Pengguna anonim
Imam-Imam Syiah: Perbedaan antara revisi
→8. Imam Ali al-Ridha as
imported>Ismail Dg naba |
imported>Ismail Dg naba |
||
Baris 119: | Baris 119: | ||
===8. Imam Ali al-Ridha as=== | ===8. Imam Ali al-Ridha as=== | ||
{{main|Imam Ali bin Musa as}} | {{main|Imam Ali bin Musa as}} | ||
Imam Kedelapan Ali bin Musa al-Ridha as adalah putra Imam Ketujuh yang lahir pada tahun | Imam Kedelapan Ali bin Musa al-Ridha as adalah putra Imam Ketujuh yang lahir pada tahun 148 H/765 (menurut kebanyakan kitab sejarah) dan syahid pada tahun 203 H/818. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 222. </ref> | ||
Setelah kesyahidan ayahnya, berdasarkan perintah [[Allah swt]] dan diperkenalkan oleh pendahulunya, [[Imam Ridha as]] menduduki posisi imamah dan untuk beberapa lama dalam periode imamahnya semasa dengan Harun Khalifah Abbasiyah dan setelah itu putranya Amin dan putranya yang lain yaitu Makmun. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 222. </ref> | Setelah kesyahidan ayahnya, berdasarkan perintah [[Allah swt]] dan diperkenalkan oleh pendahulunya, [[Imam Ridha as]] menduduki posisi imamah dan untuk beberapa lama dalam periode imamahnya semasa dengan Harun Khalifah Abbasiyah dan setelah itu putranya Amin dan putranya yang lain yaitu Makmun. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 222. </ref> | ||
Setelah Khalifah Harun meninggal, Makmun berselisih dengan saudaranya, Amin. Perselisihan ini berujung pada peperangan berdarah dan berakhir pada terbunuhnya Amin. Hingga pada masa itu, kebijakan politik Bani Abbasiyah dalam menghadapi para sayid Alawi penuh dengan kekerasan. Dan terkadang salah seorang Alawiyyin bangkit mengusung perlawanan dan pemberontakan terhadap penguasa. Tentunya perlawanan ini sangat menyulitkan pemerintahan Bani Abbasiyah pada saat itu. | Setelah Khalifah Harun meninggal, Makmun berselisih dengan saudaranya, Amin. Perselisihan ini berujung pada peperangan berdarah dan berakhir pada terbunuhnya Amin. Hingga pada masa itu, kebijakan politik Bani Abbasiyah dalam menghadapi para sayid Alawi penuh dengan kekerasan. Dan terkadang salah seorang Alawiyyin bangkit mengusung perlawanan dan pemberontakan terhadap penguasa. Tentunya perlawanan ini sangat menyulitkan pemerintahan Bani Abbasiyah pada saat itu. | ||
Baris 127: | Baris 127: | ||
Makmun berpikir untuk menyudahi kebijakan politik yang telah digunakan selama 70 tahun oleh para pendahulunya. Ia membuat cara baru yang sesuai dengan tuntutan zaman ketika itu. Karena itu, Makmun memutuskan untuk menjadikan Imam Ridha as sebagai putra mahkota. Dengan alasan ketika keturunan Alawiyyin melihat pemimpin mereka dekat dengan penguasa, hasilnya mereka tidak akan melakukan perlawanan terhadap pemerintahan khalifah. Dan orang-Orang Syiah ketika menyaksikan Imam mereka dekat dengan penguasa yang mana orang-orang di sekelilingnya adalah orang-orang yang bergelimang dosa, tentunya mereka tidak lagi memiliki keyakinan yang dalam kepada Imam. Dengan demikian, bangunan mazhab mereka akan hancur dan tidak lagi menjadi ancaman bagi para aparat pemerintahan. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 223. </ref> | Makmun berpikir untuk menyudahi kebijakan politik yang telah digunakan selama 70 tahun oleh para pendahulunya. Ia membuat cara baru yang sesuai dengan tuntutan zaman ketika itu. Karena itu, Makmun memutuskan untuk menjadikan Imam Ridha as sebagai putra mahkota. Dengan alasan ketika keturunan Alawiyyin melihat pemimpin mereka dekat dengan penguasa, hasilnya mereka tidak akan melakukan perlawanan terhadap pemerintahan khalifah. Dan orang-Orang Syiah ketika menyaksikan Imam mereka dekat dengan penguasa yang mana orang-orang di sekelilingnya adalah orang-orang yang bergelimang dosa, tentunya mereka tidak lagi memiliki keyakinan yang dalam kepada Imam. Dengan demikian, bangunan mazhab mereka akan hancur dan tidak lagi menjadi ancaman bagi para aparat pemerintahan. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 223. </ref> | ||
Makmun berpikir setelah tujuannya tercapai, untuk melenyapkan Imam Ridha as tidaklah begitu sulit. Untuk merealisasikan keputusan ini, Makmun pada tahun 200 H/815 meminta Imam Ridha as dari [[Madinah]] untuk datang ke Marw (kemudian bernama Aleksandria), Turkmenistan. Pada awalnya, Makmun menawarkan khilafah kepada Imam Ridha as namun kemudian berubah menjadi putra mahkota. Imam Ridha menolak secara halus permintaan itu namun Makmun mendesak supaya Imam Ridha as menerima tawaran itu. Akhirnya Imam Ridha as menerima tawaran menjadi putera mahkota itu dengan syarat bahwa ia tidak turut campur dalam urusan pemerintahan, mengangkat dan menurunkan. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 223-224. </ref> | Makmun berpikir setelah tujuannya tercapai, untuk melenyapkan Imam Ridha as tidaklah begitu sulit. Untuk merealisasikan keputusan ini, Makmun pada tahun 200 H/815 meminta Imam Ridha as dari [[Madinah]] untuk datang ke Marw (kemudian bernama Aleksandria), Turkmenistan. Pada awalnya, Makmun menawarkan khilafah kepada Imam Ridha as namun kemudian berubah menjadi putra mahkota. Imam Ridha menolak secara halus permintaan itu namun Makmun mendesak supaya Imam Ridha as menerima tawaran itu. Akhirnya Imam Ridha as menerima tawaran menjadi putera mahkota itu dengan syarat bahwa ia tidak turut campur dalam urusan pemerintahan, mengangkat dan menurunkan. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 223-224. </ref> | ||
Tidak lama berselang, Makmun menyadari kesalahannya dengan menyaksikan perkembangan pesat [[Syiah]]. Akhirnya ia memutuskan untuk meracuni Imam Ridha as dan akibat racun itu Imam Ridha as gugur syahid. Imam Kedelapan dikebumikan di kota | Tidak lama berselang, Makmun menyadari kesalahannya dengan menyaksikan perkembangan pesat [[Syiah]]. Akhirnya ia memutuskan untuk meracuni Imam Ridha as dan akibat racun itu Imam Ridha as gugur syahid. Imam Kedelapan dikebumikan di kota Thusy Iran yang kini terkenal dengan kota [[Masyhad]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 224. </ref> | ||
===9. Imam Muhammad al-Jawad as=== | ===9. Imam Muhammad al-Jawad as=== |