Lompat ke isi

Ismailiyah: Perbedaan antara revisi

122 bita dihapus ,  9 Januari 2017
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
imported>E.amini
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Akan dikerjakan}}
{{Akan dikerjakan}}
{{Islam Vertical}}
{{Islam Vertical}}
'''Ismailiyah''' (Bahasa Arab: {{ia|اسماعلیة}}) adalah nama umum dari sebuah kelompok yang meyakini bahwa setelah [[Imam Shadiq As]] keimamahan beralih kepada putranya [[Ismail bin Ja'far|Ismail]]  atau kepada cucunya, [[Muhammad bin Ismail]] dan dalam berbagai kawasan dan referensi disebut dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti [[Bathiniyah]],<ref>Berdasarkan keyakinannya pada makna batin teks agama (Shabari, ''Tarikh-e Ferq-e Islami'', jld. 2, hlm. 103).</ref> [[Ta’limiyah]],<ref>Karena para pengikut Ismailiyah meyakini bahwa urusan agama harus diajarkan oleh seorang imam maksum dan para utusannya. ''Ibid''.</ref> [[Sab’iyah]],<ref>Berdasarkan pada kenyataan bahwa kelompok ini adalah salah satu dari golongan yang paling utama pengikut tujuh Imam Syiah. ''Ibid''.</ref> [[Hasyisyiyah]], [[Mulahadah]] dan [[Qaramithah]].<ref>Karena sebagian dari mereka adalah pengikut [[Hamdan Qaramith]]. ''Ibid''.</ref><ref>Asy’ari, ''Al-Maqalat wa al-Firaq'', hlm. 213.</ref> Kelompok Ismailiyah yang terkenal adalah Bathiniyah dan Ta’limiyah.<ref>Lihat: Syahristani, ''Kitab al-Milal wa al-Nihal'', hlm.149.</ref>
'''Ismailiyah''' (Bahasa Arab: {{ia|الإسماعيلية}}) adalah nama umum dari sebuah kelompok yang meyakini bahwa setelah [[Imam Shadiq As]] keimamahan beralih kepada putranya [[Ismail bin Ja'far|Ismail]]  atau kepada cucunya, [[Muhammad bin Ismail]] dan dalam berbagai kawasan dan referensi disebut dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti [[Bathiniyah]],<ref>Berdasarkan keyakinannya pada makna batin teks agama (Shabari, ''Tarikh-e Ferq-e Islami'', jld. 2, hlm. 103).</ref> [[Ta'limiyah]],<ref>Karena para pengikut Ismailiyah meyakini bahwa urusan agama harus diajarkan oleh seorang imam maksum dan para utusannya. ''Ibid''.</ref> [[Sab'iyah]],<ref>Berdasarkan pada kenyataan bahwa kelompok ini adalah salah satu dari golongan yang paling utama pengikut tujuh Imam Syiah. ''Ibid''.</ref> [[Hasyisyiyah]], [[Mulahadah]] dan [[Qaramithah]].<ref>Karena sebagian dari mereka adalah pengikut [[Hamdan Qaramith]]. ''Ibid''.</ref><ref>Asy'ari, ''Al-Maqalat wa al-Firaq'', hlm. 213.</ref> Kelompok Ismailiyah yang terkenal adalah Bathiniyah dan Ta'limiyah.<ref>Lihat: Syahristani, ''Kitab al-Milal wa al-Nihal'', hlm.149.</ref>


[[Abul Khattab Muhammad bin Abi Zainab]] atau [[Muqlash bin Abil Khattab]] adalah seorang yang memiliki andil dalam keimamahan Ismail.<ref>Lihat: Masykur, ''Farhang-e Ferq-e Islami'', hlm. 47.</ref> Penjelasan terperinci tentang keyakinan Abul Khattab disebutkan dalam [[Ummul Kitab]] yang merupakan kitab tersembunyi para penganut Ismailiyah.<ref>Lihat: ''Ibid'', hlm 48.</ref>
[[Abul Khattab Muhammad bin Abi Zainab]] atau [[Muqlash bin Abil Khattab]] adalah seorang yang memiliki andil dalam keimamahan Ismail.<ref>Lihat: Masykur, ''Farhang-e Ferq-e Islami'', hlm. 47.</ref> Penjelasan terperinci tentang keyakinan Abul Khattab disebutkan dalam [[Ummul Kitab]] yang merupakan kitab tersembunyi para penganut Ismailiyah.<ref>Lihat: ''Ibid'', hlm 48.</ref>


==Faktor Kemunculan==
==Faktor Kemunculan==
 
Berdasarkan tradisi yang merebak ketika itu, tidak sedikit dari kelompok pengikut [[Syiah]] yang meyakini bahwa yang menjadi imam setelah Imam Shadiq As adalah anak tertuanya, yaitu Ismail. Namun ternyata Ismail meninggal dunia ketika Imam Shadiq As masih hidup. Kematian Ismail ini menimbulkan kekacauan dan perselisihan dalam penentuan imam setelah Imam Shadiq As. Sebagian orang meyakini bahwa tradisi peralihan imam tidak bisa berubah. Oleh karena itu, mereka mengatakan Ismail masih hidup dan suatu hari akan muncul sebagai [[Imam Mahdi Ajf|Al-Qaim]]. Sebagian kelompok lain yang meyakini bahwa selain khusus terjadi pada kasus [[Imam Hasan As]] dan [[Imam Husain As]], keimamahan tidak berpindah kepada saudaranya, maka kelompok ini meyakini [[imamah]] berpindah dari [[Ismail bin Ja'far]] ke anaknya, [[Muhammad bin Ismail]], dan bukan ke saudaranya, [[Imam Musa bin Ja'far As]]. Sekelompok lagi mempercayai adanya [[bada']] dengan meyakini keimamahan Musa bin Ja'far As. Silsilah para Imam [[Imamiyah|Syiah Itsna ‘Asyari]] (Syiah Dua Belas Imam) kemudian berlanjut dari jalur kelompok terakhir ini.<ref>Asy'ari, ''Al-Maqalat wa al-Firq'', hlm. 213-214.</ref>  
Berdasarkan tradisi yang merebak ketika itu, tidak sedikit dari kelompok pengikut [[Syiah]] yang meyakini bahwa yang menjadi imam setelah Imam Shadiq As adalah anak tertuanya, yaitu Ismail. Namun ternyata Ismail meninggal dunia ketika Imam Shadiq As masih hidup. Kematian Ismail ini menimbulkan kekacauan dan perselisihan dalam penentuan imam setelah Imam Shadiq As. Sebagian orang meyakini bahwa tradisi peralihan imam tidak bisa berubah. Oleh karena itu, mereka mengatakan Ismail masih hidup dan suatu hari akan muncul sebagai [[Imam Mahdi Ajf|Al-Qaim]]. Sebagian kelompok lain yang meyakini bahwa selain khusus terjadi pada kasus [[Imam Hasan As]] dan [[Imam Husain As]], keimamahan tidak berpindah kepada saudaranya, maka kelompok ini meyakini [[imamah]] berpindah dari [[Ismail bin Ja’far]] ke anaknya, [[Muhammad bin Ismail]], dan bukan ke saudaranya, [[Imam Musa bin Ja’far As]]. Sekelompok lagi mempercayai adanya [[bada’]] dengan meyakini keimamahan Musa bin Ja’far As. Silsilah para Imam [[Imamiyah|Syiah Itsna ‘Asyari]] (Syiah Dua Belas Imam) kemudian berlanjut dari jalur kelompok terakhir ini.<ref>Asy’ari, ''Al-Maqalat wa al-Firq'', hlm. 213-214.</ref>  
 


