Pengguna anonim
Imam-Imam Syiah: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Ismail Dg naba Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 46: | Baris 46: | ||
Masa ketika Rasulullah saw wafat, Imam Ali as berusia 33 tahun. Meski ia memiliki segudang keutamaan dan kepribadian unggul di antara para [[sahabat]], dan pada berbagai peristiwa misalnya [[hari Ghadir Khum]], Rasulullah saw memperkenalkan Imam Ali as sebagai khalifahnya. Namun karena usianya masih muda dan orang-orang memusuhinya karena banyak menumpahkan darah pada peperangan bersama Rasulullah saw, Imam Ali as disingkirkan dari posisi khalifah sehingga dengan demikian Imam Ali as tersingkir dari pelbagai urusan pemerintahan. Setelah lebih dari setahun menyampaikan protes, Imam Ali as berdiam diri selama 25 tahun (masa tiga khalifah setelah wafatnya Rasulullah saw) dan menghabiskan waktunya untuk menggembleng orang-orang untuk menjaga dan membela [[Islam]]. Setelah terbunuhnya [[Khalifah Ketiga]], orang-orang memberikan baiat kepada Imam Ali as dan memilihnya sebagai khalifah. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201. </ref> | Masa ketika Rasulullah saw wafat, Imam Ali as berusia 33 tahun. Meski ia memiliki segudang keutamaan dan kepribadian unggul di antara para [[sahabat]], dan pada berbagai peristiwa misalnya [[hari Ghadir Khum]], Rasulullah saw memperkenalkan Imam Ali as sebagai khalifahnya. Namun karena usianya masih muda dan orang-orang memusuhinya karena banyak menumpahkan darah pada peperangan bersama Rasulullah saw, Imam Ali as disingkirkan dari posisi khalifah sehingga dengan demikian Imam Ali as tersingkir dari pelbagai urusan pemerintahan. Setelah lebih dari setahun menyampaikan protes, Imam Ali as berdiam diri selama 25 tahun (masa tiga khalifah setelah wafatnya Rasulullah saw) dan menghabiskan waktunya untuk menggembleng orang-orang untuk menjaga dan membela [[Islam]]. Setelah terbunuhnya [[Khalifah Ketiga]], orang-orang memberikan baiat kepada Imam Ali as dan memilihnya sebagai khalifah. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201. </ref> | ||
Imam Ali as pada masa khilafahnya yang berumur kurang lebih 4 tahun 9 bulan terlibat dalam 3 perang saudara. Sebagaian sahabat diantaranya Ummul Mukminin [[Aisyah]], [[Talhah bin Ubaidillah|Talhah]] dan [[Zubair]] menjadikan darah [[Utsman]] (menuntut pembunuhnya) sebagai dalih untuk memberontak dan mengobarkan [[Perang Jamal]] di dekat daerah Basrah, Irak. | Imam Ali as pada masa khilafahnya yang berumur kurang lebih 4 tahun 9 bulan terlibat dalam 3 perang saudara. Sebagaian sahabat diantaranya Ummul Mukminin [[Aisyah]], [[Talhah bin Ubaidillah|Talhah]] dan [[Zubair]] menjadikan darah [[Utsman]] (menuntut pembunuhnya) sebagai dalih untuk memberontak dan mengobarkan [[Perang Jamal]] di dekat daerah Basrah, Irak. | ||
Dalam [[Perang Shiffin]] di perbatasan Irak dan Suriah, Imam Ali as kontak senjata dengan [[Muawiyah]] selama satu tahun setengah. Adapun fitnah terakhir yang harus dihadapi oleh Imam Ali as selama masa pemerintahannya adalah [[Perang Nahrawan]] melawan kaum [[Khawarij]]. Dapat dikatakan bahwa kebanyakan urusan pemerintahan Imam Ali as adalah untuk menyelesaikan persoalan internal, selang tidak beberapa lama, disubuh hari tepatnya pada tanggal [[19 Ramadhan]] tahun [[40 H]]/660 di [[Masjid Kufah]], ketika menunaikan [[salat]], kepala Imam Ali as ditebas oleh sebagian Khawarij dan pada malam ke-21 bulan itu juga, Imam Ali as gugur sebagai syahid. