Lompat ke isi

Ibrahim bin Muhammad Ibnu Shufi

Dari wikishia

Ibrahim bin Muhammad Ibnu Shufi , dikenal sebagai Ibnu Shufi , merupakan salah satu pemimpin dari kalangan Alawiyin dan keturunan Umar bin Ali bin Abi Thalib yang melakukan perlawananan pada masa Ahmad bin Thulun (w. 270 HQ/883) di Mesir.

Biografi

Sebagai Salah Seorang Pemimpin Alawiyin

Tidak banyak informasi tentang Ibnu Shufi sebelum pemberontakannya pada tahun 253 HQ/867 di Sa'id, Mesir.[1] Namun, sangat mungkin dia adalah salah satu pemimpin Alawiyin yang datang ke Mesir karena perlakuan zalim dari Khalifah Abbasiyah , khususnya Al-Mutawakkil . Bahkan para pengungsi di Mesir juga tidak lepas dari tekanan oleh Khalifah.

Kebangkitan Pertama Ibnu Shufi

Al-Mutawakkil dalam surat kepada gubernur Mesir memerintahkan untuk mengusir Alawiyin . Selanjutnya, Al-Muntasir juga berusaha mencabut hak-hak sosial dan ekonomi Alawiyin di Mesir.[2] Akibatnya, Alawiyin sering kali melakukan pemberontakan di pertengahan abad ke-3 Hijriyah.[3] Di antara pemberontakan-pemberontakan tersebut, pemberontakan Ibnu Shufi memiliki signifikansi lebih besar karena luasnya wilayah dan lamanya durasi. Ibnu Shufi memulai pemberontakannya dengan menyebarkan undangan atas nama keluarga Nabi Muhammad saw .[4] Pada tahun 255 HQ/869, dia merebut kota Asyut , melakukan pembantaian dan perampasan, serta menyebarluaskan pemberontakannya ke kota-kota lain. Ahmad bin Thulun , gubernur Mesir, mengirim pasukan untuk menghadapi Ibnu Shufi. Dalam pertempuran yang terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal 256 HQ/Febuari 870 di tempat bernama Huw (sekarang Hu), Ibnu Shufi berhasil mengalahkan pasukan Mesir, menangkap komandan mereka, dan menggantungnya. Kemudian, Ahmad bin Thulun mengirim pasukan lain. Kali ini, dalam pertempuran yang terjadi pada bulan Rabi'ul Tsani tahun yang sama di daerah Akhmim, Ibnu Shufi dikalahkan. Banyak prajuritnya tewas atau tersebar dan dia sendiri melarikan diri ke kebun kurma.

Kebangkitan Kedua Ibnu Shufi

Dua tahun kemudian, Ibnu Shufi kembali membangkitkan pemberontakan di Mesir. Pada tahun 259 HQ, dia membawa banyak pendukung yang telah merespons ajakannya menuju kota Ashmunayn. Ahmad bin Thulun mengirim panglima lain untuk menumpasnya. Panglima itu menemukan Ibnu Shufi sedang bergerak ke arah Aswan untuk bertarung melawan Abu Abdullah al-Umari . Abu Abdullah , yaitu Abdullah bin Abdul Hamid [5], dari keturunan Abdullah bin Umar bin Khattab [6], berhasil menekan serangan orang-orang Jawi yang menyerang wilayah Islam dan mendapatkan pengaruh serta kekuatan besar di kalangan Sunni Mesir . Dalam pertempuran yang terjadi, Ibnu Shufi mengalami kekalahan yang sangat telak. Dengan demikian, pasukan Sunni, yang sebagian besar berasal dari suku Turki atau berkulit hitam, berhasil memperoleh dominasi.[7]

Pelarian Ibnu Shufi

Setelah kekalahan ini, Ibnu Shufi melarikan diri ke Asywan. Pada saat itu, Ahmad bin Thulun mengirim pasukan lain untuk menangkapnya, tetapi tanpa pertempuran sebelumnya, Ibnu Shufi melarikan diri ke A'idab dan kemudian pergi ke Makkah melalui laut. Setelah tiba di Makkah, gubernur setempat menangkapnya dan mengirimkannya kepada bin Thulun. Di Mesir, bin Thulun memberi perintah untuk membawanya kembali ke kota dan kemudian menahaninya. Namun, beberapa waktu kemudian dia membebaskannya dan Ibnu Shufi kembali ke Madinah , di mana dia meninggal dunia di sana.