==Keyakinan-keyakainan Ismailiyah==
==Keyakinan-keyakainan Ismailiyah==
Baris 25: Baris 23:
#[[Ibrahim]] yang menjadi imam pada masanya adalah [[Ismail]].
#[[Ibrahim]] yang menjadi imam pada masanya adalah [[Ismail]].
#[[Musa]] yang menjadi imam pada masanya adalah [[Harun]].
#[[Musa]] yang menjadi imam pada masanya adalah [[Harun]].
#[[Isa]] yang menjadi imam pada masanya adalah  [[Syam’un]].
#[[Isa]] yang menjadi imam pada masanya adalah  [[Syam'un]].
#[[Muhammad Saw]] yang menjadi imam pada masanya adalah [[Ali As]].  
#[[Muhammad Saw]] yang menjadi imam pada masanya adalah [[Ali As]].  


Baris 37: Baris 35:
*'''Imam Asas:''' dia adalah penolong dan seorang yang dipercaya bagi rasul nathiq, washi dan penggantinya. Silsilah rentetan  
*'''Imam Asas:''' dia adalah penolong dan seorang yang dipercaya bagi rasul nathiq, washi dan penggantinya. Silsilah rentetan  
*'''Imam Mutim:'''Seseorang yang menjalankan risalah di penghujung masa.
*'''Imam Mutim:'''Seseorang yang menjalankan risalah di penghujung masa.
yakini adanya takwil pada ayat, hadis dan hukum-hukum syariat. Atas dasar ini mereka meyakini bahwa manusia membutuhkan kepada seorang imam yang akan menyingkap takwil dan makna batin dari semuanya. Dalam istilah Ismailiyah, imam dibagi menjadi uda jenis, Mustauda’ dan Mustaqar.
yakini adanya takwil pada ayat, hadis dan hukum-hukum syariat. Atas dasar ini mereka meyakini bahwa manusia membutuhkan kepada seorang imam yang akan menyingkap takwil dan makna batin dari semuanya. Dalam istilah Ismailiyah, imam dibagi menjadi uda jenis, Mustauda' dan Mustaqar.
* '''Imam Mustaqar:''' adalah seorang yang memiliki seluruh ciri keimamahan dan ia berhak melimpahkah imamah kepada anak-anaknya atau penggantinya.<ref>Masykur, ''Farhang-e Ferq-e Islami'', hlm. 49.</ref>
* '''Imam Mustaqar:''' adalah seorang yang memiliki seluruh ciri keimamahan dan ia berhak melimpahkah imamah kepada anak-anaknya atau penggantinya.<ref>Masykur, ''Farhang-e Ferq-e Islami'', hlm. 49.</ref>
* '''Imam Mustauda':''' adalah seorang anak imam, anak imam yang paling utama, mengetahui seluruh rahasia imamah dan orang yang paling mulia di zamannya. Ia bukan milik anak-anaknya dan imamah baginya adalah sebuah amanah.
* '''Imam Mustauda':''' adalah seorang anak imam, anak imam yang paling utama, mengetahui seluruh rahasia imamah dan orang yang paling mulia di zamannya. Ia bukan milik anak-anaknya dan imamah baginya adalah sebuah amanah.
Baris 77: Baris 75:


==Cabang-Cabang Ismailiyah==
==Cabang-Cabang Ismailiyah==
Berdasarkan pembagian dalam kitab [[Athlas Syi’ah]],<ref>''Ibid'', hlm. 29.</ref> kelompok-kelompok Ismailiyah terbagi sebagai berikut:
Berdasarkan pembagian dalam kitab [[Athlas Syi'ah]],<ref>''Ibid'', hlm. 29.</ref> kelompok-kelompok Ismailiyah terbagi sebagai berikut:
# '''[[Ismailiyah Khalishah]]'''; mereka meyakini bahwa keimamahan [[Ismail]] telah ditetapkan oleh ayahnya. Karena seorang imam tidak akan mengatakan sesuatupun selain kebenaran, maka tentunya [[Ismail]] pada hakikatnya belum meninggal dan ia adalah pengganti ayahnya.<ref>Sebagian meyakini [[Mubarak]] adalah gelar bagi [[Muhammad bin Ismail]]. Sebagian lagi menyebutkan sebagai gelar dari [[Ismail]] sendiri.</ref>
# '''[[Ismailiyah Khalishah]]'''; mereka meyakini bahwa keimamahan [[Ismail]] telah ditetapkan oleh ayahnya. Karena seorang imam tidak akan mengatakan sesuatupun selain kebenaran, maka tentunya [[Ismail]] pada hakikatnya belum meninggal dan ia adalah pengganti ayahnya.<ref>Sebagian meyakini [[Mubarak]] adalah gelar bagi [[Muhammad bin Ismail]]. Sebagian lagi menyebutkan sebagai gelar dari [[Ismail]] sendiri.</ref>
# '''[[Ismailiyah Mubarakiyah]]'''; mereka meyakini bahwa [[Imam Shadiq As]] menunjuk cucunya, [[Muhammad bin Ismail]], sebagai imam setelah [[Ismail]]. Hali ini karena keimamahan tidak dapat berpindah dari seorang saudara ([[Ismail bin Ja’far]]) ke saudaranya yang lain ([[Musa bin Ja’far]]), dan perkara ini hanya khusus berlaku pada [[Imam Hasan As]] dan [[Imam Husain As]]. Nama kelompok [[Mubarakiyah]] ini diambil dari nama pendirinya, yaitu [[Mubarak]].
# '''[[Ismailiyah Mubarakiyah]]'''; mereka meyakini bahwa [[Imam Shadiq As]] menunjuk cucunya, [[Muhammad bin Ismail]], sebagai imam setelah [[Ismail]]. Hali ini karena keimamahan tidak dapat berpindah dari seorang saudara ([[Ismail bin Ja'far]]) ke saudaranya yang lain ([[Musa bin Ja'far]]), dan perkara ini hanya khusus berlaku pada [[Imam Hasan As]] dan [[Imam Husain As]]. Nama kelompok [[Mubarakiyah]] ini diambil dari nama pendirinya, yaitu [[Mubarak]].
:# '''[[Qaramithah Bahrain]]'''; berbarengan dengan penyebaran dakwah Ismailiyah yang cepat, pada tahun 286 H terjadi pemisahan penting dalam kebangkitan Ismailiyah. [[Hamdan Qaramith]] menjadi pimpinan dakwah daerah di [[Irak]] dan wilayah sekitarnya sejak tahun 260 H dan melakukan surat menyurat secara teratur dengan para pimpinan [[Salamiyah]]. Ketika [[Ubaidillah]], pimpinan Ismailiyah, meninggal pada tahun 286 H, Hamdan Qaramith mengklaim imamah atas dirinya dan kakek-kakeknya yang menjadi para pimpinan pusat sebelumnya. Hamdan memutus hubungan dengan Salamiyah dan pimpinan pusat. Ia pun meminta mereka untuk menghentikan kegiatan dakwah di wilayah pengaruhnya. Tak lama setelah itu, Hamdan pun lenyap. [[‘Abdan]] (suami saudarinya) juga terbunuh dengan jebakan [[Zakrawiyah bin Mahdawiyah]], seorang pendakwah di [[Irak]] yang pada awalnya setia kepada Ubaidillah dan keyakinannya. Pada tahun yang sama, [[Abu Said Janabi]] yang diutus ke Bahrain oleh Hamdan dan ‘Abdan, menjadikan [[Bahrain]] sebagai pusat Qaramithah dan pencegah dari penyebaran pengaruh politik Fathimiyah di wilayah timur hingga tahun 470 H. Sementara itu, pengikut Ubaidillah berpusat di [[Yaman]]. Namun, [[Ali bin Fadhl]] di Yaman bergabung dengan kubu [[Qaramithah]] dan mendeklarasikan dirinya sebagai Mahdi Mau’ud. Sedangkan [[Ibn Khusyab]] tetap setia kepada Ubaidilah sampai akhir hayatnya. Zakrawiyah yang pada awalnya setia pada [[Ubaidilah]], kemudian bergabung dengan Qaramithah. Ia memimpin perlawanan-perlawanan kelompok Qaramithah di [[Syam]] dan [[Irak]]. Bahkan pada tahun 290 H ia menyerang basis Ubaidilah di [[Salamiyah]]. Kelompok Qaramithah tersebar di berbagai tempat seperti [[Jabal]], [[Khurasan]], [[Mawaranahr]], [[Fars]] dan lain sebagainya.
:# '''[[Qaramithah Bahrain]]'''; berbarengan dengan penyebaran dakwah Ismailiyah yang cepat, pada tahun 286 H terjadi pemisahan penting dalam kebangkitan Ismailiyah. [[Hamdan Qaramith]] menjadi pimpinan dakwah daerah di [[Irak]] dan wilayah sekitarnya sejak tahun 260 H dan melakukan surat menyurat secara teratur dengan para pimpinan [[Salamiyah]]. Ketika [[Ubaidillah]], pimpinan Ismailiyah, meninggal pada tahun 286 H, Hamdan Qaramith mengklaim imamah atas dirinya dan kakek-kakeknya yang menjadi para pimpinan pusat sebelumnya. Hamdan memutus hubungan dengan Salamiyah dan pimpinan pusat. Ia pun meminta mereka untuk menghentikan kegiatan dakwah di wilayah pengaruhnya. Tak lama setelah itu, Hamdan pun lenyap. [[‘Abdan]] (suami saudarinya) juga terbunuh dengan jebakan [[Zakrawiyah bin Mahdawiyah]], seorang pendakwah di [[Irak]] yang pada awalnya setia kepada Ubaidillah dan keyakinannya. Pada tahun yang sama, [[Abu Said Janabi]] yang diutus ke Bahrain oleh Hamdan dan ‘Abdan, menjadikan [[Bahrain]] sebagai pusat Qaramithah dan pencegah dari penyebaran pengaruh politik Fathimiyah di wilayah timur hingga tahun 470 H. Sementara itu, pengikut Ubaidillah berpusat di [[Yaman]]. Namun, [[Ali bin Fadhl]] di Yaman bergabung dengan kubu [[Qaramithah]] dan mendeklarasikan dirinya sebagai Mahdi Mau'ud. Sedangkan [[Ibn Khusyab]] tetap setia kepada Ubaidilah sampai akhir hayatnya. Zakrawiyah yang pada awalnya setia pada [[Ubaidilah]], kemudian bergabung dengan Qaramithah. Ia memimpin perlawanan-perlawanan kelompok Qaramithah di [[Syam]] dan [[Irak]]. Bahkan pada tahun 290 H ia menyerang basis Ubaidilah di [[Salamiyah]]. Kelompok Qaramithah tersebar di berbagai tempat seperti [[Jabal]], [[Khurasan]], [[Mawaranahr]], [[Fars]] dan lain sebagainya.
:# '''[[Fathimiyah]] Maroko dan Mesir''' (297-567 H); dibentuk pertama kali oleh [[Ubaidilah Mahdi]] di [[Ruqadah]], kemudian di [[Qairawan]] dan beberapa lama kemudian dibentuk di [[Kairo]]. Dengan dimulainya kepemimpinan [[Ubaidilah Mahdi]], masa ketersembunyian para imam dalam sejarah Ismailiyah pertama pun berakhir. Pemerintahan ini dihancurkan oleh [[Salahuddin al-Ayyubi]].
:# '''[[Fathimiyah]] Maroko dan Mesir''' (297-567 H); dibentuk pertama kali oleh [[Ubaidilah Mahdi]] di [[Ruqadah]], kemudian di [[Qairawan]] dan beberapa lama kemudian dibentuk di [[Kairo]]. Dengan dimulainya kepemimpinan [[Ubaidilah Mahdi]], masa ketersembunyian para imam dalam sejarah Ismailiyah pertama pun berakhir. Pemerintahan ini dihancurkan oleh [[Salahuddin al-Ayyubi]].
::# '''[[Deruzeyah]]'''; aliran ini muncul pada tahun 408 H melalui para pendakwah di [[Kairo]] (masjid Raidan). Namun pendiri sebenarnya aliran ini adalah [[Hamzah bin Ali bin Ahmad Zuzani]] yang dikenal dengan Al-Bad. Mereka meyakini ketuhanan (hakim dengan perintah Allah) dan bahkan para khalifah [[Dinasti Fathimiyah]] sebelumnya mulai dari Al-Qaim dan seterusnya meyakini hal yang sama. Aliran ini banyak berkembang dan tersebar di [[Wadi Taim]] yang terletak di wilayah [[Hasibiya]], [[Baniyan]] bagian utara, [[Halab Barat]], serta pegunungan [[Hirman]] dan [[Hauran]] yang saat ini terletak di [[Suriah]] dan [[Lebanon]]. Secara bertahap setelah tahun 435 H, dakwah kelompok Deruze dilakukan dalam bentuk masyarakat tertutup, dimana mereka tidak menerima anggota baru dan tidak pula mengizinkan pengikutnya murtad.
::# '''[[Deruzeyah]]'''; aliran ini muncul pada tahun 408 H melalui para pendakwah di [[Kairo]] (masjid Raidan). Namun pendiri sebenarnya aliran ini adalah [[Hamzah bin Ali bin Ahmad Zuzani]] yang dikenal dengan Al-Bad. Mereka meyakini ketuhanan (hakim dengan perintah Allah) dan bahkan para khalifah [[Dinasti Fathimiyah]] sebelumnya mulai dari Al-Qaim dan seterusnya meyakini hal yang sama. Aliran ini banyak berkembang dan tersebar di [[Wadi Taim]] yang terletak di wilayah [[Hasibiya]], [[Baniyan]] bagian utara, [[Halab Barat]], serta pegunungan [[Hirman]] dan [[Hauran]] yang saat ini terletak di [[Suriah]] dan [[Lebanon]]. Secara bertahap setelah tahun 435 H, dakwah kelompok Deruze dilakukan dalam bentuk masyarakat tertutup, dimana mereka tidak menerima anggota baru dan tidak pula mengizinkan pengikutnya murtad.
::# '''[[Nazariyah]]'''; dengan kematian [[Mustanshir]] Fathimi pada tahun 487 H, terjadi perpecahan di dalam [[Dinasti Fathimiyah]]. Mereka yang meyakini [[Nazar]] sebagai pemimpin–dengan memperhatikan dalil pergantian kepemimpinan Mustanshir kepada putranya, Nazar—dikenal sebagai kelompok Nazariyah.
