Ghulat

tanpa link
tanpa foto
tanpa Kategori
tanpa infobox
tanpa navbox
tanpa alih
tanpa referensi
Dari wikishia

Ghulat (bahasa Arab:الغلاة) adalah orang-orang yang memberikan sifat ketuhanan atau kenabian kepada Imam Ali as dan keturunannya, di mana mereka becara berlebihan dalam mensifati. Terdapat perbedaan pendapat tentang jumlah sekte Ghulat dalam buku-buku tentang sekte-sekte, sehingga jumlah sekte Ghulat yang paling sedikit dilaporkan adalah sembilan dan yang paling banyak dilaporkan adalah seratus. Beberapa sekte Ghulat yang paling terkenal yang disebutkan dalam buku-buku tentang sekte-sekte, di mana dihubungkan dengan Syiah, antara lain: Sabaiyah (pengikut Abdullah bin Saba), Kaisaniyah, Bayaniyah, Khathabiyyah, Basyiriyyah dan Mufawwidhah. Keyakinan akan sifah ketuhanan Imam-imam Syiah as dan kenabian mereka, serta klaim imamah atau kenabian bagi pendiri-pendiri sekte ini, termasuk keyakinan bersama yang ada dalam sekte-sekte ini.

Selama periode ghaibah sughra, beberapa sahabat Imam as juga membuat klaim yang berlebihan untuk menjadi khusus Imam Mahdi as dan menarik pengikut. Menurut sejarawan, individu seperti Hasan Syar'i, Muhammad bin Ali Syalmaghani, Ahmad bin Hilal Abartayi dan Muhammad bin Nashir Numairi berasal dari sahabat Imam Hasan Askari yang termasuk dalam kelompok ini.

Menurut keyakinan para penelaah, Ghulat menarik perhatian Imam-imam Syiah kearah mereka, menarik orang-orang yang lemah hati untuk mengikuti mereka dan menciptakan perpecahan di antara orang-orang Syiah serta menyebabkan kekuatan Syiah menderita kerugian dan memberikan pukulan yang tidak dapat diperbaiki terhadap mazhab Syiah.

Pengenalan dan Kedudukan Pembahasan

Ghulat jamak dari Ghali, adalah orang-orang yang memberikan sifat ketuhanan atau kenabian kepada Imam Ali as dan keturunannya (Imam-imam Syiah), di mana mereka telah melampaui batas dalam mensifati superioritas mereka dalam agama dan dunia, serta telah menjurus ke arah ekstremisme.[1]

Dalam karya-karya terkait dengan ilmu sekte, telah dibahas sejarah munculnya sekte-sekte Ghulat dan kepercayaan mereka.[2] Dalam beberapa sumber rujukan riwayat Syiah, nama-nama beberapa sekte Ghulat telah disebutkan dan mereka telah dilaknat dan dikecam oleh Imam-imam Syiah.[3] Dikatakan bahwa beberapa kepercayaan Ghulat terkait dengan sifat-sifat dan keutamaan Imam-imam maksum as, dan bagian lain terkait dengan pribadi mereka, di mana Ghulat telah mengangkat mereka ke tingkat ketuhanan. Oleh karena itu, kepercayaan Ghulat akan dibahas dalam ilmu teologi.[4] Para ulama rijal juga menisbatkan Ghulat kepada beberapa perawi dalam ilmu rijal.[5] Menurut mereka, menjadi seorang Ghulat adalah tanda kelemahan dan tidak tsiqahan dari perawi tersebut.[6] Dalam ilmu fikih, juga telah dijelaskan hukum-hukum yang terkait dengan Ghulat.[7]

