Lompat ke isi

Imam Ja'far al-Shadiq as: Perbedaan antara revisi

imported>M.hazer
imported>M.hazer
Baris 132: Baris 132:


===Menghindari Kebangkitan Bersenjata===
===Menghindari Kebangkitan Bersenjata===
Meskipun keimamahan Imam Shadiq as disertai dengan lemahnya dan runtuhnya dinasti Umawi, ia menghindari dari konflik militer dan politik dan bahkan menolak untuk didudukkan di atas kursi kekhalifahan. Syahristani telah melaporkan bahwa Abu Muslim Khorasani setelah kematian Ibrahim imam, menyebut dalam sebuah surat bahwa Imam Shadiq as orang yang paling layak untuk kursi kekhalifahan dan mengundangnya untuk menerima kekhalifahan, tetapi Imam Shadiq as menjawab: "Anda bukan Teman saya, dan zaman ini bukan waktu saya ". <ref>Lihat: Syahristani, ''al-Milal wa al-Nihal'', jld. 1, hlm. 179</ref> Dia juga menanggapi undangan Abu Salamah untuk Kekhalifahan dengan membakar suratnya. <ref>Mas'udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 254</ref> Dia juga tidak berpartisipasi dalam pemberontakan-pemberontakan terhadap pemerintahan, termasuk pemberontakan pamannya [[Zaid bin Ali]]. <ref>Paketci, ''Imam Ja'far Shadiq'', hlm. 183, 184</ref> Menurut sebuah hadis, Imam Shadiq as menyebut kurangnya pendukung sejati adalah alasan untuk menahan diri dari pemberontakan. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 237</ref>
Meskipun keimamahan Imam Shadiq as disertai dengan lemahnya dan runtuhnya dinasti Umawi, ia menghindari dari konflik militer dan politik dan bahkan menolak untuk didudukkan di atas kursi kekhalifahan. Syahristani telah melaporkan bahwa Abu Muslim Khorasani setelah kematian Ibrahim imam, menyebut dalam sebuah surat bahwa Imam Shadiq as adalah orang yang paling layak untuk kursi kekhalifahan dan mengundangnya untuk menerima kekhalifahan, tetapi Imam Shadiq as menjawab: "Anda bukan Teman saya, dan zaman ini bukan waktu saya ". <ref>Lihat: Syahristani, ''al-Milal wa al-Nihal'', jld. 1, hlm. 179</ref> Dia juga menanggapi undangan Abu Salamah untuk Kekhalifahan dengan membakar suratnya. <ref>Mas'udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 254</ref> Dia juga tidak berpartisipasi dalam pemberontakan-pemberontakan terhadap pemerintahan, termasuk pemberontakan pamannya [[Zaid bin Ali]]. <ref>Paketci, ''Imam Ja'far Shadiq'', hlm. 183, 184</ref> Menurut sebuah hadis, Imam Shadiq as menyebut kurangnya pendukung sejati adalah alasan untuk menahan diri dari pemberontakan. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 237</ref>


*Perselisihan dengan Abdullah bin Hasan al-Mutsanna
*Perselisihan dengan Abdullah bin Hasan al-Mutsanna
Pada tahun-tahun terakhir pemerintahan bani Umayyah, sekelompok [[bani hasyim]], termasuk Abdullah bin Hasan Mutsanna dan putra-putranya, dan Saffah dan Mansur, berkumpul di [[Abwa']] supya bersumpah setia kepada salah satu dari mereka sendiri untuk bangkit melawan pemerintah. Pada pertemuan ini, Abdullah memperkenalkan putranya Muhammad sebagai Mahdi dan meminta hadirin untuk berbaiat kepadanya.
Pada tahun-tahun terakhir pemerintahan bani Umayyah, sekelompok [[bani Hasyim]], termasuk Abdullah bin Hasan Mutsanna dan putra-putranya, dan Saffah dan Mansur, berkumpul di [[Abwa']] supya bersumpah setia kepada salah satu dari mereka sendiri untuk bangkit melawan pemerintah. Pada pertemuan ini, Abdullah memperkenalkan putranya Muhammad sebagai [[Imam Mahdi as|Mahdi]] dan meminta hadirin untuk berbaiat kepadanya.