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201-202. </ref> | Dalam [[Perang Shiffin]] di perbatasan Irak dan Suriah, Imam Ali as kontak senjata dengan [[Muawiyah]] selama satu tahun setengah. Adapun fitnah terakhir yang harus dihadapi oleh Imam Ali as selama masa pemerintahannya adalah [[Perang Nahrawan]] melawan kaum [[Khawarij]]. Dapat dikatakan bahwa kebanyakan urusan pemerintahan Imam Ali as adalah untuk menyelesaikan persoalan internal, selang tidak beberapa lama, disubuh hari tepatnya pada tanggal [[19 Ramadhan]] tahun [[40 H]]/660 di [[Masjid Kufah]], ketika menunaikan [[salat]], kepala Imam Ali as ditebas oleh sebagian Khawarij dan pada malam ke-21 bulan itu juga, Imam Ali as gugur sebagai [[Mati Syahid|syahid]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201-202. </ref> | ||
====Tipologi Karakter Imam Ali as as==== | ====Tipologi Karakter Imam Ali as as==== | ||
Baris 57: | Baris 57: | ||
Imam Hasan Mujtaba as dan saudaranya [[Imam Husain as]] adalah dua putra Imam Ali as dari [[Sayidah Fatimah Zahra sa]]. Berulang kali [[Rasulullah saw]] bersabda, "Hasan dan Husain adalah putraku". Berdasarkan pernyataan Nabi saw ini, [[Imam Ali as]] berkata kepada anak-anaknya yang lain, "Kalian adalah anak-anakku. Hasan dan Husain adalah anak-anak Rasulullah."<ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 205. </ref> | Imam Hasan Mujtaba as dan saudaranya [[Imam Husain as]] adalah dua putra Imam Ali as dari [[Sayidah Fatimah Zahra sa]]. Berulang kali [[Rasulullah saw]] bersabda, "Hasan dan Husain adalah putraku". Berdasarkan pernyataan Nabi saw ini, [[Imam Ali as]] berkata kepada anak-anaknya yang lain, "Kalian adalah anak-anakku. Hasan dan Husain adalah anak-anak Rasulullah."<ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 205. </ref> | ||
Imam Hasan lahir di [[Madinah]] pada tahun [[3 H]]/624. Pada usia 7 tahun, [[Imam Hasan as]] kehilangan datuknya Rasulullah saw dan kemudian dalam waktu yang tidak terlalu lama, Imam Hasan berduka atas kepergian ibundanya Fatimah Zahra sa. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 205. </ref> | Imam Hasan lahir di [[Madinah]] pada tahun [[3 H]]/624. Pada usia 7 tahun, [[Imam Hasan as]] kehilangan datuknya Rasulullah saw dan kemudian dalam waktu yang tidak terlalu lama, Imam Hasan berduka atas kepergian ibundanya Fatimah Zahra sa. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 205. </ref> | ||
Setelah kesyahidan sang ayah, berdasarkan perintah [[Allah swt]] dan sesuai dengan wasiat Imam Ali as, Imam Hasan as menduduki pos imamah dan selama hampir 6 bulan menjadi khalifah mengatur urusan umat. Dalam masa ini, Imam Hasan as berperang melawan [[Muawiyah]] yang merupakan musuh bebuyutan Imam Ali as dan keluarganya sudah sekian lama mendambakan khilafah menjadi miliknya (mula-mula dengan dalih ingin menuntut darah [[Khalifah Ketiga]] dan kemudian secara tegas menyatakan ingin mengambil alih khilafah). Muawiyah membawa pasukannya ke Irak yang menjadi pusat pemerintahan Imam Hasan as dan memulai perang. Para panglima pasukan Imam Hasan as juga secara perlahan terbeli dengan uang Muawiyah diiming-imingi janji-janji muluk sehingga mereka melawan dan menentang Imam Hasan as sedemikian rupa, sehingga memaksa Imam Hasan