Pengguna anonim
Akad Persaudaraan: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>M.hazer Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Hindr Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 13: | Baris 13: | ||
}}}}</onlyinclude> | }}}}</onlyinclude> | ||
''' | '''Aqdul Ukhuwah''' (Bahasa Arab: {{ia|عقد الأخوة}}) bermakna (akad persaudaraan) adalah hubungan antara dua orang [[muslim]] sehingga mereka berdua menjadi saudara. Akad persaudaraan yang paling terkenal adalah persaudaraan antara [[Nabi Muhammad saw]], [[Muhajirin]] dan [[Anshar]]. | ||
Akad persaudaraan antara Nabi Muhammad saw dan [[Imam Ali as]] merupakan bagian mutawatir sejarah. Selain sumber-sumber referensi [[Syiah]], | |||
Akad persaudaraan antara Nabi Muhammad saw dan [[Imam Ali as]] merupakan bagian mutawatir sejarah. Selain sumber-sumber referensi [[Syiah]], sumber-sumber referensi [[Ahlusunnah]] juga tidak sedikit yang menukilkan peristiwa ini. [[Allamah Amini]] menukil peristiwa ini sebanyak 50 hal dalam kitab [[Al-Ghadir]]. | |||
Melaksanakan akad persaudaraan merupakan bagian dari amalan-amalan [[mustahab]] yang dilakukan pada hari [[Idul Ghadir]] dan pada hari itu orang-orang dengan membaca akad persaudaraan menjadi saudara seagama. | Melaksanakan akad persaudaraan merupakan bagian dari amalan-amalan [[mustahab]] yang dilakukan pada hari [[Idul Ghadir]] dan pada hari itu orang-orang dengan membaca akad persaudaraan menjadi saudara seagama. | ||
==Latar Belakang | ==Latar Belakang Aqdul Ukhuwah== | ||
Akad persaudaraan telah ada semenjak adanya akad persaudaraan yang | Akad persaudaraan telah ada semenjak adanya akad persaudaraan yang dibentuk oleh [[Nabi Muhammad saw]] diantara [[kaum Muhajirin]] dan [[Anshar]] setelah [[hijrah ke Madinah]]. <ref>''Al-Bidayah wa al-Nihayah'', Ibnu Katsir, jld. 3, hlm. 169. </ref> Contoh yang paling klasik dari persaudaraan antara kaum muslimin adalah persaudaraan antara kaum muslimin [[Mekah]] dengan sesama kaum Muslimin di [[Yatsrib]] pada masa-masa sebelum Hijrah Nabi dan kaum Muslimin ke Yatsrib (Madinah). <ref>''Al-Bidayah wa al-Nihayah'', Ibnu Katsir, jld. 3, hlm. 169. </ref> Dari sisi lain, nampaknya pemahaman persaudaraan keagamaan dalam budaya [[Islam]] adalah suatu hal yang insidental dan bukan merupakan budaya asli orang Arab dan termasuk hal-hal yang diperhatikan Nabi saw. <ref>''Dairah Ma’arif Buzurg Islami'', jld. 11, hlm. 617. </ref> | ||
==Sejarah Akad Persaudaraan dalam Islam== | ==Sejarah Akad Persaudaraan dalam Islam== | ||
===Akad Persaudaraan di Mekah=== | ===Akad Persaudaraan di Mekah=== | ||
Diantara para sejarawan | Diantara para sejarawan ternama telah dikenal bahwa [[Nabi Muhammad saw]] telah melakukan akad persaudaraan sebelum [[hijrah ke Madinah]] antara kaum muslimin [[Mekah]] yang pada masa kemudian disebut dengan [[kaum muhajirin]] dan buah dari akad persaudaraan ini adalah saling tolong menolong untuk menghadapi gangguan dan rongrongan kaum musyrikin. Sebagaimana yang telah diketahui dalam sumber-sumber sejarah dinyatakan bahwa Nabi Muhammad saw telah melakukan akad persaudaraan antara [[Abu Bakar]] dan [[Umar bin Khattab|Umar]], [[Hamzah bin Abdul Mutthalib]] dan [[Zaid bin Haritsah]], [[Utsman bin Affan|Utsman]] dan [[Abdurrahman bin 'Auf]], [[Zubair]] dan [[Ibnu Mas'ud]], [[Bilal Habasyi|Bilal]] dan Ubadah bin Haritsah, [[Mush’ab bin Umair]] dan [[Sa'ad bin Abi Waqqash]]. <ref>''Al-Sahih min Sirah al-Nabi al-A’dzam'', jld. 3, 345. </ref> | ||
