Buku-buku Sesat

Dari wikishia

Buku-buku sesat (کُتُب ضالّه ) atau Buku-buku kesesatan(کُتُب ضَلال) adalah tulisan-tulisan yang dapat menyesatkan para pembaca. Sebagian Fukaha (ahli hukum fiqih) menganggap tulisan-tulisan yang termasuk dalam kategori buku-buku sesat adalah tulisan-tulisan yang selain kesesatannya, juga sengaja ditulis dengan maksud untuk menyesatkan, masalah buku-buku sesat ini di masukkan ke dalam fiqih Syiah oleh Syekh Mufid. Selanjutnya masuk pula dalam kitab-kitab para Fukaha lainnya dan hukum-hukum fiqihnya pun dikaji. Sebutan "Buku-buku sesat" tidak hanya mencakup buku semata; melainkan juga termasuk artikel, surat, koran, dan majalah yang menyesatkan. Begitupula yang dimaksud dengan kesesatan bukan hanya kesesatan dalam akidah, tetapi juga termasuk hukum-hukum syariah. Menurut fatwa para fuqaha Syiah, menyimpan, membeli dan menjual, mengcopy dan menerbitkan, mempelajari dan mengajarkan buku-buku sesat - kecuali dalam kasus di mana isinya digunakan untuk membuktikan kebenaran dan menolak kebatilan - adalah haram dan pemusnahan buku-buku tersebut adalah wajib.

Definisi Menurut Fikih

Buku-buku sesat atau buku-buku kesesatan, dalam pengertian umum (urfi), disebut sebagai tulisan-tulisan yang dapat menyebabkan kesesatan para pembaca.[1] tetapi dalam kitab-kitab fikih terdapat definisi yang berbeda sebagaimana yang telah diajukan: Sebagian Fukaha memilih pengertian umum(urfi) ini pula.[2] Segolongan mengatakan adalah buku-buku yang sengaja ditulis dengan motif penyesatan.[3] dan menurut sebagian lainnya, buku-buku yang selain ditulis dengan motif penyesatan juga menyebabkan kesesatan.[4]

Kata "کتب" (buku-buku) dalam penyebutan buku-buku kesesatan meliputi tulisan apapun; Apakah itu buku dalam arti biasa, artikel atau surat.[5]

Sejarah dan Kedudukan Masalah

Menurut pendapat sebagian peneliti, istilah "کتب ضَلال" (Buku-buku Kesesatan) pertama kali dikemukakan oleh Syekh Mufid dalam kitab al-Muqniah[6] dengan dua judul: "(Buku-buku Kufur)" dan "(Buku-buku Kesesatan)".[7] Setelah beliau, para Fukaha lainnya, termasuk Syekh Thusi,[8] Ibnu Barraj,[9] Ibnu Idris[10] dan Allamah Hilli[11] juga menggunakan ke dua judul ini.

"کتب ضلال" (Buku-buku Kesesatan)" dan "کتب ضاله" (Buku-buku Sesat)" adalah dua judul yang dikarenakan penggunaannya lebih sering,[12] perlahan-lahan menjadi biasa digunakan dalam karya-karya para fikih, khususnya karya-karya fikih kontemporer.[13] Dalam kitab-kitab fikih tidak ada pembahasan tersendiri tentang buku-buku sesat serta hukum-hukum yang terkait dengannya; melainkan disebutkan di antara bahasan-bahasan dalam bab perdagangan, wakaf, sewa, wasiat dan pinjaman. Syekh Anshari dalam kitab al-Makasib, dibawah tema "Hal-hal yang sebabkan keharamannya, pencaharian(perolehan) dengannya adalah haram", mengemukakan suatu bahasan dengan tema "Menjaga buku-buku sesat".[14]

Kesesatan di bidang Apa dan untuk Siapa?

Menurut fatwa para Fukaha, kesesatan meliputi lima prinsip agama dan juga hukum-hukum syariat; Artinya, buku apapun yang menyebabkan kesesatan baik di bidang prinsip-prinsip agama ataupun hukum-hukum syariat akan dianggap sebagai buku-buku sesat.[15] Begitupula, Ayatullah Muntazeri menulis bahwa yang dimaksud dengan kesesatan adalah kesesatan mayoritas para pembaca; Yakni tidaklah berarti bahwa ketika satu orang tersesat dengan membaca sebuah buku, lantas buku tersebut adalah buku sesat, karena semua kitab atau buku-buku bahkan Alquran dan kitab-kitab hadis dapat pula menyebabkan kesesatan bagi orang-orang awam serta tidak berpengetahuan.[16]