::# '''[[Nazariyah]]'''; dengan kematian [[Mustanshir]] Fathimi pada tahun 487 H, terjadi perpecahan di dalam [[Dinasti Fathimiyah]]. Mereka yang meyakini [[Nazar]] sebagai pemimpin–dengan memperhatikan dalil pergantian kepemimpinan Mustanshir kepada putranya, Nazar—dikenal sebagai kelompok Nazariyah.
::# '''[[Musta’lawiyah]]'''; setelah kematian Mustanshir Fathimi pada tahun 487 H, mereka yang meyakini kepemimpinan [[Musta’la]] dikenal sebagai kelompok Musta’lawiyah.
::# '''[[Musta'lawiyah]]'''; setelah kematian Mustanshir Fathimi pada tahun 487 H, mereka yang meyakini kepemimpinan [[Musta'la]] dikenal sebagai kelompok Musta'lawiyah.
:::# '''[[Hafiziyah]]''' ('''Majidiah'''); pada tahun 526 H, [[Abdul Majid]] yang bergelar Al-Hafiz, salah seorang keponakan Amir, menduduki kekuasaan dan para penguasa [[Dinasti Fathimiyah]] hingga tahun 567 H berasal dari keturunannya. Kepemimpinan keluarga ini mengalami banyak kemajuan di Mesir dan Suriah. Namun, di Yaman para penguasa terakhir Bani Fathimiyah yang secara resmi diakui hanyalah para penguasa ‘Adn dan beberapa orang dari penguasa Shan’a. Kelompok ini tidak ada lagi yang tersisa dalam Ismailiyah.
:::# '''[[Hafiziyah]]''' ('''Majidiah'''); pada tahun 526 H, [[Abdul Majid]] yang bergelar Al-Hafiz, salah seorang keponakan Amir, menduduki kekuasaan dan para penguasa [[Dinasti Fathimiyah]] hingga tahun 567 H berasal dari keturunannya. Kepemimpinan keluarga ini mengalami banyak kemajuan di Mesir dan Suriah. Namun, di Yaman para penguasa terakhir Bani Fathimiyah yang secara resmi diakui hanyalah para penguasa ‘Adn dan beberapa orang dari penguasa Shan'a. Kelompok ini tidak ada lagi yang tersisa dalam Ismailiyah.
:::# '''[[Thayyibiyah]]''' ('''Amiriyah'''); dengan kematian penguasa [[Dinasti Fathimiyah]] pada tahun 524 H, [[Amir]] (pengganti Musta’la), muncul banyak cabang dalam dakwah Ismailiyah. Amir memiliki putra berusia 8 bulan yang bernama [[Thayyib]]. Ia terpilih sebagai pengganti ayahnya. Namun alur kekuasaan berada dalam genggaman salah satu putra pamannya yang bernama [[Abul Majid]] dan bergelar Al-Hafiz. Mereka yang meyakini kepemimpinan Thayyib dikenal dengan sebutan Thayyibiyah. Dakwah kelompok Thayyibiyah pada awalnya diterima oleh sejumlah kecil dari kelompok Musta’lawiyah di Mesir dan Syam dan sejumlah besar dari pengikut Ismailiyah Yaman, dimana para pengikut Shalihiyah secara resmi mengakui kebenaran ajaran Thayyibiyah. Ibrahim Hamidi adalah pendiri ajaran Thayyibiyah . Ia aktif di Shan’a dan juga di perkumpulan para pembesar selain Ismailiyah hingga tahun 557 H. Secara bertahap kelompok ini pun lenyap dalam masa yang pendek di [[Mesir]] dan [[Suriah]]. Namun ajaran ini masih tetap ada di [[Yaman]] dan [[India]] hingga saat ini.
:::# '''[[Thayyibiyah]]''' ('''Amiriyah'''); dengan kematian penguasa [[Dinasti Fathimiyah]] pada tahun 524 H, [[Amir]] (pengganti Musta'la), muncul banyak cabang dalam dakwah Ismailiyah. Amir memiliki putra berusia 8 bulan yang bernama [[Thayyib]]. Ia terpilih sebagai pengganti ayahnya. Namun alur kekuasaan berada dalam genggaman salah satu putra pamannya yang bernama [[Abul Majid]] dan bergelar Al-Hafiz. Mereka yang meyakini kepemimpinan Thayyib dikenal dengan sebutan Thayyibiyah. Dakwah kelompok Thayyibiyah pada awalnya diterima oleh sejumlah kecil dari kelompok Musta'lawiyah di Mesir dan Syam dan sejumlah besar dari pengikut Ismailiyah Yaman, dimana para pengikut Shalihiyah secara resmi mengakui kebenaran ajaran Thayyibiyah. Ibrahim Hamidi adalah pendiri ajaran Thayyibiyah . Ia aktif di Shan'a dan juga di perkumpulan para pembesar selain Ismailiyah hingga tahun 557 H. Secara bertahap kelompok ini pun lenyap dalam masa yang pendek di [[Mesir]] dan [[Suriah]]. Namun ajaran ini masih tetap ada di [[Yaman]] dan [[India]] hingga saat ini.
:::::[[Bahrahiyah]]; seiring waktu, para pendakwah Thayyibiyah berhasil mendapat pengikut yang banyak di India Barat. Mereka menamakan ajaranya di India dengan sebutan “Ajaran Petunjuk” dan juga memakai nama Bahrah yang berarti pedagang. Selama beberapa lama, pendakwah mutlak dari Yaman dianggap sebagai pemimpin dan rujukan para pengikut Thayyibiyah di India Barat. Ajaran Fathimiyah kemungkinan sebelumnya dibawa ke India oleh seorang pendakwah dari Yaman bernama Abdullah yang berada di Gujarat pada tahun 460 H. Pada tahun 999 H setelah kematian pendakwah mutlak, Dawud bin Ajabsyah, para pengikut Thayyibiyah terbagi menjadi dua bagian, kelompok [[Dawudiyah]] dan [[Sulaimaniyah]].
:::::[[Bahrahiyah]]; seiring waktu, para pendakwah Thayyibiyah berhasil mendapat pengikut yang banyak di India Barat. Mereka menamakan ajaranya di India dengan sebutan “Ajaran Petunjuk” dan juga memakai nama Bahrah yang berarti pedagang. Selama beberapa lama, pendakwah mutlak dari Yaman dianggap sebagai pemimpin dan rujukan para pengikut Thayyibiyah di India Barat. Ajaran Fathimiyah kemungkinan sebelumnya dibawa ke India oleh seorang pendakwah dari Yaman bernama Abdullah yang berada di Gujarat pada tahun 460 H. Pada tahun 999 H setelah kematian pendakwah mutlak, Dawud bin Ajabsyah, para pengikut Thayyibiyah terbagi menjadi dua bagian, kelompok [[Dawudiyah]] dan [[Sulaimaniyah]].
:::::# '''[[Dawudiyah]]'''; kelompok Thayyibiyah yang menerima kepemimpinan [[Dawud bin Burhanuddin]] dikenal sebagai kelompok Dawudiyah. Meskipun pemimpin mereka berada di Bombay, namun pusatnya terdapat di [[Surat]]. Saat kini lebih dari separuh pengikut kelompok Dawudiyah India tinggal di [[Gujarat]] dan sisanya tinggal di [[Bombay]] dan wilayah pusat [[India]]. Kelompok ini juga bisa ditemukan tersebar di [[Pakistan]], [[Yaman]] dan di negara-negara [[Timur Jauh]]. Mereka termasuk kelompok pertama Asia yang melakukan hijrah ke [[Zanzibar]] dan pantai-pantai timur [[Afrika]].
:::::# '''[[Dawudiyah]]'''; kelompok Thayyibiyah yang menerima kepemimpinan [[Dawud bin Burhanuddin]] dikenal sebagai kelompok Dawudiyah. Meskipun pemimpin mereka berada di Bombay, namun pusatnya terdapat di [[Surat]]. Saat kini lebih dari separuh pengikut kelompok Dawudiyah India tinggal di [[Gujarat]] dan sisanya tinggal di [[Bombay]] dan wilayah pusat [[India]]. Kelompok ini juga bisa ditemukan tersebar di [[Pakistan]], [[Yaman]] dan di negara-negara [[Timur Jauh]]. Mereka termasuk kelompok pertama Asia yang melakukan hijrah ke [[Zanzibar]] dan pantai-pantai timur [[Afrika]].
Baris 94: Baris 92:
# [[Abu Hatim Razi]]
# [[Abu Hatim Razi]]
# [[Abu Abdullah Nasafi]] (Nakhasybi)
# [[Abu Abdullah Nasafi]] (Nakhasybi)
# [[Qadhi Nu’man]]
# [[Qadhi Nu'man]]
# [[Abu Yaqub Sajistani]]
# [[Abu Yaqub Sajistani]]
# [[Hamiduddin Kirmani]]
# [[Hamiduddin Kirmani]]
Baris 102: Baris 100:
==Para Imam Ismailiyah==
==Para Imam Ismailiyah==
===Silsilah Para Imam Ismailiyah Hingga Pemerintahan Fathimiyah===
===Silsilah Para Imam Ismailiyah Hingga Pemerintahan Fathimiyah===
Imam kelompok Ismailiyah pada mulanya diawali dari [[Imam Ali bin Abi Thalib As]].<ref>Tentunya, Imam Ali As dalam awal keyakinan Ismailiyah adalah sebagai imam pertama. Namun, jauh setelah itu mereka menganggapnya sebagai pendiri dan keimamahan dimulai dari [[Imam Husain As]] yang dianggap sebagai imam pertama kelompok Ismailiyah. Akan tetapi, kelompok Nazariyah tetap menganggap [[Imam Ali As]] sebagai imam pertama. (Shabari, ''Tarikh-e Ferq-e Islami'', jld. 2, hlm. 119).</ref> Kemudian beralih kepada [[Imam Hasan As]] dan [[Imam Husain As]]. Dari Imam Husain As berlanjut secara berurutan kepada [[Imam Zainal Abidin As]], [[Imam Muhammad bin Ali al-Baqir As]] dan kemudian [[Imam Ja’far Shadiq As]]. Dari Imam Shadiq As inilah kemudian muncul tiga cabang, yaitu [[Ismail]], [[Abdullah]] dan [[Imam Musa Kazhim As]]. Syiah Imamiyah berlanjut dari [[Imam Musa Kazhim As]].
Imam kelompok Ismailiyah pada mulanya diawali dari [[Imam Ali bin Abi Thalib As]].<ref>Tentunya, Imam Ali As dalam awal keyakinan Ismailiyah adalah sebagai imam pertama. Namun, jauh setelah itu mereka menganggapnya sebagai pendiri dan keimamahan dimulai dari [[Imam Husain As]] yang dianggap sebagai imam pertama kelompok Ismailiyah. Akan tetapi, kelompok Nazariyah tetap menganggap [[Imam Ali As]] sebagai imam pertama. (Shabari, ''Tarikh-e Ferq-e Islami'', jld. 2, hlm. 119).</ref> Kemudian beralih kepada [[Imam Hasan As]] dan [[Imam Husain As]]. Dari Imam Husain As berlanjut secara berurutan kepada [[Imam Zainal Abidin As]], [[Imam Muhammad bin Ali al-Baqir As]] dan kemudian [[Imam Ja'far Shadiq As]]. Dari Imam Shadiq As inilah kemudian muncul tiga cabang, yaitu [[Ismail]], [[Abdullah]] dan [[Imam Musa Kazhim As]]. Syiah Imamiyah berlanjut dari [[Imam Musa Kazhim As]].
 
