Lompat ke isi

Bismillahi Rahmanir Rahim: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>M.hazer
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{underlinked}}
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
[[berkas:بسمله امیرخانی.jpg|400 px|thumbnail|"Bismillahi Rahmanir Rahim" karya Amir Khani]]
| prioritas =
'''Bismillahi Rahmanir Rahim''' (Bahasa Arab:{{ia|بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ}}) terkenal dengan '''basmalah''' ({{ia| بَسمَلَه}}) atau '''tasmiyah''' ({{ia|تَسمِیه}}) yang bermakna membaca nama Allah dan mengingat Allah. Ungkapan ini berulang sebanyak 114 kali. Bismillah disebutkan pada awal surah-surah Al-Quran kecuali surah [[Surah Al-Taubah|Al-Baraah]] (surah Al-Taubat), pada surah [[Surah Al-Naml|Al-Naml]] disebutkan 2 kali, sekali di awal surah dan di ayat 26. Terdapat banyak riwayat tentang keutamaan membaca basmalah dan sangat dianjurkan untuk memulai setiap pekerjaan dengan membaca basmalah. Di antara ulama, terdapat perbedaan pendapat terkait dengan bismillah apakah bagian dari sebuah surat atau tidak. Bismillah juga menjadi perhatian khusus dalam karya sastra dan kesenian Islam.
| kualitas =
| link =
| foto =sudah
| kategori =sudah
| infobox =
| navbox sudah
| alih=sudah
| referensi =sudah
| Artikel bagus =
| Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
[[berkas:بسمله امیرخانی.jpg|250 px|thumbnail|"Bismillahi Rahmanir Rahim" karya Amir Khani]]
'''Bismillahi Rahmanir Rahim''' (bahasa Arab:{{ia|بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ}}) terkenal dengan '''basmalah''' ({{ia| بَسمَلَه}}) atau '''tasmiyah''' ({{ia|تَسمِیه}}) yang bermakna membaca nama Allah dan mengingat Allah (zikrullah). Ungkapan ini dalam [[Alquran]] berulang sebanyak 114 kali. Bismillah disebutkan pada awal surah-surah Alquran kecuali surah [[Surah Al-Taubah|Al-Bara'ah]] (surah al-Taubah) dan dalam surah [[Surah Al-Naml|al-Naml]] disebutkan 2 kali, sekali di awal surah dan sekali lagi di ayat 26. Terdapat banyak riwayat tentang keutamaan membaca basmalah dan sangat dianjurkan untuk memulai setiap pekerjaan dengan membaca basmalah. Terdapat perbedaan pendapat diantara ulama terkait dengan basmllah, apakah bagian dari satu surah atau tidak. Basmallah juga menjadi perhatian khusus dalam karya sastra dan kesenian Islam.


==Kata-kata Bismillah==
==Kata-kata Basmallah==
Ayat "Bismillahi Rahmanir Rahim" atau "bismillah" jika disingkat, juga dikenal dengan frasa "tasmiyah." Asal kata ini diperoleh dengan metode ''naht'' (abreviasi atau pembuatan akronim) yang dibuat dari ungkapan bismillah; sebagaimana yang ada pada derivasi-derivasi "haya'alah, hamdalah dan hasbalah dibuat dengan cara seperti ini, yaitu peletakan sebagian huruf berdampingan menjadi satu frase dan digunakan dalam bentuk ism fā'il (kata yang bermakna subyek)<ref> Lisān al-Arab, jld. 1, hlm. 412; Al-Munjid, hlm. 38. Kata (bismillah). </ref> dengan kata ''mubasmil'' bagi orang yang mengucapkannya. <ref> Tafsir Māwardi, jld. 1, hlm. 50. </ref>
Ayat "Bismillahi Rahmanir Rahim" atau "basmalah" jika disingkat, juga dikenal dengan frasa "tasmiyah." Asal kata ini diperoleh dengan metode ''naht'' (abreviasi atau pembuatan akronim) yang dibuat dari ungkapan bismillah; sebagaimana yang ada pada derivasi-derivasi "hay'alah, hamdalah, Hauqalah, Haylalah dan hasbalah dibuat dengan cara seperti ini, yaitu peletakan sebagian huruf berdampingan menjadi satu frase dan digunakan dalam bentuk ism fā'il (kata yang bermakna subyek)<ref> ''Lisān al-Arab'', jld. 1, hlm. 412; ''Al-Munjid'', hlm. 38. Kata (basmallah). </ref> dengan kata ''mubasmil'' bagi orang yang mengucapkannya. <ref> ''Tafsir Māwardi'', jld. 1, hlm. 50. </ref>
Di samping itu, frase basmalah menempati kedudukan ayat bismillahi al-Rahman al-Rahim, seperti "Bismillah adalah ayat dari Al-Quran dan Al-Fatihah." <ref> Tafsir Sayid Musthafa Khomeini, jld. 1, hlm. 65. </ref>
Sebagian berpandangan bahwa bismillah tidak berkembang sebagai bahasa fasih Arab, tapi para  ahli bahasa (linguis) seperti Ibnu Sikki dan Mutharrazi dengan menukil dari bukti-bukti para penyair Arab, menyatakan akan kefasihan dan keaslian bismillah dari bahasa Arab. Tidak ada informasi yang menyebutkan bahwa lafadz ini juga ddigunakan pada masa sebelum Islam, penggunaan lafaz ini pertama kalinya kemungkinan tercatat pada syair Ibnu Abi Rabi'ah. <ref> Ibnu Faris, 1404, jld. 1, hlm. 328-329, Ibid, 1382, jld. 1, hlm. 271, Qaisi, jld, 1, jld. 1, hlm. 13-14, Fayumi, terkait dengan kata bismillah, Qurthubi jld. 1, hlm. 97: Suyuthi, Al-Mazhar, jld. 1, hlm. 482-485, Murtadha Zubaidi, jld. 7, hlm. 238, Lin, jld. 1, hlm. 206; 2693. </ref>
Bismillah tidak dijumpai dalam riwayat yang berasal dari Nabi Muhammad Saw dan para Imam As dan hanya ada dalam riwayat Kaf'ami yang dinukil dari Nabi Muhammad Saw yang dinyatakan dalam bentuk masdar. <ref> Kaf'ami, hlm. 83. </ref>
Syahid Tsani dalam tafsir bismillah mengutip riwayat (Jangan tinggalkan [mengucapkan] bismilllah) di mana tentang hal itu juga terdapat kemungkinan bahwa dalam riwayat (jangan biarkan bismillahi rahmanir rahimi) terdapat perubahan lafadz dalam ungkapan Syahid Tsani. <ref> Ulumul Hadis, No. 4, hlm. 177. </ref>
Pada masa sekarang, penganut agama Kristen juga menggunakan bismillah dengan arti (Dengan nama Bapa, Anak dan Ruh Qudus). <ref> Syartuni, jld. 1, hlm. 44, ma'luf, kata (bismillah). </ref>