Contoh (Misdaq) Kesesatan

Di dalam kitab-kitab fikih telah disebutkan objek atau contoh-contoh untuk buku-buku sesat, namun dalam hal ini para fuqaha berbeda pendapat. Misalnya, Allamah Hilli (648-726 H) dan Muhaqqiq Karaki (wafat 940 H) menganggap Taurat dan Injil sebagai kitab-kitab kesesatan, dengan alasan bahwa kitab-kitab tersebut telah terdistorsi;[17] tetapi menurut keyakinan Syekh Ansari, di kalangan umat Islam telah jelas bahwa kitab-kitab tersebut sudah tereliminasi. Oleh karena itu, tidak akan menyebabkan kesesatan mereka.[18] Begitupula Yusuf Bahrani (1186-1107 H), salah seorang ulama akhbari Syiah, menyebut karya-karya tulisan Ahlusunah dalam ushul fikih dan begitupula Sebagian karya-karya tulisan ulama Syiah dalam usul fikih yang mengikut Ahlusunah sebagai misdaq atau contoh buku-buku sesat; Namun Sayid Jawad Amili (1160-1226 H), penulis kitab Miftah al-Karamah, menganggap pernyataan dari Bahrani ini sendiri merupakan contoh(misdaq) kesesatan.[19]

Syekh Anshari juga menulis bahwa dalil-dalil keharaman menjaga kitab-kitab sesat hanya mencakup kitab-kitab yang menyebabkan kesesatan, dan banyak sekali kitab-kitab yang menentang Syiah tidaklah seperti itu.[20] Ia hanya menyebut sebagian di antara kitab-kitab Ahlusunah yang mencakup akidah-akidah seperti pembuktian Jabr (keterpaksaan) serta pembuktian keutamaan pada khalifah sebagai contoh dari buku-buku sesat.[21] Sebagian Fukaha juga mengatakan sekumpulan buku-buku filsafat dan Irfan (Tasawuf) yang menyebabkan kesesatan sebagain misdaq atau contoh dari buku-buku sesat, meskipun isinya adalah kebenaran.[22]

Segolongan di antara para Marja Taqlid kontemporer, Ayatullah Makarim Syirazi dan Ayatullah Shafi Gulpaigani, menyebut surat kabar dan majalah-majalah yang memuat kemaksiatan dan kemungkaran serta menyebabkan kerusakan dan kesesatan dalam masyarakat sebagai contoh atau misdaq dari buku-buku sesat.[23]

Hukum-hukum

Menurut pendapat para fuqaha pemusnahan buku-buku sesat hukumnya wajib.[24] Hal-hal berikut juga diharamkan berkenaan dengan buku-buku: Menyimpan atau menjaga buku-buku sesat dan menjadikannya mata pencaharian[25] Menyalin dan menerbitkan[26] Jual beli[27] Menela’ah, mengajarkan dan belajar[28] Mewakafkan harta untuk penerbitan dan promosi buku-buku sesat[29] Berwasiat untuk pembiayaan pekerjaan ini[30] Dibayar untuk pembuatan sampul dan penjilidan buku-buku ini.[31]

Menurut fatwa para Fukaha tidak ada masalah bagi orang yang memiliki kualifikasi untuk menelaah, mengajarkan dan belajar, dan melalui itu ia membuktikan kebenaran dan membatalkan kebatilan.[32] begitupula, menurut fatwa Ayatullah Wahid Khurasani, jual beli buku-buku sesat menjadi haram ketika diperkirakan terjadi kesesatan (penyesatan).[33]

Fatwa-fatwa Berbeda

Ayatullah Muntazeri berkeyakinan bahwa saat ini disebabkan majunya alat-alat(instrument) penerbitan, pemusnahan sebuah buku bukan hanya tidak akan melenyapkannya, malah hanya menarik perhatian serta menambah rasa penasaran masyarakat terhadapnya. Begitupula penyimpanan dan penerbitan buku-buku sesat lantaran mengandung khurafat dan ilusi-ilusi itu sendiri akan menyebabkan kebatilan isi buku-buku tersebut. Olehnya itu, penyimpanan atau penjagaannya tidak haram dan pemusnahannya pun tidaklah wajib.[34]