===Akad Persaudaraan di Madinah=== | ===Akad Persaudaraan di Madinah=== | ||
Setelah lima bulan dan menurut suatu | Setelah lima bulan dan menurut suatu kutipan delapan bulan <ref>''Tarikh al-Khamis'', Diyar al-Bakr, jld. 1, hlm. 353. </ref> setelah [[hijrah]] kaum Muslimin ke [[Madinah]], pada suatu hari Nabi Muhammad saw bersabda kepada [[para sahabatnya]]: | ||
تآخوا فی الله أخوین أخوین | {{ia|تآخوا فی الله أخوین أخوین}} | ||
bersaudaralah di jalan Allah dua-dua. <ref>Al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 1, hlm. 504-505. </ref> Berdasarkan pendapat masyhur jumlah mereka adalah 90, 45 berasal dari kaum Muhajirin dan 45 berasal dari [[Anshar]]. <ref>Al-Sahih min Sirah al-Nabi al-A’dzam, jld. 4, hlm. 227. </ref> | bersaudaralah di jalan Allah dua-dua. <ref>''Al-Sirah al-Nabawiyyah'', jld. 1, hlm. 504-505. </ref> Berdasarkan pendapat masyhur jumlah mereka adalah 90, 45 berasal dari kaum [[Muhajirin]] dan 45 berasal dari [[Anshar]]. <ref>''Al-Sahih min Sirah al-Nabi al-A’dzam'', jld. 4, hlm. 227. </ref> | ||
Persaudaraan yang terjadi antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, memiliki [[ | Persaudaraan yang terjadi antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, memiliki [[kemutawatiran]] sejarah dan [[riwayat]] juga dinukilkan dengan ibarat-ibarat yang berbeda sedikit. Berdasarkan kutipan referensi, Nabi Muhammad saw telah melakukan akad persaudaraan antara Abu Bakar dan Umar, Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Zaid bin Haritsah, Utsman dan Abdurahman bin Auf, Zubair dan Ibnu Mas’ud, Bilal dan Ubadah bin Haritsah, Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Abi Waqqash. <ref>''Tarikh al-Khamis'', Diyar al-Bukra, jld. 1, hlm. 353. </ref> | ||
Setelah terjadi akad persaudaraan ini, kaum muslimin seperti dua saudara hakiki yang saling mewarisi. Namun hukum ini bersifat sementara dan dengan turunnya ayat | Setelah terjadi akad persaudaraan ini, kaum muslimin seperti dua saudara hakiki yang saling mewarisi. Namun hukum ini bersifat sementara dan dengan turunnya ayat | ||
وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّـهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ | {{ia|وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّـهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ}} | ||
“Orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang muhajirin.” (Qs al-Ahzab [33]: 6) | “Orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang muhajirin.” (Qs al-Ahzab [33]: 6) | ||
Warisian dikhususkan kepada keluarga. <ref>Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, ayat 6 surah al-Ahzab. </ref> | Warisian dikhususkan kepada keluarga. <ref>Makarim Syirazi, ''Tafsir Nemuneh'', ayat 6 surah al-Ahzab. </ref> | ||
===Persaudaraan umum pada tahun ke-9 H=== | ===Persaudaraan umum pada tahun ke-9 H=== | ||
Persaudaraan yang terjadi pada tahun pertama memiliki | Persaudaraan yang terjadi pada tahun pertama memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan yang terikat antara kaum Muslimin namun yang lebih penting adalah persaudaraan antara kaum muslimin dengan kaum muslimin lainnya yang terjadi pada tahun ke-9 dengan turunnya ayat | ||
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَة | {{ia|إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَة}} | ||
''Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.'' (Qs al-Hujurat [49]: 10) | ''Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.'' (Qs al-Hujurat [49]: 10) | ||
Ketika ayat ini turun, Nabi Muhammad saw mempersaudarakan Abu Bakar dan Umar, [[Abu Dzar]] dan Ibnu Mas’ud, [[Salman]] dan Khudzaifah, [[Miqdad]] dan Ammar, [[Aisyah]] dan [[hafsah binti Umar|Hafshah]], [[Ummu Salamah]] dan | Ketika ayat ini turun, Nabi Muhammad saw mempersaudarakan Abu Bakar dan Umar, [[Abu Dzar]] dan Ibnu Mas’ud, [[Salman]] dan Khudzaifah, [[Miqdad]] dan [[Ammar bin Yasir|Ammar]], [[Aisyah]] dan [[hafsah binti Umar|Hafshah]], [[Ummu Salamah]] dan [[Shafiyah]] dan lainnya. | ||
==Persaudaraan antara Nabi Muhammad saw dan Imam Ali as== | ==Persaudaraan antara Nabi Muhammad saw dan Imam Ali as== | ||
Akad persaudaraan antara [[Nabi Muhammad saw]] dan [[Imam Ali as]] merupakan bagian mutawatir sejarah. Selain sumber-sumber refensi [[Syiah]], sangat banyak sumber-sumber referensi [[Ahlulsunnah]] juga menukilkan peristiwa ini. [[Allamah Amini]] | Akad persaudaraan antara [[Nabi Muhammad saw]] dan [[Imam Ali as]] merupakan bagian mutawatir sejarah. Selain sumber-sumber refensi [[Syiah]], sangat banyak sumber-sumber referensi [[Ahlulsunnah]] yang juga menukilkan peristiwa ini. [[Allamah Amini]] menukil peristiwa ini sebanyak 50 tema dalam kitab [[al-Ghadir]]. <ref>Al-Ghadir, jld. 3, hlm. 162-180. </ref> | ||
===Sebelum Hijrah=== | ===Sebelum Hijrah=== | ||
Nabi Muhammad saw sebelum [[hijrah ke Madinah]] telah melaksanakan akad persaudaraan antara Imam Ali as. Dalam sumber sejarah ketika Nabi Muhammad saw melakukan akad persaudaraan antara [[sahabat]] yang satu dengan sahabat lainnya, Ali menangis dan pergi menghampiri Nabi kemudian berkata: Anda mengikatkan akad persaudaraan diantara sahabat-sahabat Anda dan aku | Nabi Muhammad saw sebelum [[hijrah ke Madinah]] telah melaksanakan akad persaudaraan antara Imam Ali as. Dalam sumber sejarah, ketika Nabi Muhammad saw melakukan akad persaudaraan antara [[sahabat]] yang satu dengan sahabat lainnya, Ali menangis dan pergi menghampiri Nabi kemudian berkata: Anda mengikatkan akad persaudaraan diantara sahabat-sahabat Anda dan aku tidak Anda persaudarakan dengan siapapun. Nabi bersabda: Engkau saudaraku di dunia dan di akherat. <ref>Halabi, ''al-Sirah al-Halabiyyah'', jld. 2, hlm. 125. </ref> | ||
Dalam | |||
Dalam pekutipan yang lain diriwayatkan: Hai Ali, Apakah kau tidak bahagia bahwa engkau akan menjadi saudaraku? Ali berkata: Mengapa? Nabi bersabda: Kau di dunia dan di akherat adalah saudaraku. <ref>Qadhi Nu’man, ''Syarhul Akhbar fi Fadhailil Aimah'', jld. 2, hlm. 178. </ref> | |||
===Setelah Hijrah=== | ===Setelah Hijrah=== | ||
Setelah hijrah ke Madinah Nabi juga mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar namun Imam Ali tidak dipersaudarakan dengan siapapun melainkan dengan nabi sendiri. Dalam kitab ''A’yān al-Syiah'' menurut | {{main|Hijrah ke Madinah}} | ||
Setelah hijrah ke Madinah Nabi juga mempersaudarakan antara kaum [[Muhajirin]] dan [[Anshar]] namun Imam Ali tidak dipersaudarakan dengan siapapun melainkan dengan nabi sendiri. Dalam kitab ''A’yān al-Syiah'' menurut kutipan dari Ibnu Abdul Barr dalam ''al-Isti’āb'' dan Ibnu Atsir dalam ''Usd al-Ghabah'' dimuat bahwa sebelum Nabi hijrah ke Madinah, Nabi mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kemudian di [[Madinah]] mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan Anshar, dalam kedua masa itu, nabi bersabda kepada Ali: Engkau saudaraku baik di dunia maupun di akherat kemudian Nabi mempersaudarakan antara Ali dan dirinya. <ref>Ibnu Abdul Ghadir, ''al-Isti’ab'', menurut kutipan Amin, ''A’yan al-Syiah'', jld. 2, hlm. 27. </ref> | |||