 
Adapun dari jalur Ismail, keimamahan berlanjut kepada Ali dan Muhammad Maktum (Maimun). Dari Muhammad Maktum terbagi enam cabang, yaitu berlanjut kepada Ahmad, Ismail, Abdullah, Ali Laits, Husain dan Ja,far. Dari jalur Abdullah berlanjut kepada Ibrahim dan Ahmad. Dari jalur Ahmad beralih kepada Husain dan Muhammad Hakim. Dari jalur Husain berlanjut kepada Abu Muhammad dan Abdullah Sa’id yang terkenal dengan [[Abdullah Mahdi]]. Dari jalur Muhammad Hakim berlanjut kepada Abul Qasim Muhammad yang masyhur dengan Al-Qaim bi Amrillah. Silsilah para Imam Ismailiyah atau para khalifah Fathimiyah berlanjut setelah Al-Qaim bi Amrillah.<ref>''Ibid''; Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Ismailiyah'', hlm. 627.</ref>


Adapun dari jalur Ismail, keimamahan berlanjut kepada Ali dan Muhammad Maktum (Maimun). Dari Muhammad Maktum terbagi enam cabang, yaitu berlanjut kepada Ahmad, Ismail, Abdullah, Ali Laits, Husain dan Ja,far. Dari jalur Abdullah berlanjut kepada Ibrahim dan Ahmad. Dari jalur Ahmad beralih kepada Husain dan Muhammad Hakim. Dari jalur Husain berlanjut kepada Abu Muhammad dan Abdullah Sa'id yang terkenal dengan [[Abdullah Mahdi]]. Dari jalur Muhammad Hakim berlanjut kepada Abul Qasim Muhammad yang masyhur dengan Al-Qaim bi Amrillah. Silsilah para Imam Ismailiyah atau para khalifah Fathimiyah berlanjut setelah Al-Qaim bi Amrillah.<ref>''Ibid''; Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Ismailiyah'', hlm. 627.</ref>