Dalil-dalil Fikih

Para fuqaha dalam mengistimbatkan hukum terkait dengan buku-buku sesat bersandar pada empat dalil: Ayat-ayat Alquran, di antaranya ayat 6 Surah Lukman[35] dan ayat 30 Surah Al-Hajj,[36] Riwayat-riwayat seperti riwayat dari Imam Shadiq as dalam Tuhaf al-Uqul,[37] [38] ijma[39] dan dalil rasional seperti memotong akar kerusakan[40] dan mencegah kemungkinan terjadinya kerugian[40] Di kalangan para Fukaha, Yusuf bin Ahmad Bahrani (1186-1107 H) meragukan(mempertanyakan) keharaman menjaga dan wajibnya pemusnahan buku-buku sesat. Dia berkeyakinan tidak ada dalil syariat untuk hukum-hukum ini.[41]

Buku-buku Sesat dalam Konstitusi Iran

Dalam konstitusi Iran, untuk pertama kalinya, pada tahun 1285 HS dan dalam penyempurnaan(amandemen) undang-undang dasar pemerintahan sementara (Mashruteh) telah digunakan istilah "buku-buku sesat". [42] Dalam prinsip ke-20 undang-undang ini, sehubungan dengan kebebasan pers dan publikasi dinyatakan, "Seluruh media selain buku-buku sesat dan bahan-bahan yang membahayakan agama, bebas dan pemilahan didalanya dilarang". [43] Dalam prinsip 24 Konstitusi Republik Islam Iran, tanpa menyebutkan judul "Buku-buku sesat" disebutkan bahwa "Penerbitan dan media bebas dalam mengemukakan materi-materi pemberitaan, kecuali yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam atau hak-hak publik.[44]

Buku-buku sesat dan Kebebasan Berbicara

Sebagian menganggap hukum-hukum fikih terkait dengan "Buku-buku sesat" bertentangan dengan kebebasan berpendapat, berpikir dan meneliti.[45] kritik ini dijawab seperti ini bahwa agama Islam mendorong masyarakat untuk meneliti dan mencari ilmu serta tidak menentang kebebasan berpikir dan berpendapat; namun sangat memperhatikan keselamatan intelektual dan akidah masyarakat dan guna mencegah penyimpangan akidah dan akhlak dalam masyarakat, menentukan ranah kebebasan di bidang pemikiran dan berpendapat.[46]