untuk berdamai dengan Muawiyah. Akhirnya Imam Hasan menyerahkan pemerintahannya kepada Muawiyah dengan beberapa syarat (di antaranya dengan syarat bahwa apabila Muawiyah mangkat, khilafah harus dikembalikan kepada Imam Hasan as dan keluarganya dan syarat yang kedua adalah keluarga dan para [[Syiah]]nya tidak boleh didzalimi). <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 205-206. </ref> | Setelah [[Mati Syahid|kesyahidan]] sang ayah, berdasarkan perintah [[Allah swt]] dan sesuai dengan wasiat Imam Ali as, Imam Hasan as menduduki pos imamah dan selama hampir 6 bulan menjadi khalifah mengatur urusan umat. Dalam masa ini, Imam Hasan as berperang melawan [[Muawiyah]] yang merupakan musuh bebuyutan Imam Ali as dan keluarganya sudah sekian lama mendambakan khilafah menjadi miliknya (mula-mula dengan dalih ingin menuntut darah [[Khalifah Ketiga]] dan kemudian secara tegas menyatakan ingin mengambil alih khilafah). Muawiyah membawa pasukannya ke Irak yang menjadi pusat pemerintahan Imam Hasan as dan memulai perang. Para panglima pasukan Imam Hasan as juga secara perlahan terbeli dengan uang Muawiyah diiming-imingi janji-janji muluk sehingga mereka melawan dan menentang Imam Hasan as sedemikian rupa, sehingga memaksa Imam Hasan untuk berdamai dengan Muawiyah. Akhirnya Imam Hasan menyerahkan pemerintahannya kepada Muawiyah dengan beberapa syarat (di antaranya dengan syarat bahwa apabila Muawiyah mangkat, khilafah harus dikembalikan kepada Imam Hasan as dan keluarganya dan syarat yang kedua adalah keluarga dan para [[Syiah]]nya tidak boleh didzalimi). <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 205-206. </ref> | ||
Muawiyah sejak masa-masa awal pemerintahannya telah melanggar syarat-syarat [[Perdamaian Imam Hasan|perdamaian]]. Kehidupan Imam Hasan as selama masa imamahnya yang berlangsung selama 10 tahun senantiasa dibawah tekanan. Selama itu, Imam Hasan as bahkan dalam rumahnya saja tidak pernah merasa aman. Pada akhirnya pada tahun 50 H/670 atas provokasi dan perintah Muawiyah, Imam Hasan gugur sebagai syahid akibat racun yang dibubuhi oleh istrinya. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 206-207. </ref> | Muawiyah sejak masa-masa awal pemerintahannya telah melanggar syarat-syarat [[Perdamaian Imam Hasan|perdamaian]]. Kehidupan Imam Hasan as selama masa imamahnya yang berlangsung selama 10 tahun senantiasa dibawah tekanan. Selama itu, Imam Hasan as bahkan dalam rumahnya saja tidak pernah merasa aman. Pada akhirnya pada tahun 50 H/670 atas provokasi dan perintah Muawiyah, Imam Hasan gugur sebagai syahid akibat racun yang dibubuhi oleh istrinya. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 206-207. </ref> | ||
[[Berkas:Haramimamhusain3.jpg|250px|thumbnail|Haram [[Imam Husain as]] di [[Karbala]], Irak]] | [[Berkas:Haramimamhusain3.jpg|250px|thumbnail|Haram [[Imam Husain as]] di [[Karbala]], Irak]] | ||
Baris 73: | Baris 73: | ||
====Karbala==== | ====Karbala==== | ||