Imam Shadiq as, ketika mengetahui kisah ini, berkata: "Putramu bukan Mahdi dan sekarang dia bukan Mahdi." Abdullah marah dengan kata-kata Imam dan menuduhnya cemburu. Imam Shadiq as bersumpah bahwa ia tidak berbicara karena iri hati dan mengatakan bahwa anak-anaknya akan dibunuh dan kekhalifahan akan jatuh ke tangan Saffah dan Mansur. <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 185, 186</ref> Rasul Ja'farian menilai bahwa akar perbedaan antara anak-anak [[Imam Hasan as]] dan anak-anak [[Imam Husain as]] muncul dari cerita ini. <ref>Ja'farian, ''Hayate Fikri-Siyasi Imamane Syiah'', hlm. 371</ref>
Imam Shadiq as, ketika mengetahui kisah ini, berkata: "Putramu bukan Mahdi dan sekarang dia bukan Mahdi." Abdullah marah dengan kata-kata Imam dan menuduhnya cemburu. Imam Shadiq as bersumpah bahwa ia tidak berbicara karena iri hati dan mengatakan bahwa anak-anaknya akan dibunuh dan kekhalifahan akan jatuh ke tangan Saffah dan Mansur. <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 185, 186</ref> Rasul Ja'farian menilai bahwa akar perbedaan antara anak-anak [[Imam Hasan as]] dan anak-anak [[Imam Husain as]] muncul dari cerita ini. <ref>Ja'farian, ''Hayate Fikri-Siyasi Imamane Syiah'', hlm. 371</ref>


===Hubungan Imam dengan Para Penguasa===
===Hubungan Imam dengan Para Penguasa===
Meskipun Imam Shadiq as menjauhkan diri dari pemberontakan bersenjata melawan rezim pemerintahan, namun ia tidak memiliki hubungan baik dengan para penguasa di masanya. Ketika Imam pergi haji dengan didampingi oleh ayahnya, Imam Muhammad Baqir as, ia memperkenalkan Ahlulbait as sebagai orang-orang pilihan Allah dan menyinggung permusuhan khalifah Hisyam bin Abdul Malik dengan Ahlulbait as. <ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 46, hlm. 306</ref>
Meskipun Imam Shadiq as menjauhkan diri dari pemberontakan bersenjata melawan rezim pemerintahan, namun ia tidak memiliki hubungan baik dengan para penguasa di masanya. Ketika Imam pergi [[haji]] dengan didampingi oleh ayahnya, Imam Muhammad Baqir as, ia memperkenalkan [[Ahlulbait as]] sebagai orang-orang pilihan Allah dan menyinggung permusuhan khalifah Hisyam bin Abdul Malik dengan Ahlulbait as. <ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 46, hlm. 306</ref>
Menanggapi Mansur Dawaniqi, yang meminta Imam untuk menemuinya sebagaimana layaknya orang lain menemuinya, ia menulis: "Kami tidak punya apa-apa yang karenanya kami takut kepada Anda, dan Anda tidak memiliki apa pun dari urusan akhirat yang kami harap dari Anda, dan Anda tidak dalam kenikmatan sehingga kami mengucapkan selamat kepada Anda, dan  Anda tidak percaya bahwa Anda berada dalam bencana sehingga kami mengucapkan bela sungkawa kepada Anda. Jadi mengapa kami harus datang menemui Anda? "<ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 47, hlm. 306</ref>
Menanggapi Mansur Dawaniqi, yang meminta Imam untuk menemuinya sebagaimana layaknya orang lain menemuinya, ia menulis: "Kami tidak punya apa-apa yang karenanya kami takut kepada Anda, dan Anda tidak memiliki apa pun dari urusan akhirat yang kami harap dari Anda, dan Anda tidak dalam kenikmatan sehingga kami mengucapkan selamat kepada Anda, dan  Anda tidak percaya bahwa Anda berada dalam bencana sehingga kami mengucapkan bela sungkawa kepada Anda. Jadi mengapa kami harus datang menemui Anda? "<ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 47, hlm. 306</ref>


'''Pembakaran Rumah Imam Shadiq as'''
'''Pembakaran Rumah Imam Shadiq as'''