==Susunan Bismillah==
Di samping itu, frase basmalah menempati kedudukan ayat bismillahi al-Rahman al-Rahim, seperti "Bismillah adalah ayat dari Alquran dan Al-Fatihah." <ref> ''Tafsire Sayyid Musthafa Khomeini'', jld. 1, hlm. 65. </ref>
Sebagian berpandangan bahwa basmalah tidak berkembang sebagai bahasa fasih Arab, tapi para ahli bahasa (linguis) seperti Ibnu Sikkit dan Mutharrazi dengan menukil dari bukti-bukti para penyair Arab, menyatakan akan kefasihan dan keaslian basmalah dari bahasa Arab. Tidak ada informasi yang menyebutkan bahwa lafadz ini juga digunakan pada masa sebelum [[Islam]], penggunaan lafaz ini pertama kalinya kemungkinan tercatat pada syair Ibnu Abi Rabi'ah. <ref> Ibnu Faris, 1404, jld. 1, hlm. 328-329, Ibid, 1382, jld. 1, hlm. 271, Qaisi, jld, 1, jld. 1, hlm. 13-14, Fayumi, terkait dengan kata basmalah, Qurthubi jld. 1, hlm. 97: Suyuthi, ''Al-Mazhar'', jld. 1, hlm. 482-485, Murtadha Zubaidi, jld. 7, hlm. 238, Lin, jld. 1, hlm. 206; 2693. </ref>
Basmalah tidak ditemui dalam riwayat yang berasal dari [[Nabi Muhammad Saw]] dan [[para Imam as]] dan hanya ada dalam riwayat Kaf'ami yang dinukil dari Nabi Muhammad Saw yang dinyatakan dalam bentuk kata dasarnya(masdar). <ref> Kaf'ami, hlm. 83. </ref>
 
[[Syahid Tsani]] dalam tafsir basmalah mengutip satu riwayat (Jangan tinggalkan [mengucapkan] basmalah) di mana tentang hal itu juga terdapat kemungkinan bahwa dalam riwayat (jangan biarkan bismillahi rahmanir rahimi) terdapat perubahan lafadz dalam ungkapan Syahid Tsani. <ref> Ulumul Hadis, No. 4, hlm. 177. </ref>
Pada masa sekarang, penganut agama Kristen juga menggunakan basmalah dengan arti (Dengan nama Bapa, Anak dan Roh Qudus). <ref> Syartuni, jld. 1, hlm. 44, ma'luf, kata (basmalah). </ref>
 
==Susunan Basmalah==
Bismillah tersusun dari 5 bagian yang telah diteliti dari berbagai sisi. Bismillah tersusun dari jar dan majrur dan fi'il atau mubtada dan tidak ada khabarnya. Kata kerjanya tidak disebutkan secara eksplisit (taqdir). Terdapat 4 asma dalam asma-asma yang ada pada ayat dimana satu dari tiga asma itu adalah asmaul husna Ilahi yang membentuk satu kelompok yang terdiri dari tiga asma.
Bismillah tersusun dari 5 bagian yang telah diteliti dari berbagai sisi. Bismillah tersusun dari jar dan majrur dan fi'il atau mubtada dan tidak ada khabarnya. Kata kerjanya tidak disebutkan secara eksplisit (taqdir). Terdapat 4 asma dalam asma-asma yang ada pada ayat dimana satu dari tiga asma itu adalah asmaul husna Ilahi yang membentuk satu kelompok yang terdiri dari tiga asma.


Baris 24: Baris 38:


===Allah===
===Allah===
Kata Allah merupakan lafaz jalalah dan mencakup seluruh nama Tuhan dalam Al-Quran. Menurut Muqaddasi terdapat 5 pendapat terkait dengan asal kata lafaz jalalah. <ref> Hlm 645. </ref> Dalam Tafsir Partui secara singkat dijelaskan sebagai berikut: Kata kerja Ilah mempunyai arti menghamba, tunduk, dan tentram. Ilah adalah nama sebuah sesembahan entah sesembahan itu batil ataukah hak. Allah dengan hamzah yang dihapus dan dengan ditambahkan alif dan lam adalah merupakan nama sesembahan yang hak. Allah adalah nama all-inkulsif (''jami'''), sifat bagi Allah Swt. <ref> Thaliqani, jld. 1, hlm. 24. </ref>
Kata Allah merupakan lafaz jalalah dan mencakup seluruh nama Tuhan dalam Alquran. Menurut Muqaddasi terdapat 5 pendapat terkait dengan asal kata lafaz jalalah. <ref> Hlm 645. </ref> Dalam Tafsir Partui secara singkat dijelaskan sebagai berikut: Kata kerja Ilah mempunyai arti menghamba, tunduk, dan tentram. Ilah adalah nama sebuah sesembahan entah sesembahan itu batil ataukah hak. Allah dengan hamzah yang dihapus dan dengan ditambahkan alif dan lam adalah merupakan nama sesembahan yang hak. Allah adalah nama all-inkulsif (''jami'''), sifat bagi Allah Swt. <ref> Thaliqani, jld. 1, hlm. 24. </ref>
Nama ini memiliki derivasi yang banyak dalam berbagai bahasa Sami dan akar katanya kembali kepada agama-agama kuno. Latar belakang penyembahan Allah di antara agama Sami sangat banyak dan nama ini dikenal mereka khususnya pada dua atau tiga abad sebelum adanya Agama Islam di Arab Saudi, bahkan nama-nama seseorang di antara mereka adalah Abdullah. Kaum Arab di samping meyakini adanya banyak Tuhan, mereka juga percaya adanya Tuhan Sang Pencipta yang berkuasa di langit. Babilonia menamainya dengan "Al." Nabath mengenalnya dengan nama "Hala." Herodotos berkata kaum Nabath menyembah Tuhan yang bernama "Aliyah." Lafaz ini dalam bahasa Aram adalah Allatu dan dalam bahasa Akkadia adalah Eloi, di mana merupakan Ilah dalam bahasa Arab kuno. <ref> Silahkan lihat: Markātānat, vol. 4, hlm. 141, Thabāthabāi, jld. 19, hlm.  38; Masykur, jld. 1/ hlm. 32-33, Ja'fari, 125, Wa'idz Zade Khurasani, jld. 2, hlm. 627-629 dan 635. </ref>
Nama ini memiliki derivasi yang banyak dalam berbagai bahasa Sami dan akar katanya kembali kepada agama-agama kuno. Latar belakang penyembahan Allah di antara agama Sami sangat banyak dan nama ini dikenal mereka khususnya pada dua atau tiga abad sebelum adanya Agama Islam di Arab Saudi, bahkan nama-nama seseorang di antara mereka adalah Abdullah. Kaum Arab di samping meyakini adanya banyak Tuhan, mereka juga percaya adanya Tuhan Sang Pencipta yang berkuasa di langit. Babilonia menamainya dengan "Al." Nabath mengenalnya dengan nama "Hala." Herodotos berkata kaum Nabath menyembah Tuhan yang bernama "Aliyah." Lafaz ini dalam bahasa Aram adalah Allatu dan dalam bahasa Akkadia adalah Eloi, di mana merupakan Ilah dalam bahasa Arab kuno. <ref> Silahkan lihat: Markātānat, vol. 4, hlm. 141, Thabāthabāi, jld. 19, hlm.  38; Masykur, jld. 1/ hlm. 32-33, Ja'fari, 125, Wa'idz Zade Khurasani, jld. 2, hlm. 627-629 dan 635. </ref>
Qurthubi dalam pengambilan nama Lat dari lafaz Allah mengutip pendapat dari beberapa mufassir. <ref> Qurthubi, jld. 10, 17. </ref>
Qurthubi dalam pengambilan nama Lat dari lafaz Allah mengutip pendapat dari beberapa mufassir. <ref> Qurthubi, jld. 10, 17. </ref>
Baris 33: Baris 47:


====Perbedaan antara Rahman dan Rahim====
====Perbedaan antara Rahman dan Rahim====
Terdapat makna yang berbeda dalam penggunaan makna rahman dan rahim dalam Al-Quran sebagaimana berikut:
Terdapat makna yang berbeda dalam penggunaan makna rahman dan rahim dalam Alquran sebagaimana berikut:
*Kata Rahman dalam al-Quran selalu lebih dahulu dari kata Rahim. Dalilnya di antaranya adalah bahwa rahman merupakan ism alam (kata benda nama) yang tidak dipakai pada selain Tuhan yang Maha Tinggi sehingga wajib untuk mendahulukan rahman (washf) dari pada sifatnya (Rahim). <ref> Thusi, jld. 1, hlm. 29. </ref>
*Kata Rahman dalam Alquran selalu lebih dahulu dari kata Rahim. Dalilnya di antaranya adalah bahwa rahman merupakan ism alam (kata benda nama) yang tidak dipakai pada selain Tuhan yang Maha Tinggi sehingga wajib untuk mendahulukan rahman (washf) dari pada sifatnya (Rahim). <ref> Thusi, jld. 1, hlm. 29. </ref>
*Rahman tidak akan muncul tanpa alif dan lam namun rahim tidak ada aturan dan syarat seperti ini.
*Rahman tidak akan muncul tanpa alif dan lam namun rahim tidak ada aturan dan syarat seperti ini.
*Rahmān digunakan secara mandiri dan jika digunakan secara bersamaan (tarkib) maka hanya akan bersanding dengan kata-kata rahim. Namun rahim bisa ditarkib (disusun) dengan asma-asma yang lainnya. <ref> Silahkan lihat: Zumiyah, hlm. 23. </ref>
*Rahmān digunakan secara mandiri dan jika digunakan secara bersamaan (tarkib) maka hanya akan bersanding dengan kata-kata rahim. Namun rahim bisa ditarkib (disusun) dengan asma-asma yang lainnya. <ref> Silahkan lihat: Zumiyah, hlm. 23. </ref>
*Rahman adalah merupakan ''ism ghairi munsharif'' (isim yang tidak menerima tanwin) dan tidak mengandung tanwin, meski tidak memiliki syarat-syarat untuk tidak disharf.
*Rahman adalah merupakan ''ism ghairi munsharif'' (isim yang tidak menerima tanwin) dan tidak mengandung tanwin, meski tidak memiliki syarat-syarat untuk tidak disharf.
*Rahman dengan adanya dalil khusus dan karena mutlak digunakan pada Tuhan, tidak mempunyai bentuk jamak, mutsanna dan mu'anats. Namun rahim bisa juga dalam bentuk jamak, ruhama di mana hal ini ada dalam Al-Quran dan dalam bahasa Arab juga terdapat bentuk mutsana dan ma'annats.
*Rahman dengan adanya dalil khusus dan karena mutlak digunakan pada Tuhan, tidak mempunyai bentuk jamak, mutsanna dan mu'anats. Namun rahim bisa juga dalam bentuk jamak, ruhama di mana hal ini ada dalam Alquran dan dalam bahasa Arab juga terdapat bentuk mutsana dan ma'annats.
*Penggunaan wazan ''fa'lān'' (Rahman) dalam ayat-ayat al-Quran menunjukkan hiperbola (mubalaghah) namun tidak demikian terkait dengan wazan ''fa'il'' (Rahim). Wazan ''fa'la''n untuk kata rahman adalah hiperbola yang khusus untuk Tuhan. Kebanyakan mufasir menyokong pendapat ini. <ref> Ibnu Katsir, hlm. 22; Thabarsi,  jld. 1, hlm. 6, Thusi, jld. 1, hlm. 27. </ref>
*Penggunaan wazan ''fa'lān'' (Rahman) dalam ayat-ayat Alquran menunjukkan hiperbola (mubalaghah) namun tidak demikian terkait dengan wazan ''fa'il'' (Rahim). Wazan ''fa'la''n untuk kata rahman adalah hiperbola yang khusus untuk Tuhan. Kebanyakan mufasir menyokong pendapat ini. <ref> Ibnu Katsir, hlm. 22; Thabarsi,  jld. 1, hlm. 6, Thusi, jld. 1, hlm. 27. </ref>
*Dalam Al-Quran, rahman hanya diberlakukan pada Tuhan dan ismi alam, penamaan seseorang dengan rahman tidaklah pantas. Rahman disematkan dalam bentuk sifat Tuhan<ref>{{hadis|﴾وَ رَبُّنا الرَّحمنُ المُستَعانُ عَلی ما تَصِفونَ﴿}}</ref>.  Namun rahim kadang-kadang digunakan dalam bentuk sifat yang disebutkan pada Nabi Muhammad Saw.<ref>{{hadis|﴾لَقَد جاءَکُم رَسولٌ مِن اَنفُسِکُم عَزیزٌ عَلَیهِ ما عَنِتُّم حَریصٌ عَلَیکُم بِالمُؤمِنینَ رَءوفٌ رَحیمٌ﴿}} </ref>
*Dalam Alquran, rahman hanya diberlakukan pada Tuhan dan ismi alam, penamaan seseorang dengan rahman tidaklah pantas. Rahman disematkan dalam bentuk sifat Tuhan<ref>{{hadis|﴾وَ رَبُّنا الرَّحمنُ المُستَعانُ عَلی ما تَصِفونَ﴿}}</ref>.  Namun rahim kadang-kadang digunakan dalam bentuk sifat yang disebutkan pada Nabi Muhammad Saw.<ref>{{hadis|﴾لَقَد جاءَکُم رَسولٌ مِن اَنفُسِکُم عَزیزٌ عَلَیهِ ما عَنِتُّم حَریصٌ عَلَیکُم بِالمُؤمِنینَ رَءوفٌ رَحیمٌ﴿}} </ref>