Kurang lebih 70 KM dari kota Kufah terdapat sebuah padang bernama [[Karbala]]. Imam Husain as beserta keluarga dan orang-orang yang menyertainya dikepung oleh lasykar Yazid. Selama 8 hari, Imam Husain as dan rombongan berhenti di tempat itu dan setiap hari ruang kepungan semakin sempit dan jumlah pasukan musuh semakin bertambah. Pada akhirnya Imam Husain as, keluarga dan para sahabatnya yang sangat sedikit jumlahnya berperang melawan 30.000 pasukan musuh. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 211-212. </ref> | Kurang lebih 70 KM dari kota Kufah terdapat sebuah padang bernama [[Karbala]]. Imam Husain as beserta keluarga dan orang-orang yang menyertainya dikepung oleh lasykar Yazid. Selama 8 hari, Imam Husain as dan rombongan berhenti di tempat itu dan setiap hari ruang kepungan semakin sempit dan jumlah pasukan musuh semakin bertambah. Pada akhirnya Imam Husain as, keluarga dan para sahabatnya yang sangat sedikit jumlahnya berperang melawan 30.000 pasukan musuh. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 211-212. </ref> | ||
Dalam beberapa hari ini, Imam Husain semakin mengukuhkan sikapnya dan menyeleksi sahabat-sahabatnya. Ketika malam tiba, Imam Husain as mengundang para sahabatnya untuk bertemu dan menyampaikan, "Kita tidak punya jalan kecuali mati syahid. Mereka hanya berurusan dengan saya. Saya melepaskan baiat dari kalian. Barang siapa yang ingin pergi, silakan gunakan kegelapan malam untuk menyelamatkan diri kalian dari bala ini." <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 212. </ref> | Dalam beberapa hari ini, Imam Husain semakin mengukuhkan sikapnya dan menyeleksi sahabat-sahabatnya. Ketika malam tiba, Imam Husain as mengundang para sahabatnya untuk bertemu dan menyampaikan, "Kita tidak punya jalan kecuali [[Mati Syahid|mati syahid]]. Mereka hanya berurusan dengan saya. Saya melepaskan baiat dari kalian. Barang siapa yang ingin pergi, silakan gunakan kegelapan malam untuk menyelamatkan diri kalian dari bala ini." <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 212. </ref> | ||
Hari terakhir [[9 Muharram]], ultimatum (entah baiat atau perang) pihak musuh kepada Imam Husain as tiba. Imam Husain as memanfaatkan malam hari itu untuk beribadah dan memantapkan tekadnya untuk berperang keesokan harinya. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 212-213. </ref> (silahkan lihat Hari Tasu'a). | Hari terakhir [[9 Muharram]], ultimatum (entah baiat atau perang) pihak musuh kepada Imam Husain as tiba. Imam Husain as memanfaatkan malam hari itu untuk beribadah dan memantapkan tekadnya untuk berperang keesokan harinya. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 212-213. </ref> (silahkan lihat Hari Tasu'a). | ||
Hari [[10 Muharram]] tahun [[61 H]]/680, Imam dengan jumlah pasukan yang sangat minim (keseluruhannya sebanyak 90 orang dimana 40 orang dari mereka merupakan sahabat lama Imam Husain dan 30-an orang lainnya pada malam dan siang hari dari pasukan musuh bergabung dengan Imam Husain as. Selebihnya adalah kerabat Imam Husain dari [[Bani Hasyim]], anak-anak, saudara-saudara dan kemenakan, serta sepupu) berhadapan dengan pasukan musuh dan perang tidak seimbang berkecamuk. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 213. </ref> (Lihat Hari Asyura). | Hari [[10 Muharram]] tahun [[61 H]]/680, Imam dengan jumlah pasukan yang sangat minim (keseluruhannya sebanyak 90 orang dimana 40 orang dari mereka merupakan sahabat lama Imam Husain dan 30-an orang lainnya pada malam dan siang hari dari pasukan musuh bergabung dengan Imam Husain as. Selebihnya adalah kerabat Imam Husain dari [[Bani Hasyim]], anak-anak, saudara-saudara dan kemenakan, serta sepupu) berhadapan dengan pasukan musuh dan perang tidak seimbang berkecamuk. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 213. </ref> (Lihat Hari Asyura). | ||