Menurut sebuah riwayat dari kitab ''al-Kafi'', ketika Hasan bin Zaid menjabat gubernur [[Mekah]] dan [[Madinah]],  atas perintah Mansur Abbasi ia membakar rumah Imam Shadiq as. Menurut riwayat ini, kobaran api ini membakar hangus pintu masuk ke rumah Imam as dan Imam as keluar rumah dengan melewati kobaran api tersebut seraya berkata:  
Menurut sebuah riwayat dari kitab ''[[al-Kafi]]'', ketika Hasan bin Zaid menjabat gubernur [[Mekah]] dan [[Madinah]],  atas perintah Mansur Abbasi ia membakar rumah Imam Shadiq as. Menurut riwayat ini, kobaran api ini membakar hangus pintu masuk ke rumah Imam as dan Imam as keluar rumah dengan melewati kobaran api tersebut seraya berkata:  
"Saya putra A'raq al-Tsara (lakab Nabi Ismail). Saya adalah putra dari Ibrahim Khalilullah." <ref>Kulaini, ''Kafi'', jld. 1, hlm. 473</ref>
"Saya putra A'raq al-Tsara (lakab Nabi Ismail). Saya adalah putra dari Ibrahim Khalilullah." <ref>Kulaini, ''Kafi'', jld. 1, hlm. 473</ref>


Baris 153: Baris 153:
Selain pada dekade ketiga abad kedua hijriah, yang bertepatan dengan runtuhnya Kekhalifahan bani Umayyah,  para khalifah Bani Umayyah dan Abbasiyah selalu mengamati aktivitas Imam Shadiq as dan para pengikutnya. Tekanan-tekanan politik pada akhir-akhir kehidupan Imam Shadiq as lebih besar dibanding sebelumnya. <ref>Ja'farian, ''Hayate Fikri-Siyasi Imamane Syiah'', hlm. 435</ref> Menurut beberapa riwayat, para tentara Mansur Dawaniqi mengidentifikasi dan membunuh mereka yang berhubungan dengan Syiah Imam Shadiq as. Karena itu, Imam Shadiq as dan para pengikutnya menggunakan metode [[Taqiyah]]. <ref>Ja'farian, ''Hayate Fikri-Siyasi Imamane Syiah'', hlm. 435</ref>
Selain pada dekade ketiga abad kedua hijriah, yang bertepatan dengan runtuhnya Kekhalifahan bani Umayyah,  para khalifah Bani Umayyah dan Abbasiyah selalu mengamati aktivitas Imam Shadiq as dan para pengikutnya. Tekanan-tekanan politik pada akhir-akhir kehidupan Imam Shadiq as lebih besar dibanding sebelumnya. <ref>Ja'farian, ''Hayate Fikri-Siyasi Imamane Syiah'', hlm. 435</ref> Menurut beberapa riwayat, para tentara Mansur Dawaniqi mengidentifikasi dan membunuh mereka yang berhubungan dengan Syiah Imam Shadiq as. Karena itu, Imam Shadiq as dan para pengikutnya menggunakan metode [[Taqiyah]]. <ref>Ja'farian, ''Hayate Fikri-Siyasi Imamane Syiah'', hlm. 435</ref>


Imam Shadiq as menasehati Sufyan Tsauri yang datang menemuinya untuk pergi darinya karena mereka bedua telah diintai oleh pemerintah. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 248</ref> Dalam hadis lain, Imam Shadiq as meminta Aban bin Taghlib untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat terkait [[fikih]] dengan menukil pandangan-pandangan ulama Ahlusunnah untuk menghindari masalah. <ref>''Rijal Kasyi'', hlm. 330</ref> Ada juga riwayat-riwayat dari Imam Shadiq as yang menekankan Taqiyah. Pada beberapa riwayat-riwayat tersebut, Taqiyah ditempatkan pada posisi yang sejajar dengan [[salat]]. <ref>Fattal Nisyaburi, ''Raudhah al-Wa'izhin'', jld. 2, hlm. 293</ref>
Imam Shadiq as menasehati Sufyan Tsauri yang datang menemuinya untuk pergi darinya karena mereka bedua telah diintai oleh pemerintah. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 248</ref> Dalam hadis lain, Imam Shadiq as meminta [[Aban bin Taghlib]] untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat terkait [[fikih]] dengan menukil pandangan-pandangan ulama [[Ahlusunnah]] demi menghindari masalah yang tidak diinginkan. <ref>''Rijal Kasyi'', hlm. 330</ref> Ada juga riwayat-riwayat dari Imam Shadiq as yang menekankan Taqiyah. Pada beberapa riwayat-riwayat tersebut, Taqiyah ditempatkan pada posisi yang sejajar dengan [[salat]]. <ref>Fattal Nisyaburi, ''Raudhah al-Wa'izhin'', jld. 2, hlm. 293</ref>


==Karakteristik-karakteriktik Akhlak==
==Karakteristik-karakteriktik Akhlak==
Pengguna anonim