*Rahim dalam penggunaannya selalu berpasangan yang berarti murni kasih sayang dan rahmat. Namun rahman terkadang digunakan dalam pelbagai konteks dalam makna keagungan dan jabariyah Tuhan. Penggunaan konteks seperti ini menakup makna ancaman. <ref>{{hadis|﴾ قالَت اِنّی اَعوذُ بِالرّحمنِ مِنکَ اِن کُنتَ تَقِیاً﴿}}</ref>
*Rahim dalam penggunaannya selalu berpasangan yang berarti murni kasih sayang dan rahmat. Namun rahman terkadang digunakan dalam pelbagai konteks dalam makna keagungan dan jabariyah Tuhan. Penggunaan konteks seperti ini menakup makna ancaman. <ref>{{hadis|﴾ قالَت اِنّی اَعوذُ بِالرّحمنِ مِنکَ اِن کُنتَ تَقِیاً﴿}}</ref>
Baris 50: Baris 64:
===Islam===
===Islam===
Terdapat banyak riwayat tentang sunah Nabi Muhammad Saw dalam penggunaan "Bismillahi Rahmanir Rahim." Menurut riwayat yang dinukil oleh Ibnu Sa'ad <ref> Jld. 1, hlm. 263. </ref> dan Mas'udi<ref> Hlm. 225. </ref>, Sya'bi, A'masy, Abu Malik Qatadah bahwa Nabi Saw pada awal bi'tsah telah membiasakan menggunakan lafadz "Bismika allahumma." Dari laporan Ibnu Hisyam<ref> Jāmi' al-Bayān, jld. 1, hlm. 38.</ref>  terkait dengan permulaan perjanjian damai Hudaibiyah, Suhail bin Amru yang mewakili pihak Quraisy meminta untuk menuliskan "Bismika allahumma" sebagai ganti dari "Bismillahi Rahmani Rahimi", hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan kaum Arab menuliskan "Bismika Allahumma." Pada lanjutan riwayat itu menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw semenjak turunnya ayat 41 surah Hud  «و قالَ ارکَبُوا فیها بِسم اللّه مَجریها و مُرسیها» telah menggunakan lafadz "Bismillah" dan setelah turunnya ayat 110 surah Al-Isra «قُلِ ادعُواللّهَ اَوِ ادعُوا الرَّحمن»،  menggunakan lafadz  "Bismillahi Rahmani", kemudian setelah turunnya ayat 30 surah Al-Naml.  «انَّه مِن سُلَیمان و اءِنَّهُ بِسم اللّه الرحمن الرحیم»
Terdapat banyak riwayat tentang sunah Nabi Muhammad Saw dalam penggunaan "Bismillahi Rahmanir Rahim." Menurut riwayat yang dinukil oleh Ibnu Sa'ad <ref> Jld. 1, hlm. 263. </ref> dan Mas'udi<ref> Hlm. 225. </ref>, Sya'bi, A'masy, Abu Malik Qatadah bahwa Nabi Saw pada awal bi'tsah telah membiasakan menggunakan lafadz "Bismika allahumma." Dari laporan Ibnu Hisyam<ref> Jāmi' al-Bayān, jld. 1, hlm. 38.</ref>  terkait dengan permulaan perjanjian damai Hudaibiyah, Suhail bin Amru yang mewakili pihak Quraisy meminta untuk menuliskan "Bismika allahumma" sebagai ganti dari "Bismillahi Rahmani Rahimi", hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan kaum Arab menuliskan "Bismika Allahumma." Pada lanjutan riwayat itu menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw semenjak turunnya ayat 41 surah Hud  «و قالَ ارکَبُوا فیها بِسم اللّه مَجریها و مُرسیها» telah menggunakan lafadz "Bismillah" dan setelah turunnya ayat 110 surah Al-Isra «قُلِ ادعُواللّهَ اَوِ ادعُوا الرَّحمن»،  menggunakan lafadz  "Bismillahi Rahmani", kemudian setelah turunnya ayat 30 surah Al-Naml.  «انَّه مِن سُلَیمان و اءِنَّهُ بِسم اللّه الرحمن الرحیم»
Menggunakan lafadz sempurna "Bismillahi Rahmanir Rahim." Namun laporan ini nampaknya tidak mungkin. Karena surah Al-Naml turun pada pertengahan jangka waktu di Mekah, sementara  sebelum masa ini kemungkinan penggunaan lafadz Bismillah secara sempurna sangatlah banyak. Di samping itu, menurut riwayat yang disampaikan oleh Thabari<ref> Hlm. 6 & 11. </ref> dan Wahid Naisyaburi <ref> Jld. 2, hlm. 628. </ref>  dari Ibnu Abbas dan yang lainnya, lafadz "Bismillahi Rahmani Rahim" adalah lafadz pertama Al-Quran yang turun pada Nabi Muhammad pada awal surah Al-'Alaq (Iqra) dimana dalam riwayat-riwayat Syiah, ungkapan ini dikenal sebagai pembuka Al-Quran. Diriwayatkan oleh Kulaini<ref> Syams al-Aimah Sakhisyi, jld, 1, hlm. 37, Ali Syawakh Ishaq, jld. 2, hlm. 12. </ref> yang disandarkan kepadanya dari Imam Shadiq As, Permulaan semua kitab-kitab samawi adalah "Bismillahi Rahmanir Rahim." Ungkapan ini pada mulanya terdapat pada semua surah Al-Quran kecuali surah Baraah (Al-Taubah).
Menggunakan lafadz sempurna "Bismillahi Rahmanir Rahim." Namun laporan ini nampaknya tidak mungkin. Karena surah Al-Naml turun pada pertengahan jangka waktu di Mekah, sementara  sebelum masa ini kemungkinan penggunaan lafadz Bismillah secara sempurna sangatlah banyak. Di samping itu, menurut riwayat yang disampaikan oleh Thabari<ref> Hlm. 6 & 11. </ref> dan Wahid Naisyaburi <ref> Jld. 2, hlm. 628. </ref>  dari Ibnu Abbas dan yang lainnya, lafadz "Bismillahi Rahmani Rahim" adalah lafadz pertama Alquran yang turun pada Nabi Muhammad pada awal surah Al-'Alaq (Iqra) dimana dalam riwayat-riwayat Syiah, ungkapan ini dikenal sebagai pembuka Alquran. Diriwayatkan oleh Kulaini<ref> Syams al-Aimah Sakhisyi, jld, 1, hlm. 37, Ali Syawakh Ishaq, jld. 2, hlm. 12. </ref> yang disandarkan kepadanya dari Imam Shadiq As, Permulaan semua kitab-kitab samawi adalah "Bismillahi Rahmanir Rahim." Ungkapan ini pada mulanya terdapat pada semua surah Alquran kecuali surah Baraah (Al-Taubah).