Dalam kitab ''al-Fushul al-Muhimah'' dituliskan: Ketika Nabi mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, Ali tidak dipersaudarakan dengan siapa pun. Kemudian Ali nampak sedih dan keluar mencari Nabi. Nabi sedang mencari Ali as dan bersabda kepadanya: Apakah engkau bersedih hati karena antara kaum Anshar dan Muhajirin satu persatu telah aku persaudarakan dan engkau bukan merupakan salah satu dari saudara mereka? Apakah engkau tidak | Dalam kitab ''al-Fushul al-Muhimah'' dituliskan: Ketika Nabi mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, Ali tidak dipersaudarakan dengan siapa pun. Kemudian Ali nampak sedih dan keluar mencari Nabi. Nabi sedang mencari Ali as dan bersabda kepadanya: Apakah engkau bersedih hati karena antara kaum Anshar dan Muhajirin satu persatu telah aku persaudarakan dan engkau bukan merupakan salah satu dari saudara mereka? Apakah engkau tidak rela bahwa kedudukanmu terhadapku seperti kedudukan Harun terhadap saudaranya, Musa hanya saja bahwa setelahku tidak ada nabi lagi? <ref>''Al-Fushul al-Muhimah'', Ibn Sabagh al-Maliki, jld. 1, hlm. 220. </ref> | ||
==Tujuan Akad Persaudaraan== | ==Tujuan Akad Persaudaraan== | ||
Salah satu hal terpenting yang dipikirkan oleh [[Nabi saw]] adalah melaksanakan keadilan diantara orang-orang dalam masyarakat. <ref> | Salah satu hal terpenting yang dipikirkan oleh [[Nabi saw]] adalah melaksanakan keadilan diantara orang-orang dalam masyarakat. <ref>QS. al-Hadid ayat 25.</ref> Untuk melaksanakan program ini dari satu sisi Nabi menghapus perbedaan kelas dalam masyarakat dan dari sisi lain mempererat hubungan antara individu-inidvidu yang ada di dalam masyarakat. Oleh karena itu, Nabi melakukan akad persaudaraan sebagai jalan keluar yang praktis untuk memperoleh tujuan ini. <ref>''Dairah al-Ma’arif Buzurg Islami'', jld. 11, hlm. 618. </ref> | ||
Diantara tujuan-tujuan akad persaudaraan adalah menghilangkan kebencian dan permusuhan antara kaum [[Muhajirin]] dan [[Anshar]], menghilangkan rasa keterasingan dan kesepian dari kaum Muhajirin dan menggantikan prinsip-prinsip persaudaraan yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang didasarkan pada keimanan. | Diantara tujuan-tujuan akad persaudaraan adalah menghilangkan kebencian dan permusuhan antara kaum [[Muhajirin]] dan [[Anshar]], menghilangkan rasa keterasingan dan kesepian dari kaum Muhajirin dan menggantikan prinsip-prinsip persaudaraan yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang didasarkan pada keimanan. | ||
Baris 60: | Baris 65: | ||
==Akad Persaudaraan pada hari Idul Ghadir== | ==Akad Persaudaraan pada hari Idul Ghadir== | ||
Adalah [[mustahab]] untuk melakukan akad persaudaraan antara saudara-saudara seiman pada hari [[Idul Ghadir]] sehingga antara yang satu dengan yang lainnya saling membantu dan saling peduli baik di dunia maupun di akherat. | Adalah hal yang [[mustahab]] untuk melakukan akad persaudaraan antara saudara-saudara seiman pada hari [[Idul Ghadir]] sehingga antara yang satu dengan yang lainnya saling membantu dan saling peduli baik di dunia maupun di akherat. | ||