Ghuluw

Ghuluw secara terminologi merujuk kepada seseorang taat beragama yang menyatakan bahwa dirinya melebihi dari apa yang telah ditetapkan agama untuknya.[8] Beberapa contoh ghuluw meliputi: Mengklaim memiliki pengetahuan tentang seorang nabi atau imam yang melebihi dari yang diketahui, menganggap diri mereka sebagai mitra dengan Tuhan dalam urusan duniawi, mempercayai bahwa seseorang adalah anak Tuhan,[9] percaya pada kemitraan seseorang dengan Nabi saw dalam hal kenabian, percaya pada kenabian Imam Ali atau salah satu dari Imam-imam Syiah dan percaya Mahdawiyah bukanlah seseorang selain Mahdi yang dijanjikan.[10] Menurut ijma’ para fukaha Syiah, percaya pada ketuhanan Imam Ali as atau salah satu dari Imam maksum as adalah sebuah bentuk kekafiran karena hal itu sama dengan menyekutukan Tuhan, dan orang-orang yang percaya pada hal itu dianggap sebagai orang kafir.[11] Beberapa fukaha juga percaya jika pengagungan berlebihan sehingga keyakinan mengarah pada penolakan terhadap salah satu dharuriyat agama, hal itu termasuk sebagai kekafiran.[12]

Sekte-sekte Ghulat

"Buku-buku yang membahas sekte-sekte berbeda pandangan terkait jumlah sekte Ghulat.[13] Ni’matullah Shafari Forusyani, seorang penelaah sejarah, melalui telaah beberapa buku yang disusun khusu dengan judul monografi sekte, melaporkan jumlah minimal sekte Ghulat sebanyak sembilan dan jumlah maksimal hingga seratus sekte.[14] Beberapa sekte Ghulat terkenal Syiah, meliputi:

Sabaiyah

Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba.[15] Beberapa penulis sekte-sekte menganggap mereka sebagai kelompok Ghulat pertama yang dikaitkan dengan Syiah.[16] Menurut Asy'ari, seorang teolog abad ke-3 dan ke-4 Hijriah, dalam karyanya "Maqalat al-Islamiyyin" menyebutkan, mereka percaya bahwa Imam Ali as tidak mati dan akan kembali ke dunia sebelum Hari Kiamat, memenuhi dunia dengan keadilan dan kebenaran setelah sebelumnya penuh dengan kezaliman.[17] Dalam buku Rijal Kasysyi, dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq as yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba, pendiri sekte Sabaiyah, mengklaim kenabian dan menganggap Imam Ali as sebagai Tuhan.[18]

Kaisaniyah

Mereka adalah sekelompok Syiah yang mempercayai Imamah Muhammad bin Hanafiyah.[19] Syahrestani dalam kitab al-Milal wa al-Nihal menyebutkan, setelah Muhammad bin Hanafiyah meninggal, muncul perbedaan pendapat di antara para pengikutnya.[20] Beberapa meyakini bahwa Muhammad bin Hanafiyah tidak mati dan akan kembali untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di dunia.[21] Sementara yang lain menyatakan bahwa dia telah wafat dan imamah telah dialihkan kepada putranya, Abu Hasyim.[22] Menurut keterangan Muhammad Jawad Masykur, sejarawan dan profesor di University of Tehran, dalam kitab "Farhangg-e Firaq-e Islami", setelah Muhammad bin Hanafiyah, sekte Kaisaniyah bercabang menjadi dua belas kelompok[23] yang semuanya meyakini imamah Muhammad bin Hanafiyah.[24] Beberapa di antara sekte Kaisaniyah tersebut termasuk Hasyimiyah,[25] Karubiyah,[26] Hamziyah,[27] Biyaniyah,[28] dan Harbiyah.[29]

Khathabiyyah

Khathabiyyah adalah pengikut Abu al-Khathab Muhammad bin Abi Zainab.[30] Menurut Syahrestani, Abu al-Khathab menganggap para Imam sebagai nabi pertama dan kemudian sebagai Tuhan, dan ia meyakini ketuhanan Imam Shadiq as dan para leluhurnya. Dia mengatakan bahwa Imam Shadiq as adalah Tuhan pengatur rejekinya dan bahwa dia bukan orang yang dapat dirasakan serta meriwayatkan darinya, karena turun dari alam atas ke dunia ini untuk itu menerima paras manusia.[31] Dalam Rijal Kasysyi riwayat-riwayat dalam kitab Rijal, Imam Shadiq menyangkal Abu al-Khathab dan menyebutnya sebagai pendusta dan ia meminta agar dijauhi dan melaknatnya.[32] Khathabiyyah sendiri bercabang menjadi berbagai sekte, di antaranya: Mukhammasah,[33] Bazi'iyah,[34] Umairiyah[35] dan Muammariyah.[36]