==Terjemahan Pertama Bismillah==
==Terjemahan Pertama Bismillah==
Baris 58: Baris 72:
==Kedudukan Bismillah==
==Kedudukan Bismillah==
Dalam kitab-kitab hadis, tafsir dan fikih telah dijelaskan tentang manfaat-manfaat dan pelbagai pahala membaca bismillah:
Dalam kitab-kitab hadis, tafsir dan fikih telah dijelaskan tentang manfaat-manfaat dan pelbagai pahala membaca bismillah:
*Bismillah merupakan ayat al-Quran yang paling utama dan terbesar <ref> Tafsir 'Ayāsyi, jld. 1, hlm. 21-22, Nur al-Tsaqalain, jld. 1. Hlm. 8. </ref>
*Bismillah merupakan ayat Alquran yang paling utama dan terbesar <ref> Tafsir 'Ayāsyi, jld. 1, hlm. 21-22, Nur al-Tsaqalain, jld. 1. Hlm. 8. </ref>
*Bismillah merupakan salah satu  nama Allah. <ref> Al-Mustadrak, jld. 1, hlm. 552, Tafsir Ibnu Katsir, jld. 1, hlm. 18, Bihar al-Anwār, jld. 9, hlm. 222, 225. </ref>
*Bismillah merupakan salah satu  nama Allah. <ref> Al-Mustadrak, jld. 1, hlm. 552, Tafsir Ibnu Katsir, jld. 1, hlm. 18, Bihar al-Anwār, jld. 9, hlm. 222, 225. </ref>
*Kedekatan ayat ini dengan ismi a'zham Tuhan mirip kedekatan warna hitam pada mata dengan warna putihnya. <ref> Thabarsi, jld. 1, hlm. 89, Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 8 & 10.</ref>
*Kedekatan ayat ini dengan ismi a'zham Tuhan mirip kedekatan warna hitam pada mata dengan warna putihnya. <ref> Thabarsi, jld. 1, hlm. 89, Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 8 & 10.</ref>
Baris 66: Baris 80:
*Ketika seorang guru berkata kepada muridnya, "Bismillahi Rahmanir Rahim" kemudian jika murid itu mengucapkannya, maka akan dituliskan kebaikan bagi guru, bapak dan ibu anak itu serta akan dibebaskan dan dijauhkan dari api neraka."<ref> Majma' al-Bayān, jld. 1, hlm. 90, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 25. </ref>
*Ketika seorang guru berkata kepada muridnya, "Bismillahi Rahmanir Rahim" kemudian jika murid itu mengucapkannya, maka akan dituliskan kebaikan bagi guru, bapak dan ibu anak itu serta akan dibebaskan dan dijauhkan dari api neraka."<ref> Majma' al-Bayān, jld. 1, hlm. 90, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 25. </ref>
*Dzikir nama Tuhan, khususnya bismillah pada permulaan setiap pekerjaan sangat dianjurkan berdasarkan hadis<ref> Ibnu Hanbal, jld. 2, hlm. 359, Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 10. </ref>meninggalkan nama Tuhan dalam setiap awal permulaan pekerjaan tidak akan mendapatkan perhatian, akan menemui kegagalan, hasilnya tidak baik dan tidak akan membawa keberkahan. Dalam sunah Nabi dan para Imam As, di samping anjuran umum untuk berdzikir dengan bismillah, pada hal-hal khusus seperti ketika makan, menulis surat, mau tidur dan bangun tidur juga dianjurkan untuk mengucapkan dzikir bismillah.
*Dzikir nama Tuhan, khususnya bismillah pada permulaan setiap pekerjaan sangat dianjurkan berdasarkan hadis<ref> Ibnu Hanbal, jld. 2, hlm. 359, Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 10. </ref>meninggalkan nama Tuhan dalam setiap awal permulaan pekerjaan tidak akan mendapatkan perhatian, akan menemui kegagalan, hasilnya tidak baik dan tidak akan membawa keberkahan. Dalam sunah Nabi dan para Imam As, di samping anjuran umum untuk berdzikir dengan bismillah, pada hal-hal khusus seperti ketika makan, menulis surat, mau tidur dan bangun tidur juga dianjurkan untuk mengucapkan dzikir bismillah.
*Berdzikir dengan bismillah telah menjadi slogan dan ciri khas bagi kaum Muslim dan agama Islam. Mengeraskan bismillah menunjukkan keimanan, sebagaimana Nabi Muhammad Saw ketika membaca al-Quran, maka ia akan mengeraskan suara bismillah dan kaum musyrikin akan berbalik darinya. <ref> Al-Kasyāf, jld. 1, hlm. 24. </ref>
*Berdzikir dengan bismillah telah menjadi slogan dan ciri khas bagi kaum Muslim dan agama Islam. Mengeraskan bismillah menunjukkan keimanan, sebagaimana Nabi Muhammad Saw ketika membaca Alquran, maka ia akan mengeraskan suara bismillah dan kaum musyrikin akan berbalik darinya. <ref> Al-Kasyāf, jld. 1, hlm. 24. </ref>
*Bismillahi Rahmanir Rahim dalam kaitannya dengan identitas agama Islam mempunyai kedudukan penting setelah syahadah dan merupakan slogan khususnya bagi kaum Muslimin karena mereka memulai pekerjaannya dengan membaca bismillah." <ref> Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 10. </ref>
*Bismillahi Rahmanir Rahim dalam kaitannya dengan identitas agama Islam mempunyai kedudukan penting setelah syahadah dan merupakan slogan khususnya bagi kaum Muslimin karena mereka memulai pekerjaannya dengan membaca bismillah." <ref> Suyuthi, Al-Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 10. </ref>
*Menulis bismillah kira-kira sudah menjadi kebiasaan dalam setiap awal penulisan sesuatu berdasarkan sunah Rasul Saw meskipun tradisi awal penulisan syair dengan bismillah ditolak. Namun terkadang dalam berbagai aliran dan kerajaan, gelar-gelar raja ditulis sebelum bismillah sebagaimana tughra-tughra (sejenis monogram) yang ditulis sebelum bismillah. <ref> Umari, hlm. 49. </ref>
*Menulis bismillah kira-kira sudah menjadi kebiasaan dalam setiap awal penulisan sesuatu berdasarkan sunah Rasul Saw meskipun tradisi awal penulisan syair dengan bismillah ditolak. Namun terkadang dalam berbagai aliran dan kerajaan, gelar-gelar raja ditulis sebelum bismillah sebagaimana tughra-tughra (sejenis monogram) yang ditulis sebelum bismillah. <ref> Umari, hlm. 49. </ref>
Baris 74: Baris 88:
*Pendapat Qari Mekah, Kufah, <ref> Zamakhsyari, jld. 1, hlm. 491.</ref> Imamiyah<ref>Thabarsi, jld. 1, hlm. 89, 1406.</ref> dan Syafi'iyah.<ref> Nawawi, jld. 3, hlm. 334, tanpa tahun.</ref> Menurut pendapat ini, bismillah adalah permulaan bagian dari semua surah termasuk surah al-Fatihah dan surah-surah yang lain.
*Pendapat Qari Mekah, Kufah, <ref> Zamakhsyari, jld. 1, hlm. 491.</ref> Imamiyah<ref>Thabarsi, jld. 1, hlm. 89, 1406.</ref> dan Syafi'iyah.<ref> Nawawi, jld. 3, hlm. 334, tanpa tahun.</ref> Menurut pendapat ini, bismillah adalah permulaan bagian dari semua surah termasuk surah al-Fatihah dan surah-surah yang lain.
*Pendapat sebagian Syafi'iyah<ref> Thuraihi, jld. 1, hlm. 334.</ref> dan Ahman bin Hanbal (berdasar sebuah riwayat), <ref> Nawawi, jld 3, hlm. 334. </ref>Bismillah hanya merupakan bagian dari surah Al-Fatihah saja.
*Pendapat sebagian Syafi'iyah<ref> Thuraihi, jld. 1, hlm. 334.</ref> dan Ahman bin Hanbal (berdasar sebuah riwayat), <ref> Nawawi, jld 3, hlm. 334. </ref>Bismillah hanya merupakan bagian dari surah Al-Fatihah saja.
*Pendapat Qari Madinah, Basrah, Syam, Fuqaha Hanafi dan Maliki, Bismillah bukan merupakan bagian dari al-Quran dan hanya dimaksudkan untuk tabarruk dan menjadi pemisah antara surah yang satu dengan surah yang lain pada masa turunnya surah-surah al-Quran. Pendapat ini terkenal dengan pendapat Hanafiyah  dan Malikiyah.<ref>Silahkan lihat: Fakhrurazi, jld. 1, hlm. 179, 1410, Qurthubi, jld. 1, hlm. 194, 1405.</ref>
*Pendapat Qari Madinah, Basrah, Syam, Fuqaha Hanafi dan Maliki, Bismillah bukan merupakan bagian dari Alquran dan hanya dimaksudkan untuk tabarruk dan menjadi pemisah antara surah yang satu dengan surah yang lain pada masa turunnya surah-surah Alquran. Pendapat ini terkenal dengan pendapat Hanafiyah  dan Malikiyah.<ref>Silahkan lihat: Fakhrurazi, jld. 1, hlm. 179, 1410, Qurthubi, jld. 1, hlm. 194, 1405.</ref>
Fakhrurazi dengan menyebutkan 17 dalil membuktikan bahwa bismillah merupakan bagian dari al-Quran. <ref> Fakhrurazi , jld. 1, hlm. 177-173. </ref>
Fakhrurazi dengan menyebutkan 17 dalil membuktikan bahwa bismillah merupakan bagian dari Alquran. <ref> Fakhrurazi , jld. 1, hlm. 177-173. </ref>