===Para Imam Ismailiyah Pada Masa Pemerintahan Dinasti Fathimiah===
===Para Imam Ismailiyah Pada Masa Pemerintahan Dinasti Fathimiah===
Setelah Al-Qaim bi Amrillah, imam beralih secara berutan kepada Abu Muhammad Ubaidillah al-Mahdi Billah, Abul Qasim Muhammad al-Qaim bi Amrillah, Abu Thahir Ismail al-Manshur Billah, Abu Tamim Mu’ad al-Maghzu li Dinillah, Abu Manshur Nazar al-‘Aziz Billah, Abu Ali Manshur al-Hakim bi Amrillah, Al-Hasan Ali al-Zhahir li I’zazi Dinillah, Abu Tamim Mu’ad al-Mustanshir Billah.
Setelah Al-Qaim bi Amrillah, imam beralih secara berutan kepada Abu Muhammad Ubaidillah al-Mahdi Billah, Abul Qasim Muhammad al-Qaim bi Amrillah, Abu Thahir Ismail al-Manshur Billah, Abu Tamim Mu'ad al-Maghzu li Dinillah, Abu Manshur Nazar al-‘Aziz Billah, Abu Ali Manshur al-Hakim bi Amrillah, Al-Hasan Ali al-Zhahir li I'zazi Dinillah, Abu Tamim Mu'ad al-Mustanshir Billah.
Setelah Abu Tamim, keimamahan berada di tangan tiga orang, yaitu Nazar, Al-Musta’la Billah dan Abul Qosim Muhammad, sehingga Ismailiyah terbagi tiga kelompok.
Setelah Abu Tamim, keimamahan berada di tangan tiga orang, yaitu Nazar, Al-Musta'la Billah dan Abul Qosim Muhammad, sehingga Ismailiyah terbagi tiga kelompok.
 
 
Kemudian keimamahan dari Al-Musta’la Billah berturut-turut beralih kepada Al-Amir bi Ahkamillah dan Al-Thayib. Setelah itu beralir kepada para imam kelompok Thayibiyah yang gaib.


Kemudian keimamahan dari Al-Musta'la Billah berturut-turut beralih kepada Al-Amir bi Ahkamillah dan Al-Thayib. Setelah itu beralir kepada para imam kelompok Thayibiyah yang gaib.


Keimamah dari Abul Qosim Muhammad pindah kepada [[Abdul Majid al-Hafiz]]. Lalu dari Al-Hafiz pindah kepada dua orang, Yusuf dan Zhafir. Dari Yusuf beralih kepada Al-‘Adhid, lalu Dawud dan para imam lainnya dari kelompok Hafizhiyah.
Keimamah dari Abul Qosim Muhammad pindah kepada [[Abdul Majid al-Hafiz]]. Lalu dari Al-Hafiz pindah kepada dua orang, Yusuf dan Zhafir. Dari Yusuf beralih kepada Al-‘Adhid, lalu Dawud dan para imam lainnya dari kelompok Hafizhiyah.
Sementara keimamahan dari Al-Zhafir diteruskan oleh [[Al-Faiz]].<ref>Shabari, ''Tarikh-e Ferq-e Islami'', jld. 2, hlm. 123; Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Ismailiyah'', hlm. 628.</ref>
Sementara keimamahan dari Al-Zhafir diteruskan oleh [[Al-Faiz]].<ref>Shabari, ''Tarikh-e Ferq-e Islami'', jld. 2, hlm. 123; Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Ismailiyah'', hlm. 628.</ref>


==Wilayah-Wilayah Ismailiyah==
==Wilayah-Wilayah Ismailiyah==
Baris 124: Baris 117:


[[Berkas:Almaut.jpg ‎‎|400 px|thumbnail|<center>Wilayah Al-Maut</center>]]
[[Berkas:Almaut.jpg ‎‎|400 px|thumbnail|<center>Wilayah Al-Maut</center>]]
Setelah tumbangnya para penguasa pemerintahan [[Dinasti Fathimiyah]] dan [[Nazariyah]], kelompok Ismailiyah tidak mampu lagi memegang kekuasaannya. Mereka menyelamatkan diri ke negara-negara terpencil dunia Islam, khususnya [[Yaman]] dan [[Anak Benua India]] (meliputi [[India]], [[Pakistan]], [[Bangladesh]]). Saat ini mereka tersebar di sekitar 25 negara dunia. Sebagian besar mereka hidup di [[India]], [[Pakistan]], [[Afghanistan]] dan [[Tajikistan]] di wilayah [[Asia Tengah]], serta di [[Pegunungan Pamir]] [[Cina]].<ref>Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Ismailiyah'', hlm. 3.</ref>
Setelah tumbangnya para penguasa pemerintahan [[Dinasti Fathimiyah]] dan [[Nazariyah]], kelompok Ismailiyah tidak mampu lagi memegang kekuasaannya. Mereka menyelamatkan diri ke negara-negara terpencil dunia Islam, khususnya [[Yaman]] dan [[Anak Benua India]] (meliputi [[India]], [[Pakistan]], [[Bangladesh]]). Saat ini mereka tersebar di sekitar 25 negara dunia. Sebagian besar mereka hidup di [[India]], [[Pakistan]], [[Afghanistan]] dan [[Tajikistan]] di wilayah [[Asia Tengah]], serta di [[Pegunungan Pamir]] [[Cina]].<ref>Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Ismailiyah'', hlm. 3.</ref>


 
Pada era sekarang, Ismailiyah terbagi pada dua kelompok, yaitu [[Aghakhaniyah]] dan [[Bahrahiyah]]. Dua kelompok ini adalah yang tersisa dari kelompok [[Nazariyah]] dan [[Musta'lawiyah]].
Pada era sekarang, Ismailiyah terbagi pada dua kelompok, yaitu [[Aghakhaniyah]] dan [[Bahrahiyah]]. Dua kelompok ini adalah yang tersisa dari kelompok [[Nazariyah]] dan [[Musta’lawiyah]].
 


Kelompok [[Aghakhaniyah]] memililki jumlah sekitar satu juta orang yang tersebar di wilayah [[Iran]], [[Asia Tengah]], [[Afrika]] dan [[India]]. Pimpinan mereka adalah [[Aghakhan]]. Sedangkan kelompok [[Bahrahiyah]] yang berjumlah kurang lebih lima ribu orang tersebar di [[Jazirah Arab]], Pesisir [[Selat Persia]] dan [[Suriah]].<ref>Masykur, ''Farhang-e Ferq-e Islami'', hlm. 53.</ref>
Kelompok [[Aghakhaniyah]] memililki jumlah sekitar satu juta orang yang tersebar di wilayah [[Iran]], [[Asia Tengah]], [[Afrika]] dan [[India]]. Pimpinan mereka adalah [[Aghakhan]]. Sedangkan kelompok [[Bahrahiyah]] yang berjumlah kurang lebih lima ribu orang tersebar di [[Jazirah Arab]], Pesisir [[Selat Persia]] dan [[Suriah]].<ref>Masykur, ''Farhang-e Ferq-e Islami'', hlm. 53.</ref>


[[Berkas:Al_qadamus.jpg‎‎|400 px|thumbnail|<center>Wilayah Al-Qadmus</center>]]
[[Berkas:Al_qadamus.jpg‎‎|400 px|thumbnail|<center>Wilayah Al-Qadmus</center>]]


 
Ismailiyah di [[Suriah]] terdapat di pedesaan [[Mishyaf]], [[Al-Qadmus]] dan [[Salamiyah]]. Ismailiyah di [[Iran]] tersebar di daerah [[Kahak]], [[Mahalat]]-[[Qom]], [[Birjand]] dan [[Ghayen]]-[[Khurasan]]. Sementara di [[Afghanistan]], Ismailiyah tinggal di wilayah [[Balkh]] dan [[Badakhshan]]. Di Asia Tengah, Ismailiyah tersebar di [[Khukand]] ([[Kokand]]) dan [[Anak Benua Takin]]. Di [[Afghanistan]], kelompok Ismailiyah disebut [[Muftada]] yang sebagian besar mereka mereka tinggal di wilayah [[Kafiristan]] ([[Nuristan]]), [[Jalalabad]], [[Jihun A'la]], [[Sarigol]], [[Khan]] dan [[Yasin]].
Ismailiyah di [[Suriah]] terdapat di pedesaan [[Mishyaf]], [[Al-Qadmus]] dan [[Salamiyah]]. Ismailiyah di [[Iran]] tersebar di daerah [[Kahak]], [[Mahalat]]-[[Qom]], [[Birjand]] dan [[Ghayen]]-[[Khurasan]]. Sementara di [[Afghanistan]], Ismailiyah tinggal di wilayah [[Balkh]] dan [[Badakhshan]]. Di Asia Tengah, Ismailiyah tersebar di [[Khukand]] ([[Kokand]]) dan [[Anak Benua Takin]]. Di [[Afghanistan]], kelompok Ismailiyah disebut [[Muftada]] yang sebagian besar mereka mereka tinggal di wilayah [[Kafiristan]] ([[Nuristan]]), [[Jalalabad]], [[Jihun A’la]], [[Sarigol]], [[Khan]] dan [[Yasin]].
 


Di [[India]] dan [[Pakistan]] terdapat  lebih banyak pusat-pusat Ismailiyah dibandingkan dengan negara lain. Mereka juga banyak terdapat di daerah [[Ajmer]], [[Morwareh]], [[Rajpotaneh]], [[Kashmir]], [[Bombay]], [[Burudeh]] dan [[Kuraj]].
Di [[India]] dan [[Pakistan]] terdapat  lebih banyak pusat-pusat Ismailiyah dibandingkan dengan negara lain. Mereka juga banyak terdapat di daerah [[Ajmer]], [[Morwareh]], [[Rajpotaneh]], [[Kashmir]], [[Bombay]], [[Burudeh]] dan [[Kuraj]].