Akad perjanjian ini tidak seperti warisan dan juga | |||
Akad perjanjian ini tidak seperti warisan dan juga dua orang yang mengadakan akad persaudaraan, tidak menjadikan mereka mahram . Oleh karena itu, orang-orang yang mengadakan akad persaudaraan tidak akan mewarisi antara yang satu dengan yang lain dan tidak akan menjadikan hubungan mereka mahram dan kerabat kekeluargaan yang saling mengikat. | |||
Akad persaudaraan antara dua orang laki-laki atau dua perempuan ini tidak akan menjadikan mereka menjadi dua saudara. | Akad persaudaraan antara dua orang laki-laki atau dua perempuan ini tidak akan menjadikan mereka menjadi dua saudara. | ||
Mengingat atas apa | |||
Mengingat atas apa saja yang telah dijelaskan, maka akad persaudaraan ini mengandung sebagian masalah-masalah maknawi baik di dunia maupun di akherat dan setelah kehidupan. Misalnya orang-orang yang telah melaksanakan akad persaudaraan, maka mereka harus saling mendoakan dan di akherat juga apabila yang satunya memiliki maqam untuk memberikan syafaat, maka ia sudah selayaknya memberikan [[syafa'at]] kepada yang lainnya. | |||
==Cara Melaksanakan Akad Persaudaraan== | ==Cara Melaksanakan Akad Persaudaraan== | ||
Dua laki-laki atau dua perempuan, bersalaman dan salah satunya membacakan akad persaudaraan dan yang satunya lagi menerima akad persaudaraan itu. | Dua laki-laki atau dua perempuan, bersalaman dan salah satunya membacakan akad persaudaraan dan yang satunya lagi menerima akad persaudaraan itu. | ||
Teks bahasa Arabnya adalah: | Teks bahasa Arabnya adalah: | ||
<center>واخَیْتُکَ فِی اللَّهِ وَ صَافَیْتُکَ فِی اللَّهِ وَ صَافَحْتُکَ فِی اللَّهِ وَ عَاهَدْتُ اللَّهَ وَ مَلَائِکَتَهُ وَ کُتُبَهُ وَ رُسُلَهُ وَ أَنْبِیَاءَهُ وَ الْأَئِمَّةَ الْمَعْصُومِینَ (ع) عَلَى أَنِّی إِنْ کُنْتُ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَ الشَّفَاعَةِ وَ أُذِنَ لِی بِأَنْ أَدْخُلَ الْجَنَّةَ لَا أَدْخُلُهَا إِلَّا وَ أَنْتَ مَعِی</center> | <center> {{ia|واخَیْتُکَ فِی اللَّهِ وَ صَافَیْتُکَ فِی اللَّهِ وَ صَافَحْتُکَ فِی اللَّهِ وَ عَاهَدْتُ اللَّهَ وَ مَلَائِکَتَهُ وَ کُتُبَهُ وَ رُسُلَهُ وَ أَنْبِیَاءَهُ وَ الْأَئِمَّةَ الْمَعْصُومِینَ (ع) عَلَى أَنِّی إِنْ کُنْتُ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَ الشَّفَاعَةِ وَ أُذِنَ لِی بِأَنْ أَدْخُلَ الْجَنَّةَ لَا أَدْخُلُهَا إِلَّا وَ أَنْتَ مَعِی}}</center> | ||
Aku melaksanakan akad persaudaraan karena Allah dan karena Allah pula aku meletakkan tanganku di | Aku melaksanakan akad persaudaraan karena Allah dan karena Allah pula aku meletakkan tanganku di atas tanganmu (saling bersalaman) dan di hadapan Allah, para malaikat, Al-Quran, para Nabi-Nya dan para Imam as kami berjanji apabila aku termasuk ahli surga, berhak mendapatkan syafaat dan diizinkan untuk masuk surga, maka aku tidak akan masuk surga kecuali kamu bersamaku. | ||
Kemudian orang yang menerima akad persaudaraan itu menjawab: | Kemudian orang yang menerima akad persaudaraan itu menjawab: | ||
قَبِلْتُ | {{ia|قَبِلْتُ}} | ||
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan oleh orang pertama: | Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan oleh orang pertama: | ||
<center>أَسْقَطْتُ عَنْکَ جَمِیعَ حُقُوقِ الْأُخُوَّةِ مَا خَلَا الشَّفَاعَةَ وَ الدُّعَاءَ وَ الزِّیَارَة</center> | <center>{{ia|أَسْقَطْتُ عَنْکَ جَمِیعَ حُقُوقِ الْأُخُوَّةِ مَا خَلَا الشَّفَاعَةَ وَ الدُّعَاءَ وَ الزِّیَارَة}}</center> | ||