Mughairiyah

Mughairiyah adalah pengikut Mughirah bin Said al-Tsaqafi.[37] Menurut keterangan Nubakhti dalam kitab Firaq al-Syiah beberapa sahabat Mughirah bin Said sebagai imam dan percaya bahwa Imam Husain as, Imam Sajjad as dan Imam Baqir as telah mewariskan dan memilihnya sebagai penerus mereka.[38] Mereka juga menolak Imamah Imam Shadiq as dan percaya bahwa setelah Imam Baqir as, tidak ada imam dari keturunan dan anak-anak Imam Ali as, dan sampai munculnya Mahdi, Mughirah bin Said adalah seorang Imam.[39]

Mughairiyah juga percaya bahwa Muhammad bin Abdullah bin Hasan, yang dikenal sebagai Nafs Zakiyyah, adalah Mahdi yang dijanjikan dan ketika dia dibunuh, mereka mengatakan bahwa dia tidak mati dan masih hidup, tinggal di dalam sebuah gua di Makkah yang disebut "Alamiyah" sampai saat kedatangannya.[40] Dalam sebuah riwayat lain, disebutkan bahwa Imam Shadiq as dan Imam Ridha as mengutuknya karena dia berbohong tentang hubungannya dengan Imam Baqir as.[41]

Manshuriyah

Manshuriyah adalah pengikut Abu Manshur ‘Ijli.[42] Menurut keterangan Syahrestani, dia awalnya mendekatkan diri kepada Imam Baqir as, tetapi setelah dia ditolak oleh Imam karena keyakinan sesatnya, dia mengklaim dirinya sebagai imam dan mengajak orang-orang mengikuti dirinya.[43] Menurut keterangan dari Nubakhti, Abu Manshur mengklaim bahwa Allah telah membawanya ke surga, berbicara dengan-Nya, mengelusnya dengan tangan-Nya dan menyebut-Nya sebagai putra-Nya.[44] Nubakhti juga mengatakan bahwa setelah kematian Imam Baqir as, Abu Manshur mengklaim bahwa dia menjadi penggantinya.[45] Dia juga percaya bahwa dia dan lima Imam pertama orang-orang Syiah adalah para nabi dan juga percaya dia dan enam generasi keturunannya adalah nabi hingga munculnya Al-Qaim.[46] Dalam sebuah riwayat dari Rijal Kasysyi, Imam Shadiq as melaknat Abu Manshur dan menggambarkannya sebagai utusan setan.[47]

Basyiriyyah

Basyiriyyah adalah pengikut Muhammad bin Basyir Kufah.[48] Mereka percaya bahwa Imam Musa al-Kazhim as tidak pernah dipenjara dan tidak meninggal; tetapi dia adalah Mahdi al-Qaim yang ghaib dan dalam masa ghaibnya, Muhammad bin Basyir (pendiri sekte ini) diangkat sebagai wakil dan penggantinya, di mana dia memberikan cincin dan ilmunya serta segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam urusan agama dan dunia kepadanya.[49] Mereka juga percaya bahwa setelah Muhammad bin Basyir, putranya, Sami' adalah wakil dan imam dan siapa pun yang diwasiatkan oleh Sami' bin Muhammad adalah imam yang wajib diikuti sampai munculnya Imam Musa al-Kazhim.[50] Dalam sebuah riwayat yang dinukil dari Imam Musa al-Kazhim, Imam as telah melaknat Muhammad bin Basyir sebanyak tiga kali.[51]