Wafat

Tanggal kematian yang tepat tidak diketahui secara pasti. Namun, telah menjadi kesepakatan bahwa dia masih hidup di Mesir hingga tahun 259 HQ.[8]

Pengikut Ibnu Shufi

Setelah Ibnu Shufi pergi ke Madinah, para pengikutnya tidak berhenti bergerak. Pada tahun 260 HQ, salah satu pengikutnya bernama Sakin , yang memiliki gelar Abu Ruq , muncul dan berhasil mengumpulkan banyak orang di sekitarnya. Dia juga bertempur beberapa kali melawan pasukan bin Thulun dan akhirnya menyerah.[9]

Tautan eksternal

Sumber Makalah: https://www.cgie.org.ir/fa/article/223271/Ibnu-Shufi-Ibrahim Dayereh al-Ma'arif-e Bozorg-e Islami

Catatan Kaki

  1. Ref: Kandi, Muhammad, Kitab Al-Wilayah wa Al-Qudhat, hal. 213; Qas: Ibnu Athir, Al-Kamil, tambahan peristiwa tahun 256 HQ, yang tidak akurat.
  2. Kandi, Muhammad, Kitab Al-Wilayah wa Al-Qudhat, hal. 198, 304; Maqrizi, Ahmad, Al-Khitat, Jilid 2, hal. 339.
  3. Kandi, Muhammad, Kitab Al-Wilayah wa Al-Qudhat, hal. 198, 304; Maqrizi, Ahmad, Al-Khitat, Jilid 2, hal. 339; Ibnu Tughril Burdi, An-Nujum, Jilid 3, hal. 6.
  4. Ibnu Khaldun, Al-‘Ibar, Jilid 3, hal. 644.
  5. Qas: Ibnu Athir, Al-Kamil, Jilid 7, hal. 264; Ibnu Khaldun, Al-‘Ibar, Jilid 3, hal. 644; Maqrizi, Ahmad, Al-Khitat, Jilid 2, hal. 339.
  6. Ya’qubi, Ahmad, Tarikh, Jilid 2, hal. 506
  7. Abd Ali, Ibnu Shufi Ibrahim, dalam Ensiklopedia Besar Islam, 1370 Saka, Jilid 4, hal. 123.
  8. Ya'qubi, Ahmad, Tarikh, Jilid 2, hal. 506; Kandi, Muhammad, Kitab Al-Wilayah wa Al-Qudhat, hal. 213-214; Ibnu Athir, Al-Kamil, Jilid 7, hal. 238-239, 263-264.
  9. Ibnu Athir, Al-Kamil, Jilid 7, hal. 273.

Daftar Pustaka

  • Abdul Ali, Ibnu Shufi Ibrahim, dar Da'erat al-Ma'arif-e Bozorg-e Islami, Tehran, Markaz-e Da'erat al-Ma'arif-e Bozorg-e Islami, 1370 HS.
  • Ibnu Athir, Al-Kamil.
  • Ibnu Khaldun, Al-'Ibar.
  • Ibnu Taghri Bardi, Al-Nujum.
  • Kandi, Muhammad, Kitab al-Wulah wa al-Qudah, be koshish R. Guest, Beirut, 1908.
  • Maqrizi, Ahmad, Khitat, Bulaq, 1270 HQ.
  • Ya'qubi, Ahmad, Tarikh, Beirut, 1379 HQ.