Semua hak-hak persaudaraan akan aku gugurkan darimu kecuali hak untuk memberikan syafaat, doa dan saling mengunjungi | Semua hak-hak persaudaraan akan aku gugurkan darimu kecuali hak untuk memberikan syafaat, doa dan saling mengunjungi | ||
Orang kedua menjawab: | Orang kedua menjawab: | ||
قَبِلْتُ <ref>Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, Mustadrak al-Wasail, 1408, jld. 6, hlm. 279.</ref> | {{ia|قَبِلْتُ}} <ref>Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, ''Mustadrak al-Wasail'', 1408, jld. 6, hlm. 279.</ref> | ||
Akad persaudaraan tidak harus dilafadzkan dengan bahasa Arab namun jika akad persaudaraan itu dibaca dengan bahasa lain misalnya bahasa Persia atau bahasa-bahasa lain, maka hal itu tidak menjadi masalah dan cukup hanya dengan mengandung makna dan lafadz-lafadz yang berisi akad persaudaraan. | Akad persaudaraan tidak harus dilafadzkan dengan bahasa Arab, namun jika akad persaudaraan itu dibaca dengan bahasa lain misalnya bahasa Persia atau bahasa-bahasa lain, maka hal itu tidak menjadi masalah dan cukup hanya dengan mengandung makna dan lafadz-lafadz yang berisi akad persaudaraan. | ||
Apabila dua orang perempuan menginginkan akad persaudaraan jika mereka akan melafazkan akad persaudaraan dengan lafadz Arab, maka dhamir- | Apabila dua orang perempuan menginginkan akad persaudaraan, jika mereka akan melafazkan akad persaudaraan dengan lafadz Arab, maka dhamir-dhamiratau kata ganti mudzakarnya harus diganti dengan dhamir atau kata ganti muannats. | ||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== | ||
Baris 89: | Baris 97: | ||
==Daftar Pustaka== | ==Daftar Pustaka== | ||
{{ref}} | {{ref}} | ||
*Amin, ''A’yan al-Syi’ah'', Beirut: Dar al-Ta’aruf lil Mathbu’at, 1418/1998 M. | |||
*Amini, Abdul Husain, ''al-Ghadir fi al-Kitab al-Sunnah wa al-Adab'', awal, Qum, Markaz al-Ghadir lil Dirasat al-Islamiyah, 1416 H. | |||
*Diyar Baikari, ''Tarikh al-Khamis fi Ahwal Anfus al-Nafis'', Beirut, Dar al-Shadir, tanpa tahun. | |||
*Amin, A’yan al-Syi’ah, Beirut: Dar al-Ta’aruf lil Mathbu’at, 1418/1998 M. | *Halabi Syafi’i, ''al-Sirah al-Halabiyyah'', cet. 2, Beirut, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1427 H. | ||
*Amini, Abdul Husain, al-Ghadir fi al-Kitab al-Sunnah wa al-Adab, awal, Qum, Markaz al-Ghadir lil Dirasat al-Islamiyah, 1416 H. | *Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyyah'', Beirut, Dar al-Ma’rifah, tanpa tahun. | ||
* | *Ibnu Katsir, ''al-Bidayah wa al-Nihayah'', Beirut, Dar al-Fikr, tanpa tahun. | ||
*Halabi Syafi’i, al-Sirah al-Halabiyyah, cet. 2, Beirut, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1427 H. | *Ibnu Shabbagh Maliki, ''al-Fushul al-Muhimmah fi Ma’rifah al-Aimmah'', 1, Qum, Dar al-Hadist, 1422 H. | ||
* | *Ja’far Murtadha al-Amili, ''al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A’dzam'', awal, Qum, Dar al-Hadits 1426 H. | ||
* | *Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, ''Mustadrak al-Wasail'', Muasasah Ali al-Bait li Ihya, Beirut, 1408 H. | ||
*Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, Mustadrak al-Wasail, Muasasah Ali al-Bait li Ihya, Beirut, 1408 H. | *Qadhi Nu’man Maghribi, ''Syarah al-Akhbar fi Fadhail al-Aimmah al-Athhar'', cet. 1, Qum, Jamiah Mudarisin, 1409 H. | ||
{{akhir}} | {{akhir}} | ||
{{ghadir}} | {{ghadir}} |