Catatan Kaki

  1. Gurci, Kutub Dhalāl: Didgaha-e Feqhi Wa Huquqi, Majalah Ketab-e Mah, vol. 5, hlm. 45-46.
  2. Gurci, Kutub Dhalāl: Didgaha-e Feqhi Wa Huquqi, Majalah Ketab-e Mah, vol. 5, hlm. 46; Lihat: Muntadzhiri, Dirāsāt Fī al-Makāsib al-Muharramah, jld. 3, hlm. 99; Subhani, al-Mawāhib, jld. 1, hlm. 443.
  3. Ruhani, Minhāj al-Faqāhah, jld. 1, hlm. 343.
  4. Khu'i, Mishbāh al-Faqāhah, jld. 1, hlm. 401.
  5. Gurci, Kutub Dhalāl: Didgaha-e Feqhi Wa Huquqi, Majalah Ketab-e Mah, vol. 5, hlm. 46.
  6. Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 588-589.
  7. Shani'i, Hurriyah al-I'lām Wa al-Fikr Wa ats-Tsaqāfī: Muthāla'ah Fiqhiyyah Fī al-Mauqif Min Kutub adh-Dhalāl, Majalah al-Ijtihad Wa at-Tajdid, vol. 9 & 10, hlm. 59.
  8. Sykeh Tuhsi, an-Nihāyah, hlm. 367.
  9. Ibn Barraj, al-Muhaddzab, jld. 1, hlm. 314 & 345.
  10. Ibn Idris, as-Sarā'ir, jld. 2, hlm. 225.
  11. Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqahā', jld. 9, hlm. 127 & jld. 12, hlm. 143; Allamah Hilli, Muntahā al-Mathlab, jld. 2, hlm. 1020.
  12. Shani'i, Hurriyah al-I'lām Wa al-Fikr Wa ats-Tsaqāfī: Muthāla'ah Fiqhiyyah Fī al-Mauqif Min Kutub adh-Dhalāl, Majalah al-Ijtihad Wa at-Tajdid, vol. 9 & 10, hlm. 59.
  13. Lihat: Khu'i, Istiftā'āt, jld. 1, hlm. 260; Sistani, Minhāj ash-Shālihīn, jld. 2, hlm. 14; Fayyadh, Minhāj ash-Shālihīn, jld. 2, hlm. 113; Fadhil Lankarani, Jāmi' al-Masā'il, jld. 1, hlm. 592; Thabathaba'i Qummi, Mabānī Minhāj ash-Shālihīn, jld. 7, hlm. 288.
  14. lihat: Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 233.
  15. Muntadzhiri, Dirāsāt Fi al-Makāsib al-Muharramah, jld. 3, hlm. 99-100; Khu'i, Mishbāh al-Faqāhah, jld. 1, hlm. 401.
  16. Muntadzhiri, Dirāsāt Fi al-Makāsib al-Muharramah, jld. 3, hlm. 99.
  17. Muhaqqiq Karaki, Jāmi' al-Maqshid, jld. 4, hlm. 26.
  18. Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 235-236.
  19. Husaini Amili, Miftāh al-Karāmah, jld. 12, hlm. 209.
  20. Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, 236-237.
  21. Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 237.
  22. Ruhani, Minhāj al-Faqāhah, jld. 1, hlm. 343.
  23. Makarim Syirazi, Istiftā'āt, jld. 2, hlm. 265; Shafi Gulpaigani, Hidāyah al-'Ibād, jld. 1, hlm. 293.
  24. Syahid Tsani, Masālik al-Ifhām, jld. 3, hlm. 127.
  25. Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 589; Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqahā', jld. 12, hlm. 143; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 22, hlm. 56; Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 233.
  26. Syekh Thusi, an-Nihāyah, hlm. 360; Syahid Tsani, Masālik al-Ifhām, jld. 3, hlm. 127; Muhaqqiq Karaki, Jāmi' al-Maqāshid, jld. 4, hlm. 26; Husaini Amili, Miftāh al-Karāmah, jld. 12, hlm. 204; Muhaqqiq Ardabili, Majma' al-Fāyidah Wa al-Bayān, jld. 8, hlm. 75; Tabrizi, Shirāth an-Najāh Fī Ajwibah al-Istiftā'āt, jld. 1, hlm. 139.
  27. Khu'i, Minhāj ash-Shālihīn, jld. 2, hlm. 10; Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 236.
  28. Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 3, hlm. 214; Thabathaba'i, Riyādh al-Masā'il, jld. 1, hlm. 503.
  29. Khu,'i, Minhāj ash-Shālihīn, jld. 2, hlm. 240.
  30. Khu'i, Minhāj ash-Shālihīn, jld. 2, hlm. 217.
  31. Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 588.
  32. Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 3, hlm. 214; Thabathaba'i, Riyādh al-Masā'il, jld. 1, hlm. 503
  33. Wahid Khurasani, Minhāj ash-Shālihīn, jld. 3, hlm. 15.
  34. Muntadzhiri, Dirāsāt Fī Makāsib al-Muharramah, jld. 3, hlm. 104.
  35. Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 233.
  36. Syekh ANshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 233.
  37. Ibn Syu'bah Harrani, Tuhaf al-'Uqūl, jld. 1, hlm. 335.
  38. Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 233.
  39. Thabathaba'i, Riyādh al-Masā'il, jld. 8, hlm. 69.
  40. Syekh Anshari, al-Makāsib, jld. 1, hlm. 233.
  41. Bahrani, Hadā'iq an-Nādhirah, jld. 18, hlm. 141.
  42. Abrisyami Rad, Syarh-e Mabsut-e Qanun-e Asasi, hlm. 6.
  43. Abrisyami Rad, Syarh-e Mabsut-e Qanun-e Asasi, hlm. 6.
  44. Qanun-e Asasi-e Jumhuri-e Eslami-e Iran, Site rc.Majlis.ir
  45. Makarim Syirazi, Pasukh Be Pursesyha-e Mazhabi, hlm. 337.
  46. Mishbah Yazdi, Pasukh Be Jawanan-e Pursesygar, hlm. 58.