===Perbedaan dalam Membaca Keras dan Pelan===
===Perbedaan dalam Membaca Keras dan Pelan===
Perbedaan akidah berpengaruh dalam pengerasan atau pemelanan membaca (keras atau pelan) bismillah. Syafi'i dan Hanbali hanya menganggap bismillah sebagai ayat yang terpisah pada [[Surah Al-Fatihah|surah Al-Fatihah]], sedangkan pada surah-surah yang lain, mereka menghitung bahwa bismillah merupakan bagian dari awal surah. Oleh karena itu, makna Bismillah dalam permulaan surah mempunyai makna dan arti yang berbeda-beda dengan kalimat awalnya. Hal ini ditegaskan oleh para mufassir yang tidak meyakini adanya pengulangan dalam al-Quran dan pengulangan alfadz tidak berarti pengulangan pada lafaz-lafaz itu, seperti pendapat Qushairi. <ref> Jld. 1, hlm. 44. </ref>
Perbedaan akidah berpengaruh dalam pengerasan atau pemelanan membaca (keras atau pelan) bismillah. Syafi'i dan Hanbali hanya menganggap bismillah sebagai ayat yang terpisah pada [[Surah Al-Fatihah|surah Al-Fatihah]], sedangkan pada surah-surah yang lain, mereka menghitung bahwa bismillah merupakan bagian dari awal surah. Oleh karena itu, makna Bismillah dalam permulaan surah mempunyai makna dan arti yang berbeda-beda dengan kalimat awalnya. Hal ini ditegaskan oleh para mufassir yang tidak meyakini adanya pengulangan dalam Alquran dan pengulangan alfadz tidak berarti pengulangan pada lafaz-lafaz itu, seperti pendapat Qushairi. <ref> Jld. 1, hlm. 44. </ref>
Dengan memperhatikan perbedaan makna, ia menulis bahwa ungkapan bismillah bukan ungkapan pengulangan karena setiap surah mempunyai makna dan arti yang berbeda. Oleh karena itu, dalam hukum fikih, seseorang sebelum membaca bismillah harus menentukan surah apa yang akan ia baca pada dzikir bismillah dalam permulaan surah. Syiah Imamiyah berpendapat sama bahwa bismillah adalah ayat pertama kali dari setiap surah kecuali surah al-Taubah (Baraah). Pendapat mereka bersandarkan atas fi'l Nabi Saw, para Imam As dan riwayat mutawatir. <ref> Thusi, 1377-1382, jld. 1, hlm. 112, Ibid, 1400, hlm. 76. </ref>
Dengan memperhatikan perbedaan makna, ia menulis bahwa ungkapan bismillah bukan ungkapan pengulangan karena setiap surah mempunyai makna dan arti yang berbeda. Oleh karena itu, dalam hukum fikih, seseorang sebelum membaca bismillah harus menentukan surah apa yang akan ia baca pada dzikir bismillah dalam permulaan surah. Syiah Imamiyah berpendapat sama bahwa bismillah adalah ayat pertama kali dari setiap surah kecuali surah al-Taubah (Baraah). Pendapat mereka bersandarkan atas fi'l Nabi Saw, para Imam As dan riwayat mutawatir. <ref> Thusi, 1377-1382, jld. 1, hlm. 112, Ibid, 1400, hlm. 76. </ref>