Baris 89: | Baris 89: | ||
Setelah kembali ke Madinah, Imam Keempat Syi'ah ini banyak berdiam diri di dalam rumah dan menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada [[Allah swt]]. Imam Sajjad as tidak menemui seorang pun kecuali beberapa orang khusus (khas) Syiah seperti [[Abu Hamzah Tsumali]], Abu Khalid Kabili dan orang-orang semisalnya. Mereka mempelajari ajaran-ajaran Ilahiyah dari Imam Sajjad as dan menyebarkannya kepada orang-orang [[Syiah]]. Dengan cara seperti ini ajaran Syiah semakin berkembang luas yang hasilnya dapat dijumpai pada masa keimamahan Imam Kelima, [[Imam Baqir as]]. | Setelah kembali ke Madinah, Imam Keempat Syi'ah ini banyak berdiam diri di dalam rumah dan menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada [[Allah swt]]. Imam Sajjad as tidak menemui seorang pun kecuali beberapa orang khusus (khas) Syiah seperti [[Abu Hamzah Tsumali]], Abu Khalid Kabili dan orang-orang semisalnya. Mereka mempelajari ajaran-ajaran Ilahiyah dari Imam Sajjad as dan menyebarkannya kepada orang-orang [[Syiah]]. Dengan cara seperti ini ajaran Syiah semakin berkembang luas yang hasilnya dapat dijumpai pada masa keimamahan Imam Kelima, [[Imam Baqir as]]. | ||
[[Shahifah Sajjadiah|Shahifah Sajjadiyah]] yang mencakup 57 doa merupakan salah satu karya Imam Sajjad as. <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 216. </ref> | [[Shahifah Sajjadiah|Shahifah Sajjadiyah]] yang mencakup 57 doa merupakan salah satu karya Imam Sajjad as. <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 216. </ref> | ||
Setelah 35 tahun menjalani masa keimamahannya, [[Imam Sajjad as]] syahid pada usia 95 tahun akibat racun Walid bin Abdul Malik yang diperintahkan oleh Hisyam salah seorang Khalifah Bani Umayah. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm. 216. </ref> | Setelah 35 tahun menjalani masa keimamahannya, [[Imam Sajjad as]] [[Mati Syahid|syahid]] pada usia 95 tahun akibat racun Walid bin Abdul Malik yang diperintahkan oleh Hisyam salah seorang Khalifah Bani Umayah. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm. 216. </ref> | ||
[[berkas:Imamhasanqadim.jpg|250px|thumbnail|Kuburan empat imam syiah ([[Imam Ja'far al-Shadiq as]],[[Imam Muhammad al-Baqir as]], [[Imam Ali Zainal Abidin as]] dan [[Imam Hasan al-Mujtaba as]]) sebelum penghancurannya pada tanggal 21 April 1926 di [[Jannatul Baqi]], [[Madinah]]]] | [[berkas:Imamhasanqadim.jpg|250px|thumbnail|Kuburan empat imam syiah ([[Imam Ja'far al-Shadiq as]],[[Imam Muhammad al-Baqir as]], [[Imam Ali Zainal Abidin as]] dan [[Imam Hasan al-Mujtaba as]]) sebelum penghancurannya pada tanggal 21 April 1926 di [[Jannatul Baqi]], [[Madinah]]]] | ||
[[berkas:4 Imam Syiah di Jannatul Baqi.jpg|250px|thumbnail|Kuburan empat imam syiah ([[Imam Ja'far al-Shadiq as]],[[Imam Muhammad al-Baqir as]], [[Imam Ali Zainal Abidin as]] dan [[Imam Hasan al-Mujtaba as]]) di [[Jannatul Baqi]], [[Madinah]], setelah penghancuran.]] | [[berkas:4 Imam Syiah di Jannatul Baqi.jpg|250px|thumbnail|Kuburan empat imam syiah ([[Imam Ja'far al-Shadiq as]],[[Imam Muhammad al-Baqir as]], [[Imam Ali Zainal Abidin as]] dan [[Imam Hasan al-Mujtaba as]]) di [[Jannatul Baqi]], [[Madinah]], setelah penghancuran.]] | ||
Baris 96: | Baris 96: | ||
{{main|Imam Muhammad bin Ali as}} | {{main|Imam Muhammad bin Ali as}} | ||