Sirriyah

Sirriyah adalah pengikut seseorang bernama "Sirri Aqsham".[52] Mereka percaya bahwa Sirri sebagai seorang nabi yang diutus oleh Imam Shadiq as dan memiliki kekuatan dan terpercaya seperti Nabi Musa as dan tuh juga ada dalam dirinya.[53] Mereka juga percaya bahwa Imam Shadiq as adalah Islam, Islam adalah kedamaian dan dia adalah Tuhan serta kita adalah putra-putra Islam.[54] Pengikut Sirri mengajak masyarakat untuk mengakui kenabian Sirri dan menunaikan salat untuk Imam Shadiq as. Mereka juga melakasanakan haji dan puasa untuknya.[55] Namun, Imam Shadiq as menyebut Sirri sebagai pembohong dan melaknatnya.[56]

Sekte-sekte Terkenal Sesuai Nama keyakinan Mereka

Dalam kitab-kitab Al-Milal wa al-Nihal, beberapa sekte Ghulat diidentifikasi dan diperkenalkan dengan menggunakan nama keyakinan utama mereka.[57] Beberapa dari sekte-sekte ini adalah:

1.Itsnainiyah: Sebuah kelompok Ghulat yang percaya bahwa Nabi saw dan Imam Ali as, menganggap keduanya sebagai Tuhan.[58] Sebagian dari mereka yang menganggap kenabian Nabi saw sebagai yang utama disebut "Mimiyah" dan kelompok lain yang menganggap ketuhanan Imam Ali as sebagai yang utama disebut "Ainiyah".[59]

2.Azdariyah: Sebuah kelompok Ghulat yang percaya pada ketuhanan Imam Ali as dan percaya bahwa Ali sebagai ayah dari Hasanain as dan hidup di dunia ini adalah seseorang bernama "Ali Azdari" dan Ali yang menjadi imam karena dia adalah pencipta, tidak memiliki keturunan.[60]

3.Mufawwidhah: Sebuah kelompok Syiah yang percaya pada tafwidh.[61] Tafwidh berarti mereka percaya bahwa Tuhan menciptakan Nabi dan Imam Ali, kemudian menyerahkan urusan seperti penciptaan, kematian, kehidupan, rezeki dan kebutuhan sehari-hari para hamba kepada mereka.[62]

4.Dzubabiyyah, Gharamiyyah dan Dzimamiyyah: Kelompok-kelompok dari Ghulat lainnya yang kepercayan sama bahwa kenabian sejati adalah milik Imam Ali as. Mereka percaya bahwa Jibril membuat kesalahan saat menurunkan wahyu karena kesamaan begitu besar antara Imam Ali as dan Nabi saw dan wahyu tersebut diturunkan kepada Nabi.[63] Sayid Muhsen Amin menganggap penisbatan kelompok-kelompok ini dengan Syiah sebagai klaim tanpa bukti dan mengklaim bahwa nama-nama seperti ini tidak ditemukan dalam kajian sekte Syiah yang telah disusun.[64] Dia percaya bahwa nama-nama kelompok ini dibuat dengan tujuan dan motif buruk untuk memfitnah dan menjelek-jelekan Syiah.[65]

5.Syarikiyyah: Sebuah kelompok yang percaya bahwa Imam Ali as adalah sekutu Nabi saw dalam kenabian, sama seperti Harun as adalah sekutu Musa as dalam kenabian.[66]

Orang yang Mengklaim Wakil Imam Zaman di Masa Ghaibah Sughra

Dikatakan bahwa selama masa ghaibah sughra, beberapa orang terkenal Syiah mengambil jalan ghuluw dan membuat klaim yang berlebihan tentang diri mereka sendiri dan kadang-kadang tentang para Imam as dan dengan berbohong mengklaim menjadi wakil khusus dari Imam Mahdi as.[67] Mereka memiliki pengikut dan kelompok-kelompok itu terbentuk berdasarkan perkataan mereka.[68] Beberapa kelompok ini adalah:

1. Syari'iyyah: Pengikut Hasan Syari'i, salah seorang sahabat Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as.[69] Mereka mengklaim bahwa setelah kematian Imam Hasan Askari as dan selama masa ghaibah sughra, dia berbohong dengan mengklaim sebagai wakil Imam Mahdi as.[70] Kemudian, sebuah tanda tangan berasal dari Imam Mahdi as dikeluarkan untuk menolak klaimnya[71] dan para Syiah menjauhinya dan melaknatnya.[72]