==Perlunya dzikir Bismillah dalam Permulaan Bacaan==
==Perlunya dzikir Bismillah dalam Permulaan Bacaan==
Ulama ilmu qiraat, beberapa diantaranya, memandang perlu untuk membaca "bismillah" dalam setiap permulaan qiraat dalam setiap bagian dari surah al-Quran dan tidak ada satu ulama pun  yang membolehkan permulaan qiraat tanpa membaca Bismillah. <ref> Ibnu Jazri, jld. 1, hlm. 263. </ref>
Ulama ilmu qiraat, beberapa diantaranya, memandang perlu untuk membaca "bismillah" dalam setiap permulaan qiraat dalam setiap bagian dari surah Alquran dan tidak ada satu ulama pun  yang membolehkan permulaan qiraat tanpa membaca Bismillah. <ref> Ibnu Jazri, jld. 1, hlm. 263. </ref>


==Perlunya Qir'aah Bismillah dalam Permulaan Bacaan==
==Perlunya Qir'aah Bismillah dalam Permulaan Bacaan==
Ulama ilmu qiraat, beberapa diantaranya, memandang perlu untuk membaca "bismillah" dalam setiap permulaan qiraat dalam setiap bagian dari surah al-Quran dan tidak ada satu ulama pun  yang membolehkan permulaan qiraat tanpa membaca Bismillah. <ref> Ibnu Jazri, jld. 1, hlm. 263. </ref>
Ulama ilmu qiraat, beberapa diantaranya, memandang perlu untuk membaca "bismillah" dalam setiap permulaan qiraat dalam setiap bagian dari surah Alquran dan tidak ada satu ulama pun  yang membolehkan permulaan qiraat tanpa membaca Bismillah. <ref> Ibnu Jazri, jld. 1, hlm. 263. </ref>


===Perbedaan membaca Bismillah jika lebih dari satu surat===
===Perbedaan membaca Bismillah jika lebih dari satu surat===
Baris 93: Baris 107:
Perbedaan pendapat tentang "Bismillah" yang merupakan ayat terpisah dan berdiri sendiri, berdasarkan berbagai riwayat, seperti  riwayat Ibnu Abbas, bahwa Nabi mengetahui bahwa turunnya satu surah dan dimulainya surah berikutnya dengan perantara turunnya "Bismillah" yang baru. <ref> Suyuthi, Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 7. </ref>
Perbedaan pendapat tentang "Bismillah" yang merupakan ayat terpisah dan berdiri sendiri, berdasarkan berbagai riwayat, seperti  riwayat Ibnu Abbas, bahwa Nabi mengetahui bahwa turunnya satu surah dan dimulainya surah berikutnya dengan perantara turunnya "Bismillah" yang baru. <ref> Suyuthi, Dur al-Mantsur, jld. 1, hlm. 7. </ref>
Menurut sebagian pendapat, dari riwayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa bismillah bukan merupakan surah yang terpisah dan turun hanya sebagai bentuk dari tabarruk.
Menurut sebagian pendapat, dari riwayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa bismillah bukan merupakan surah yang terpisah dan turun hanya sebagai bentuk dari tabarruk.
Di hadapan pendapat tersebut, terdapat pendapat-pendapat lain yang menyatakan bahwa dalam semua mushaf-mushaf standar (Mushaf Imam), pada permulaan semua surah tertulis bismillah kecuali pada surah Baraah. Dengan memperhatikan bahwa ketika mengumpulkan Al-Quran demi untuk menjaga kalam Tuhan, mereka berupaya untuk membawa segala sesuatu yang tidak perlu, walaupun hanya sekedar nama dan nomer surah-surah, Apabila bismillah bukan merupakan bagian dari al-Quran, maka para sahabat 113 akan menambahkan bismillah padanya.
Di hadapan pendapat tersebut, terdapat pendapat-pendapat lain yang menyatakan bahwa dalam semua mushaf-mushaf standar (Mushaf Imam), pada permulaan semua surah tertulis bismillah kecuali pada surah Baraah. Dengan memperhatikan bahwa ketika mengumpulkan Alquran demi untuk menjaga kalam Tuhan, mereka berupaya untuk membawa segala sesuatu yang tidak perlu, walaupun hanya sekedar nama dan nomer surah-surah, Apabila bismillah bukan merupakan bagian dari Alquran, maka para sahabat 113 akan menambahkan bismillah padanya.
Terdapat pula sekelompok lain berdasarkan riwayat Ibnu Abbas, barang siapa yang tidak membaca bismillah, maka ia telah mengalpakan 113 surah Al-Quran. <ref> Zamakhsyari, ibid, jld. 1. Hlm. 207-208. </ref>
Terdapat pula sekelompok lain berdasarkan riwayat Ibnu Abbas, barang siapa yang tidak membaca bismillah, maka ia telah mengalpakan 113 surah Alquran. <ref> Zamakhsyari, ibid, jld. 1. Hlm. 207-208. </ref>