Imam Muhammad bin Ali as yang lebih dikenal dengan nama Baqir al-'Ulum (Sang Penyingkap Ilmu). Gelar Bāqir al-'Ulum ini diberikan oleh [[Rasulullah saw]] kepadanya. Imam Baqir as lahir pada tahun [[57 H]]/677 dan ia turut menjadi saksi atas [[Tragedi Karbala]]. Ketika itu usianya baru menginjak 4 tahun. | Imam Muhammad bin Ali as yang lebih dikenal dengan nama Baqir al-'Ulum (Sang Penyingkap Ilmu). Gelar Bāqir al-'Ulum ini diberikan oleh [[Rasulullah saw]] kepadanya. Imam Baqir as lahir pada tahun [[57 H]]/677 dan ia turut menjadi saksi atas [[Tragedi Karbala]]. Ketika itu usianya baru menginjak 4 tahun. | ||
Imam Baqir as mencapai posisi [[imamah]] setelah ayahnya berdasarkan perintah Allah swt dan diperkenalkan oleh pendahulunya. Imam Baqir as gugur sebagai syahid pada tahun 114 H/732 atau 117 H/735 (sesuai dengan sebagian riwayat Syiah, Imam Baqir diracun oleh Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik kemenakan Hisyam Khalifah Bani Umayah). <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 217. </ref> | Imam Baqir as mencapai posisi [[imamah]] setelah ayahnya berdasarkan perintah Allah swt dan diperkenalkan oleh pendahulunya. Imam Baqir as gugur sebagai [[Mati Syahid|syahid]] pada tahun 114 H/732 atau 117 H/735 (sesuai dengan sebagian riwayat Syiah, Imam Baqir diracun oleh Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik kemenakan Hisyam Khalifah Bani Umayah). <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 217. </ref> | ||
Pada masa Imam Baqir as, karena kezaliman Bani Umayah kepada umat, setiap hari terjadi perang dan pemberontakan di mana-mana yang menyita perhatian, waktu dan tenaga aparat pemerintahan sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengusik [[Ahlulbait as]]. <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 217. </ref> | Pada masa Imam Baqir as, karena kezaliman Bani Umayah kepada umat, setiap hari terjadi perang dan pemberontakan di mana-mana yang menyita perhatian, waktu dan tenaga aparat pemerintahan sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengusik [[Ahlulbait as]]. <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 217. </ref> | ||
Dari sisi lain, terjadinya tragedi Karbala dan ketertindasan Ahlulbait semakin menyedot perhatian dan membuat umat Islam simpati terhadap mereka sehingga tersedia kesempatan berharga bagi Imam Baqir as untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam hakiki dan Ahlulbait as kepada masyarakat. Kondisi seperti ini tidak alami oleh para Imam sebelumnya. Banyaknya hadis dan riwayat yang tidak terbilang banyaknya yang diriwayatkan dari [[Imam Baqir as]].<ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 217-218. </ref> | Dari sisi lain, terjadinya tragedi Karbala dan ketertindasan Ahlulbait semakin menyedot perhatian dan membuat umat Islam simpati terhadap mereka sehingga tersedia kesempatan berharga bagi Imam Baqir as untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam hakiki dan Ahlulbait as kepada masyarakat. Kondisi seperti ini tidak alami oleh para Imam sebelumnya. Banyaknya hadis dan riwayat yang tidak terbilang banyaknya yang diriwayatkan dari [[Imam Baqir as]].<ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 217-218. </ref> | ||
Baris 102: | Baris 102: | ||
===6. Imam Ja'far al-Shadiq as=== | ===6. Imam Ja'far al-Shadiq as=== | ||