Daftar Pustaka

  • Abrisyami Rad, Muhammad Amin. Syarh-e Mabsut-e Qanun-e Asasi. Tehran: Pazuhesykade-e Syura-e Negahban, 1394 HS/2015.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Muntahā al-Mathlab. Masyhad: Majma' al-Buhūts al-Islamiyyah, 1316 H.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tadzkirah al-Fuqahā'. Qom: Yayasan Āl al-Bait 'Alaih as-Salam, 1414 H.
  • Bahrani, Yusuf bin Ahmad. Hadā'iq an-Nādhirah. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami.
  • Fadhil Lankarani, Muhammad. Jāmi' al-Masā'il. Qom: Entesyarat-e Amir. Cet. 11, 1383 HS/2004.
  • Fayyadh, Muhammad Ishaq. Minhāj ash-Shālihīn. Qom: Kantor Samahah Ayatillah al-'Uzhma al-Haj as-Syekh Muhammad Ishaq Fayyadh.
  • Garji, Abul Qasim. Mizgard-e Kutub-e Dhalal: Didgaha-e Feqhi Wa Huquqi. Majalah Kitab-e Mah. Vol: 5, 1382 HS/2004.
  • Husaini, Sayyid Muhammad Jawad. Miftāh al-Karāmah. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami. Cet. 1, 1419 H.
  • Ibn Barraj, Abdul Aziz. Al-Muhaddzab. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1406 H.
  • Ibn Idris, Muhammad bin Ahmad. As-Sarā'ir al-Hāwī Li Tahrīr al-Fatāwā. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami. Cet. 2, 1410 H.
  • Ibn Syu'bah Harrani, Hasan bin Ali. Tuhaf al-'Uqūl. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1404 H.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Istiftā'āt. Qom: Yayasan al-Khu'i al-Islamiyyah.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Minhāj ash-Shālihīn. Qom: Yayasan al-Khu'i al-Islamiyyah.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Mishbāh al-Faqāhah. Qom: Entesyarat-e Anshariyan, 1417 H.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Estefta'at-e Jadid. Qom: Madrese-e Emam Ali bin Abi Thalib (as). Cet. 2, 1427 H.
  • Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi. Pasukh-e Ustad Be Jawanan-e Pursesygar. Qom: Entesyarat-e Muassese-e Amuzesyi Wa Pazuhesyi- Emam Khomeini. Cet. 9, 1394 HS/2016.
  • Muhaqqiq Ardibili, Ahmad bin Muhammad. Majma' al-Fā'idah Wa al-Bayān. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1403 H.
  • Muhaqqiq Karaki, Syekh Nuruddin Ali bin Husain. Jāmi' al-Maqāshid. Qom: Yayasan Āl al-Bait 'Alaih as-Salam. Cet. 2, 1414 H.
  • Muntazeri, Husain Ali. Dirāsāt Fī al-Makāsib al-Muharramah. Qom: Entesyarat-e Tafakkur, 1415 H.
  • Mutammem-e Qanun-e Asasi Masyrute. Disahkan 1258 HS/1880, no. 20.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawāhir al-Kalām. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi. Cet. 7, 1362 HS/1984.
  • Qanun-e Asasi-e Jumhuri-e Islami-e Iran. Site rc.majlis.ir. Diakses tanggal 28 Februari 2021 H.
  • Ruhani, Sayyid Muhammad Shadiq. Minhāj al-Faqāhah. Qom: Anwar al-Huda. Cet. 5, 1429 H.
  • Shafi Gulpaigani, Luthfullah. Hidāyah al-'Ibād. Qom: Dar al-Qur'an al-Karim, 1416 H.
  • Shane'i, Yusuf. Hurriyyah al-I'lām al-Fikr Wa ats-Tsaqāfi: Muthāl'ah Fiqhiyyah Fī al-Mauqif Min Kutub adh-Dhalāl. Majalah al-Ijtihad Wa at-Tajdid. Vol: 9 & 10, 1429 H.
  • Sistani, Sayyid Ali. Minhāj ash-Shālihīn. Qom: Kantor Ayatullah al-Udzma as-Sayyid as-Sistani, 1414 H.
  • Subhani, Ja'far. Al-Mawāhib Fī Tahrīr Ahkām al-Makāsib. Qom: Yayasan al-Imam ash-Shadiq (as), 1416 H.
  • Syahid Tsani, Zainuddin Muhammad bin Ali. Ar-Raudhah al-Bahiyyah Fī Syarh al-Lum'ah ad-Damisyqiyyah. Qom: Maktab al-I'lam al-Islami, 1410 H.
  • Syekh Anshari, Murtadha. Makāsib. Qom: Majma' al-Fikr al-Islami. Cet. 1, 1415 H.
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Muqni'ah. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1410 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. An-Nihāyah. Beirut: Dar al-Kitab al-'Arabi, 1400 H.
  • Tabrizi Mirza Jawad. Shirāh an-Najāh Fī Ajwibah al-Istiftā'āt. Qom: Entesyarat-e Salman-e Farsi, 1414 H.
  • Thabathaba'i Qummi, Sayyid Taqi. Mabānī Minhāj ash-Shālihīn. Qom: Qalam asy-Syarq, 1426 H.
  • Thabathaba'i, Sayyid Ali. Riyādh al-Masā'il. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami. Cet. 1, 1412 H.
  • Wahid Khurasani, Husain. Minhāj ash-Shālihīn. Qom: Madrasah al-Imam Baqir al-'Ulum.