2. Numairiyyah: Pengikut Muhammad bin Nashir Numairi.[73] Syekh Thusi dalam kitab Al-Ghaibah mengatakan bahwa dia adalah sahabat Imam Hasan Askari as di mana setelah kematiannya, mengklaim dirinya sebagai wakil dan perwakilan dari Imam Mahdi as.[74] Menurut keterangan Sa'ad bin Abdullah Asy'ari dalam ‘’Al-Maqalat wa al-Firaq’’, Muhammad bin Nashir meyakini ketuhanan Imam Hadi as dan menganggap dirinya sebagai nabi dan utusan-Nya.[75] Mereka juga mengatakan bahwa dia telah menghalalkan perbuatan homoseksual dan perbuatan terlarang lainnya.[76]

3. Shalmaghaniyah: Pengikut Muhammad bin Ali Shalmaghani, salah seorang sahabat Imam Hasan Askari as.[77] Dikatakan bahwa dia awalnya adalah seorang fakih Syiah dan setelah wafatnya Imam Hasan Askari as, dia mengharapkan penunjukan dari Imam Mahdi as, namun posisi ini diberikan kepada Husain bin Ruh. Oleh karena itu, dia merencanakan konspirasi terhadap Husain bin Ruh dan membuat tuduhan palsu terhadapnya dan para wakil lainnya.[78] kepercayaan terhadap hulul dan tanasukh dinisbatkan kepadanya dan dikatakan bahwa dia percaya bahwa roh Tuhan turun ke Adam, kemudian ke para nabi dan wali hingga mencapai Imam Hasan Askari as dan kemudian turun ke dirinya sendiri.[79] Dalam sebuah surat dari Imam Mahdi, dikatakan bahwa dia mengutuk Shalmaghani dan benci kepadanya dan menghukuminya irtidad.[80]

4. Hilaliyah: Pengikut seseorang bernama Ahmad bin Hilal Abartayi.[81] Dikatakan pada mulanya dia adalah salah seorang sahabat Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as.[82] Menurut keterangan Syekh Thusi dalam kitab ‘’Al-Ghaibah’’, Ahmad bin Hilal menolak wakalah dan penunjukan Muhammad bin Utsman sebagai wakil dari Imam Mahdi as, dalam sebuah surat dari Imam Mahdi as, Imam as melaknatnya.[83]

5. Balaliyah: Sebuah kelompok yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Ali bin Balal.[84] Dikatakan bahwa dia awalnya adalah seorang sahabat Imam Hasan Askari as[85] dan wakil Imam Mahdi dalam mengumpulkan harta.[86] Namun setelah Muhammad bin Utsman dipilih sebagai wakil dari Imam Mahdi as, dan ketika diminta harta yang ada pada dirinya, dia menolak memberikannya. Karena dia tidak mengakui Muhammad bin Ustman, setelah dia menolak untuk memberikan harta dan mengklaim dirinya sebagai wakil.[87]

Pengaruh Ghulat terhadap Syiah

Menurut para penelaah, para Imam-imam Syiah dan ulama Syiah telah berusaha dengan segala upaya untuk memusnahkan pemikiran ghulat dan mencegah pengaruh ghulat terhadap orang-orang Syiah serta mencegah penyebaran pemikiran mereka. Namun, pengikut ghulat memiliki dampak negatif pada Syiah.[88] Mereka dengan cara berbohong atas para Imam Syiah dan mengaitkan keyakinan sesat mereka dengan para Imam as, merusak citra para Imam Syiah dan menciptakan permusuhan di antara masyarakat terhadap para Imam Syiah dalam masyarakat Islam.[89] Ghulat juga menyebabkan kehancuran para sahabat dan akibatnya rusaknya nama baik para Imam Syiah dengan menciptakan dan memalsukan beberapa keyakinan takhayul dan menyimpang serta menghubungkan keyakinan tersebut dengan para sahabat dekat para Imam Syiah, pada akhirnya merusak citra para Imam-imam Syiah.[90]