{{main|Imam Ja'far bin Muhammad as}} | {{main|Imam Ja'far bin Muhammad as}} | ||
Imam Ja'far bin Muhammad (Shadiq) putra Imam Kelima, Imam Muhammad Baqir as lahir tahun 83 H/702 dan syahid pada usia 65 tahun (148 H/765) akibat diracun oleh Manshur Khalifah Abbasi. <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 218. </ref> | Imam Ja'far bin Muhammad (Shadiq) putra Imam Kelima, Imam Muhammad Baqir as lahir tahun 83 H/702 dan [[Mati Syahid|syahid]] pada usia 65 tahun (148 H/765) akibat diracun oleh Manshur Khalifah Abbasi. <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 218. </ref> | ||
Imam Shadiq as adalah Imam yang usianya lebih panjang dan lebih lama periode keimamahannya. Tentunya setelah [[Imam Mahdi as]] yang hidup dalam masa keghaiban. | Imam Shadiq as adalah Imam yang usianya lebih panjang dan lebih lama periode keimamahannya. Tentunya setelah [[Imam Mahdi as]] yang hidup dalam masa keghaiban. | ||
Pada masa keimamahan Imam Shadiq as berkat adanya perlawanan dan pemberontakan di mana-mana dan khususnya pemberontakan Musawwadah (bendera hitam) yang bangkit untuk menggulingkan pemerintahan [[Bani Umayah]], Pemberontakan dan peperangan ini berujung pada jatuhnya Bani Umayah. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Imam Kelima selama 20 tahun keimamahannya. kesempatan itu sangat terbuka lebar bagi Imam Shadiq as dalam menyebarkan hakikat-hakikat [[Islam]] dan ajaran-ajaran [[Ahlulbait as]] . <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 218-219. </ref> | Pada masa keimamahan Imam Shadiq as berkat adanya perlawanan dan pemberontakan di mana-mana dan khususnya pemberontakan Musawwadah (bendera hitam) yang bangkit untuk menggulingkan pemerintahan [[Bani Umayah]], Pemberontakan dan peperangan ini berujung pada jatuhnya Bani Umayah. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Imam Kelima selama 20 tahun keimamahannya. kesempatan itu sangat terbuka lebar bagi Imam Shadiq as dalam menyebarkan hakikat-hakikat [[Islam]] dan ajaran-ajaran [[Ahlulbait as]] . <ref>Thabathabai, Syi'ah dar Islām, hlm, 218-219. </ref> | ||
Baris 112: | Baris 112: | ||
===7. Imam Musa al-Kazhim as=== | ===7. Imam Musa al-Kazhim as=== | ||
{{main|Imam Musa bin Ja'far as}} | {{main|Imam Musa bin Ja'far as}} | ||
Imam Ketujuh Musa bin Ja'far al-Kazhim as putra Imam Keenam lahir pada tahun 128 H/745 dan gugur syahid tahun 183 H/799 dalam penjara karena diracun. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 221. </ref> | Imam Ketujuh Musa bin Ja'far al-Kazhim as putra Imam Keenam lahir pada tahun 128 H/745 dan gugur [[Mati Syahid|syahid]] tahun 183 H/799 dalam penjara karena diracun. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 221. </ref> | ||
Imam Ketujuh semasa dengan Khalifah Abbasiyah seperti Manshur, Hadi, Mahdi dan Harun. Ia hidup pada masa yang sangat mencekik dan pelik serta banyak mempraktikkan [[taqiyah]]. Tatkala dalam perjalanan [[haji]] ke Madinah, Khalifah Abbasiyah pada waktu itu memerintahkan untuk menangkap [[Imam Kazhim as]] ketika sedang [[salat]] di [[Masjid Nabawi]]. Imam Kazhim as ditangkap dengan rantai dan dijebloskan ke dalam penjara. Ia dibawa dari [[Madinah]] ke Basrah dan dari Basrah ke Baghdad. Beberapa tahun lamanya ia dipindahkan dari satu penjara ke penjara lainnya hingga akhirnya gugur syahid di penjara Baghdad akibat diracun oleh Sindi bin Syahik. | Imam