‘Anabah, ''‘Umdah al-Thālib'', hlm. 32. </ref>
Ibn Makula memberikan catatan bahwa Muslim bin Aqil juga memiliki putri bernama Ummu Hamidah, yang kemudian menikah dengan Abdullah bin Muhammad bin Aqil bin Abi Thalib, dan melahirkan seorang putra bernama Muhammad. <ref>Ibnu Makula, ''Ikmāl al-Kamāl'', jld. 6, hlm. 235. </ref> Pada sebagian literatur lainnya menyebutkan putri Muslim bin Aqil tersebut bernama Hamidah. <ref>Ibnu ‘Anabah, ''‘Umdah al-Thālib'', hlm. 32. </ref>


[[Thabarsi]] menulis, “Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib As adalah istri Muslim bin Aqil yang melahirkan putra-putra  bernama Abdullah, yang syahid di Karbala, Ali dan Muhammad.<ref>Al-Thabarsi, ''I'lām al-Wara bi ‘Alām al-Huda'', jld. 1, hlm. 397. </ref>
[[Thabarsi]] menulis, "Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib As adalah istri Muslim bin Aqil yang melahirkan putra-putra  bernama Abdullah, yang syahid di Karbala, Ali dan Muhammad".<ref>Al-Thabarsi, ''I'lām al-Wara bi ‘Alām al-Huda'', jld. 1, hlm. 397. </ref>


[[Ibnu Qutaibah]] berkenaan dengan keturunan Muslim bin Aqil menulis, “Abdulllah dan Ali –yang ibunya bernama Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib-, Muslim bin Muslim dan Abdul Aziz.<ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Ma'ārif'', hlm. 204. </ref> Untuk kedua putranya yang terakhir ini, Ibnu Qutaibah tidak menuliskan mengenai ibunya.
[[Ibnu Qutaibah]] berkenaan dengan keturunan Muslim bin Aqil menulis, "Abdulllah dan Ali –yang ibunya bernama Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib-, Muslim bin Muslim dan Abdul Aziz".<ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Ma'ārif'', hlm. 204. </ref> Untuk kedua putranya yang terakhir ini, Ibnu Qutaibah tidak menuliskan mengenai ibunya.


Baladzuri menulis bahwa keturunan Muslim bin Aqil adalah, “Abdullah dan Ali yang ibunya adalah Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib as. Muslim bin Muslim yang ibunya berasal dari Thaifah bani ‘Amir bin Sha'sha'a, Abdullah yang ibunya seorang mantan budak dan Muhammad.Yang terakhir ini, Baladzuri tidak menuliskan apa-apa mengenai ibunya. <ref>Al-Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 2, hlm. 70-71. </ref>
Baladzuri menulis bahwa keturunan Muslim bin Aqil adalah, "Abdullah dan Ali yang ibunya adalah Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib as. Muslim bin Muslim yang ibunya berasal dari Thaifah bani 'Amir bin Sha'sha'a, Abdullah yang ibunya seorang mantan budak dan Muhammad". Yang terakhir ini, Baladzuri tidak menuliskan apa-apa mengenai ibunya. <ref>Al-Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 2, hlm. 70-71. </ref>


Baladzuri berpendapat nama ibu dari Ruqayyah adalah Shahba. Ia menulis, “Dia adalah Ummu Habiba binti Habib bin Bajuiz Taghlabi yang berasal dari daerah ‘Ain al Tamr.Baladzuri menambahkan, “Ruqayya menikah dengan Muslim bin Aqil bin Abi Thalib.<ref>Al-Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 2, hlm. 192. </ref>
Baladzuri berpendapat nama ibu dari Ruqayyah adalah Shahba. Ia menulis, "Dia adalah Ummu Habiba binti Habib bin Bajuiz Taghlabi yang berasal dari daerah ‘Ain al Tamr". Baladzuri menambahkan, "Ruqayyah menikah dengan Muslim bin Aqil bin Abi Thalib". <ref>Al-Baladzuri, ''Ansāb al-Asyrāf'', jld. 2, hlm. 192. </ref>