===Membaca Bismillah dalam Salat dan Keras atau Pelannya===
===Membaca Bismillah dalam Salat dan Keras atau Pelannya===
Baris 113: Baris 127:
Kemungkinan untuk pertama kali, Qusyairi dalam ''Lathaif Al-Isyarah''<ref> Jld. 1, hlm. 44, jld. 3, hlm. 641. </ref> mengulas secara rinci beberapa makna bismilah dan pada tingkat tertentu menjadi pendahuluan untuk memulai pembahasan beberapa pandangan Ibnu Arabi terkait dengan penafsiran bismillah. Ibnu Arabi menyebutkan bahwa huruf "''ba''" bismillah menyinggung tentang pelbagai peristiwa yang muncul dengan perantara Tuhan dan makhluk-makhluk pun tercipta. Ia menyebutkan beberapa hal alasan mengapa lafaz ''ism'' lebih dahulu disebutkan atas lafaz Allah, di antaranya  adalah sebagai pernyataan sumpah dan lainnya untuk menyucikan hati pengucapnya sebelum membaca dzikir Allah.
Kemungkinan untuk pertama kali, Qusyairi dalam ''Lathaif Al-Isyarah''<ref> Jld. 1, hlm. 44, jld. 3, hlm. 641. </ref> mengulas secara rinci beberapa makna bismilah dan pada tingkat tertentu menjadi pendahuluan untuk memulai pembahasan beberapa pandangan Ibnu Arabi terkait dengan penafsiran bismillah. Ibnu Arabi menyebutkan bahwa huruf "''ba''" bismillah menyinggung tentang pelbagai peristiwa yang muncul dengan perantara Tuhan dan makhluk-makhluk pun tercipta. Ia menyebutkan beberapa hal alasan mengapa lafaz ''ism'' lebih dahulu disebutkan atas lafaz Allah, di antaranya  adalah sebagai pernyataan sumpah dan lainnya untuk menyucikan hati pengucapnya sebelum membaca dzikir Allah.


Ibnu Arabi memandang bahwa tiga huruf ''bi-s-m'' adalah tiga huruf pertama permulaan tiga jenis sifat Ilahi yang masing-masing bergantung pada irama surah  sehingga bismillah disebutkan pada awal frase ini. Sebagai contoh huruf "''ba''" pada bismilah menegaskan bahwa Tuhan berlepas diri dari segala keburukan dan perlambang sikap rendah hati dan takzim serta bara'ah para ahli tauhid.<ref> Jld. 1, hlm. 44, 516-517, jld. 3, hlm. 771. </ref> Mengingat pandangannnya yang menyatakan tiada pengulangan dalam Al-Quran, Ibnu Arabi berusaha menjelaskan makna khusus bismillah di seluruh 113 surah. Ibnu Arabi menilai bahwa  cahaya hati, ketinggian dan kemuliaan temuan-temuannya, pengenalan setiap arif dan pengetahuan setiap pencari, kebahagiaan hati lantaran perantara bismillah atau karena mendengarkannya.<ref> Jld. 1. Hlm. 459, jld. 165, 238, 375. </ref>
Ibnu Arabi memandang bahwa tiga huruf ''bi-s-m'' adalah tiga huruf pertama permulaan tiga jenis sifat Ilahi yang masing-masing bergantung pada irama surah  sehingga bismillah disebutkan pada awal frase ini. Sebagai contoh huruf "''ba''" pada bismilah menegaskan bahwa Tuhan berlepas diri dari segala keburukan dan perlambang sikap rendah hati dan takzim serta bara'ah para ahli tauhid.<ref> Jld. 1, hlm. 44, 516-517, jld. 3, hlm. 771. </ref> Mengingat pandangannnya yang menyatakan tiada pengulangan dalam Alquran, Ibnu Arabi berusaha menjelaskan makna khusus bismillah di seluruh 113 surah. Ibnu Arabi menilai bahwa  cahaya hati, ketinggian dan kemuliaan temuan-temuannya, pengenalan setiap arif dan pengetahuan setiap pencari, kebahagiaan hati lantaran perantara bismillah atau karena mendengarkannya.<ref> Jld. 1. Hlm. 459, jld. 165, 238, 375. </ref>


Dalam surah Ibrahim, <ref> Ibid, jld. 2, hlm. 238. </ref> Ibnu Arabi memaknai bismillah sebagai ''billah'' dan menyebutkan bahwa hati-hati para arif tercahayai dan teremanasi dengan perantara bismillah. Dalam penafsiran [[Surah Al-Rahman|surah Al-Rahman]]<ref> Jld. 3, hlm. 502. </ref> Ibnu Arabi menulis bahwa pemimpin arwah menjadi sempurna dengan menyaksikan keagungan-Nya dan dengan perantara rahmat-Nya; sekiranya bukan karena rahmat-Nya maka tiada seorang pun yang menyembah Rahman-Nya, dan sekiranya tiada rahmat-Nya maka tiada seorang pun yang akan mencintai-Nya.
Dalam surah Ibrahim, <ref> Ibid, jld. 2, hlm. 238. </ref> Ibnu Arabi memaknai bismillah sebagai ''billah'' dan menyebutkan bahwa hati-hati para arif tercahayai dan teremanasi dengan perantara bismillah. Dalam penafsiran [[Surah Al-Rahman|surah Al-Rahman]]<ref> Jld. 3, hlm. 502. </ref> Ibnu Arabi menulis bahwa pemimpin arwah menjadi sempurna dengan menyaksikan keagungan-Nya dan dengan perantara rahmat-Nya; sekiranya bukan karena rahmat-Nya maka tiada seorang pun yang menyembah Rahman-Nya, dan sekiranya tiada rahmat-Nya maka tiada seorang pun yang akan mencintai-Nya.
Baris 136: Baris 150:
==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
{{referensi}}
{{referensi}}
*Al-Quran al-Karim.
*Alquran al-Karim.
*Ibnu Jazairi, ''Al-Nasyr fi Al-Qirā'at Al-'Asyr'', Cet. Ali Muhammad Dhiba, Mesir, tanpa tahun.
*Ibnu Jazairi, ''Al-Nasyr fi Al-Qirā'at Al-'Asyr'', Cet. Ali Muhammad Dhiba, Mesir, tanpa tahun.
*Ibnu Hanbal, ''Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,'' Beirut, tanpa tahun.
*Ibnu Hanbal, ''Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,'' Beirut, tanpa tahun.
Pengguna anonim