Ketujuh semasa dengan Khalifah Abbasiyah seperti Manshur, Hadi, Mahdi dan Harun. Ia hidup pada masa yang sangat mencekik dan pelik serta banyak mempraktikkan [[taqiyah]]. Tatkala dalam perjalanan [[haji]] ke Madinah, Khalifah Abbasiyah pada waktu itu memerintahkan untuk menangkap [[Imam Kazhim as]] ketika sedang [[salat]] di [[Masjid Nabawi]]. Imam Kazhim as ditangkap dengan rantai dan dijebloskan ke dalam penjara. Ia dibawa dari [[Madinah]] ke Basrah dan dari Basrah ke Baghdad. Beberapa tahun lamanya ia dipindahkan dari satu penjara ke penjara lainnya hingga akhirnya gugur syahid di penjara Baghdad akibat diracun oleh Sindi bin Syahik. | ||
Imam Musa Kazhim dimakamkan di sebuah tempat bernama Maqabir [[Quraisy]] yang kini bernama kota [[Kazhimain]], Baghdad, Irak. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 221. </ref> | Imam Musa Kazhim dimakamkan di sebuah tempat bernama Maqabir [[Quraisy]] yang kini bernama kota [[Kazhimain]], Baghdad, Irak. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 221. </ref> | ||
Baris 119: | Baris 119: | ||
===8. Imam Ali al-Ridha as=== | ===8. Imam Ali al-Ridha as=== | ||
{{main|Imam Ali bin Musa as}} | {{main|Imam Ali bin Musa as}} | ||
Imam Kedelapan Ali bin Musa al-Ridha as adalah putra Imam Ketujuh yang lahir pada tahun 148 H/765 (menurut kebanyakan kitab sejarah) dan syahid pada tahun 203 H/818. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 222. </ref> | Imam Kedelapan Ali bin Musa al-Ridha as adalah putra Imam Ketujuh yang lahir pada tahun 148 H/765 (menurut kebanyakan kitab sejarah) dan [[Mati Syahid|syahid]] pada tahun 203 H/818. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 222. </ref> | ||
Setelah kesyahidan ayahnya, berdasarkan perintah [[Allah swt]] dan diperkenalkan oleh pendahulunya, [[Imam Ridha as]] menduduki posisi imamah dan untuk beberapa lama dalam periode imamahnya semasa dengan Harun Khalifah Abbasiyah dan setelah itu putranya Amin dan putranya yang lain yaitu Makmun. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 222. </ref> | Setelah kesyahidan ayahnya, berdasarkan perintah [[Allah swt]] dan diperkenalkan oleh pendahulunya, [[Imam Ridha as]] menduduki posisi imamah dan untuk beberapa lama dalam periode imamahnya semasa dengan Harun Khalifah Abbasiyah dan setelah itu putranya Amin dan putranya yang lain yaitu Makmun. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 222. </ref> | ||
Setelah Khalifah Harun meninggal, Makmun berselisih dengan saudaranya, Amin. Perselisihan ini berujung pada peperangan berdarah dan berakhir pada terbunuhnya Amin. Hingga pada masa itu, kebijakan politik Bani Abbasiyah dalam menghadapi para sayid Alawi penuh dengan kekerasan. Dan terkadang salah seorang Alawiyyin bangkit mengusung perlawanan dan pemberontakan terhadap penguasa. Tentunya perlawanan ini sangat menyulitkan pemerintahan Bani Abbasiyah pada saat itu. | Setelah Khalifah Harun meninggal, Makmun berselisih dengan saudaranya, Amin. Perselisihan ini berujung pada peperangan berdarah dan berakhir pada terbunuhnya Amin. Hingga pada masa itu, kebijakan politik Bani Abbasiyah dalam menghadapi para sayid Alawi penuh dengan kekerasan. Dan terkadang salah seorang Alawiyyin bangkit mengusung perlawanan dan pemberontakan terhadap penguasa. Tentunya perlawanan ini sangat menyulitkan pemerintahan Bani Abbasiyah pada saat itu. |