Sebagian dari literatur sejarah, dari dua putra Muslim yang disebutkan, setelah kesyahidan Imam Husain as, keduanya menjadi tawanan dan setelah dipenjara di Kufah, atas perintah [[Ibnu Ziyad |Ubaidullah bin Ziyad]] keduanya dibunuh di penjara. <ref>Al-Shaduq, ''al-Amāli'', hlm. 143-148. </ref>
Sebagian dari literatur sejarah, dari dua putra Muslim yang disebutkan, setelah kesyahidan Imam Husain as, keduanya menjadi tawanan dan setelah dipenjara di Kufah, atas perintah [[Ibnu Ziyad |Ubaidullah bin Ziyad]] keduanya dibunuh di penjara. <ref>Al-Shaduq, ''al-Amāli'', hlm. 143-148. </ref>
Baris 85: Baris 85:


===Baiat Warga Kufah Kepada Muslim===
===Baiat Warga Kufah Kepada Muslim===
Ibnu ‘Asakir menulis, “Di Kufah 12 ribu orang menyatakan [[baiat]]nya kepada Imam Husain as melalui kesaksian Muslim bin Aqil.<ref>Ibnu Asakir, ''Tarikh Madinah Damasyq'', jld. 14, hlm. 213. </ref> Sebagian sejarahwan lainnya menyebutkan jumlah total warga Kufah yang berbaiat sebanyak 18 ribu orang <ref>Ibnu Qutaibah al-Dinawari, ''al-Akhbār al-Thawāl'', hlm. 235. </ref> dan sebagian lagi menyebutkan lebih dari 30 ribu orang. <ref>Ibnu Qutaibah al-Dinawari, ''al-Imamāh wa Siyāsah'', jld. 2, hlm. 8. </ref>
Ibnu 'Asakir menulis, "Di Kufah 12 ribu orang menyatakan [[baiat]]nya kepada Imam Husain as melalui kesaksian Muslim bin Aqil". <ref>Ibnu Asakir, ''Tarikh Madinah Damasyq'', jld. 14, hlm. 213. </ref> Sebagian sejarahwan lainnya menyebutkan jumlah total warga Kufah yang berbaiat sebanyak 18 ribu orang <ref>Ibnu Qutaibah al-Dinawari, ''al-Akhbār al-Thawāl'', hlm. 235. </ref> dan sebagian lagi menyebutkan lebih dari 30 ribu orang. <ref>Ibnu Qutaibah al-Dinawari, ''al-Imamāh wa Siyāsah'', jld. 2, hlm. 8. </ref>


Dengan banyaknya dari warga Kufah yang menyatakan baiatnya kepada Imam Husain as dan menyambut kedatangan Muslim bin Aqil dengan antusias, membuat mata-mata kerajaan menyampaikan hal tersebut kepada [[Yazid bin Muawiyah]] sambil menyebutkan bahwa Nu'man bin Basyir lemah sebagai penguasa Kufah, sehingga harus diganti dengan yang lain yang lebih mampu meredam suasana yang mengkhawatirkan bagi kekuasaan Yazid. Atas laporan tersebut, Yazid menurunkan Nu'man bin Basyir sebagai gubernur Kufah dan mengangkat [[Ubaidillah bin Ziyad]], gubernur [[Basrah]] saat itu, sekaligus sebagai penguasa di Kufah.<ref>Ibnu Qutaibah al-Dinawari, ''al-Akhbār al-Thiwāl'', hlm. 231. </ref>
Dengan banyaknya dari warga Kufah yang menyatakan baiatnya kepada Imam Husain as dan menyambut kedatangan Muslim bin Aqil dengan antusias, membuat mata-mata kerajaan menyampaikan hal tersebut kepada [[Yazid bin Muawiyah]] sambil menyebutkan bahwa Nu'man bin Basyir lemah sebagai penguasa Kufah, sehingga harus diganti dengan yang lain yang lebih mampu meredam suasana yang mengkhawatirkan bagi kekuasaan Yazid. Atas laporan tersebut, Yazid menurunkan Nu'man bin Basyir sebagai gubernur Kufah dan mengangkat [[Ubaidillah bin Ziyad]], gubernur [[Basrah]] saat itu, sekaligus sebagai penguasa di Kufah.<ref>Ibnu Qutaibah al-Dinawari, ''al-Akhbār al-Thiwāl'', hlm. 231. </ref>
Pengguna anonim