Perlu diketahui, tidak semua Ismailiyah di India berasal dari kelompok [[Aghakhaniyah]]. Sebagian dari mereka juga berasal dari kelompok [[Bahrahiyah]] yang pada umumnya tinggal di wilayah [[Gujarat]]. Di [[Oman]], [[Muscat]], [[Zanzibar]] dan [[Tanzania]] juga terdapat banyak Ismailiyah.<ref>''Ibid'', hlm. 51.</ref>
Perlu diketahui, tidak semua Ismailiyah di India berasal dari kelompok [[Aghakhaniyah]]. Sebagian dari mereka juga berasal dari kelompok [[Bahrahiyah]] yang pada umumnya tinggal di wilayah [[Gujarat]]. Di [[Oman]], [[Muscat]], [[Zanzibar]] dan [[Tanzania]] juga terdapat banyak Ismailiyah.<ref>''Ibid'', hlm. 51.</ref>


==Kelompok Aghakhaniyah==
==Kelompok Aghakhaniyah==
Pusat kelompok [[Aghakhaniyah]] berada di [[Tajikistan]]. Pusat  Aghakhaniyah ini dibuka pada tahun 2009 M di ibu kota [[Tajikistan]], [[Dusyanbe]]. Sepertinya kelompok ini tidak memiliki banyak aktifitas. Setiap hari Senin mereka membuka pintu-pintu untuk para pengunjung yang datang. Para pemandu dari mereka memperkenalkan dan menerangkan bangunan-bangunan serta dakwah Ismailiyah kepada para pengunjung. Mereka melakukannya secara mahir dan menarik. Tidak terdapat keterangan yang pasti mengenai jumlah dari pengikut kelompok Aghakhaniyah di Tajikistan ini. Namun diperkirakan terdapat sekitar dua ratus ribu orang pengikut yang tinggal di wilayah [[Pamir]] dan [[Dusyanbe]].
Pusat kelompok [[Aghakhaniyah]] berada di [[Tajikistan]]. Pusat  Aghakhaniyah ini dibuka pada tahun 2009 M di ibu kota [[Tajikistan]], [[Dusyanbe]]. Sepertinya kelompok ini tidak memiliki banyak aktifitas. Setiap hari Senin mereka membuka pintu-pintu untuk para pengunjung yang datang. Para pemandu dari mereka memperkenalkan dan menerangkan bangunan-bangunan serta dakwah Ismailiyah kepada para pengunjung. Mereka melakukannya secara mahir dan menarik. Tidak terdapat keterangan yang pasti mengenai jumlah dari pengikut kelompok Aghakhaniyah di Tajikistan ini. Namun diperkirakan terdapat sekitar dua ratus ribu orang pengikut yang tinggal di wilayah [[Pamir]] dan [[Dusyanbe]].


Karena kondisi pemerintahan [[Komunis]] dan juga masalah [[taqiyah]], kelompok Ismailiyah di [[Tajikistan]] terjauhkan dari adat, kebiasaan dan keyakinannya sendiri. Para pemudanya tidak  banyak mengetahui tentang tatacara umum dalam agama dan mazhab mereka. Oleh karena itu kelompok Ismailiyah ini melakukan usaha yang gigih untuk memperkenalkan hal-hal yang perlu diketahui oleh para pengikut lama dan juga untuk menarik para pengikut baru.<ref>Murtadha Asyrafi, ''Guzaresh Rahburdi Waz'iyat-e Syi'ayan-e Asia Markazi (Laporan Strategis Kondisi Syiah di Asia Tengah)'', Kelompok Peneliti Strategis Majma Jahani Ahlulbait As, 1394 S.</ref>
Karena kondisi pemerintahan [[Komunis]] dan juga masalah [[taqiyah]], kelompok Ismailiyah di [[Tajikistan]] terjauhkan dari adat, kebiasaan dan keyakinannya sendiri. Para pemudanya tidak  banyak mengetahui tentang tatacara umum dalam agama dan mazhab mereka. Oleh karena itu kelompok Ismailiyah ini melakukan usaha yang gigih untuk memperkenalkan hal-hal yang perlu diketahui oleh para pengikut lama dan juga untuk menarik para pengikut baru.<ref>Murtadha Asyrafi, ''Guzaresh Rahburdi Waz'iyat-e Syi'ayan-e Asia Markazi (Laporan Strategis Kondisi Syiah di Asia Tengah)'', Kelompok Peneliti Strategis Majma Jahani Ahlulbait As, 1394 S.</ref>


== Catatan Kaki ==
== Catatan Kaki ==
<div style="{{column-count|2}}">
{{ck}}
<references/>
</div>
 


==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
<div>
{{ref}}
* Asy’ari, Sa’id bin Abdullah, Al-Maqalat wa Al-Firq, ditashih oleh Muhammad Jawad Masykur, Intisyarat-e Ilmi va Farhanggi, Tehran, 1360 S.
* Asy'ari, Sa'id bin Abdullah, Al-Maqalat wa Al-Firq, ditashih oleh Muhammad Jawad Masykur, Intisyarat-e Ilmi va Farhanggi, Tehran, 1360 S.
* Badawi, Abdurahman, Tarikh-e Andisheha-ye Kalami dar Islam, Terjemah oleh Husain Shabari, Bunyad-e Pazuheshha-ye Astan-e Quds Razavi, Masyhad, 1374 S.
* Badawi, Abdurahman, Tarikh-e Andisheha-ye Kalami dar Islam, Terjemah oleh Husain Shabari, Bunyad-e Pazuheshha-ye Astan-e Quds Razavi, Masyhad, 1374 S.
* Jafariyan, Rasul, Athlas Syi’ah, Sazman-e Ja’fariya-i Niruha-ye Musalah, Tehran, 1387 S.
* Jafariyan, Rasul, Athlas Syi'ah, Sazman-e Ja'fariya-i Niruha-ye Musalah, Tehran, 1387 S.
* Daftari, Farhad, Tarikh va ‘Aqaid-e Ismailiyah, Terjemah oleh Faridun Badre-i, Farzan-e Roz, Tehran, 1375 S.
* Daftari, Farhad, Tarikh va ‘Aqaid-e Ismailiyah, Terjemah oleh Faridun Badre-i, Farzan-e Roz, Tehran, 1375 S.
* Al-Syahrestani, Muhammad bin Abdul Karim, Kitab al-Milal wa al-Nihal,  ditakhrij oleh Muhammad bin Fathullah Badran, Maktabah al-Anjalu al-Mishriyah, Mesir, 1956 M.
* Al-Syahrestani, Muhammad bin Abdul Karim, Kitab al-Milal wa al-Nihal,  ditakhrij oleh Muhammad bin Fathullah Badran, Maktabah al-Anjalu al-Mishriyah, Mesir, 1956 M.
* Shabari, Husain, Tarikh-e Ferq-e Islami, Semat, tehran, 1384 S.
* Shabari, Husain, Tarikh-e Ferq-e Islami, Semat, tehran, 1384 S.
* Masykur, Muhammad Jawad, Farhang-e Ferq-e Islami, dengan mukadimah oleh Kazhim Mudirshanehci, Masyhad, Astan-e Quds Razavi, 1372 S.
* Masykur, Muhammad Jawad, Farhang-e Ferq-e Islami, dengan mukadimah oleh Kazhim Mudirshanehci, Masyhad, Astan-e Quds Razavi, 1372 S.
 
{{akhir}}


[[fa:اسماعیلیه]]
[[fa:اسماعیلیه]]
Pengguna anonim