Ghulat juga memainkan peran yang signifikan dalam merusak dan mencemarkan nama baik kebangkitan Syiah.[91] Menurut Ni'matullah Shafari Furusyani, seorang penelaah sejarah, Ghulat tidak memiliki peran langsung dalam kebangkitan Syiah, namun musuh-musuh Syiah akan menisbatkan ekstremisme kepada pemimpin-peminpin kebangkitan dengan ghuluw dan membuat sebuah sekte atas nama mereka untuk mencemarkan nama baik kebangkitan tersebut.[92] Beberapa orang Ghulat juga akan menisbatkan diri mereka dengan para pemimpin kebangkitan, sehingga menyebabkan pencemaran nama baik dan penyimpangan dari sebab sebenarnya dari kebangkitan tersebut. Sebagai contoh, sekelompok Ghulat dari sekte Mughairiyah mengklaim mendukung Muhammad bin Abdullah bin Hasan dan melakukan pembunuhan terhadap lawan-lawan mereka, yang menyebabkan Khalifah Mansur mengaitkan tindakan ini dengan Muhammad bin Abdullah.[93] Secara umum, orang Ghulat dan keyakinan ekstremis mereka digunakan sebagai bukti oleh musuh-musuh Syiah untuk menggambarkan seorang ekstremis dan Citra yang menyimpang dari Syiah; Beberapa Wahabi dan orientalis tertentu masih mengaitkan beberapa keyakinan ekstremis kelompok Ghulat, yang telah disangkal oleh para Imam-imam Syiah dan ulama Syiah, kepada Syiah Dua Belas Syiah.[94]

Menurut Shafari Furusyani, Ghulat menarik perhatian Imam-imam Syiah kearah mereka, menarik orang-orang yang lemah hatinya untuk mengikuti mereka dan menciptakan perpecahan di antara orang-orang Syiah serta menyebabkan kekuatan Syiah menderita kerugian dan memberikan pukulan yang tidak dapat diperbaiki terhadap mazhab Syiah.[95]

Catatan Kaki

  1. Syekh Thusi, Tashīh al-I'tiqādāt, hlm. 131.
  2. Lihat: Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 203-220.
  3. Lihat: Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 1, hlm. 304.
  4. Shafari Furusyani, Jaryan Syenasi-e Ghuluw, majalah Ulum-e Hadis, vol. 1, hlm. 114.
  5. Lihat: Najjasyi, Rijāl an-Najjāsyī, hlm. 156; Khu'i, Mu'jam RIjāl al-Hadīts, jld. 20, hlm. 149-150.
  6. Lihat: Najjasyi, Rijāl an-Najjāsyī, hlm. 156; Khu'i, Mu'jam Rijāl al-Hadīts, jld. 20, hlm. 149-150.
  7. Lihat: Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 4, hlm. 80 & jld. 30, hlm. 102.
  8. Ibn Asyur, at-Tahrīr Wa at-Tanwīr, jld. 4, hlm. 330.
  9. Allamah Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 25, hlm. 346; Shadr, Buhūts Fī Syarh al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 3, hlm. 306.
  10. Allamah Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 25, hlm. 346; Maqrizi, al-Mawā'idzh Wa al-I'tibār, jld. 4, hlm. 184.
  11. Hakim, Mustamsak al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 1, hlm. 386.
  12. Syekh Anshari, Kitāb at-Thahārah, jld. 5, hlm. 150; Hakim, Mustamsak al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 1, hlm. 386.
  13. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Kawusyi Dar Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 61.
  14. Lihat: Shafari Furusyani, Ghaliyan (Kawusyi Dar Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 61-62.
  15. Asy'ari, Maqālāt al-Islāmiyyīn, hlm. 15; Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 204.
  16. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 22; Asy'ari, al-Maqālāt Wa al-Firaq, hlm. 20.
  17. Asy'ari, Maqālāt al-Islāmiyyīn, hlm. 15
  18. Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 1, hlm. 107.
  19. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 23.
  20. Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 37.
  21. Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 37.
  22. Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 37.
  23. Masykur, Farhangg-e Eslami, hlm. 375.
  24. Baghdadi, al-Firaq Bain al-Firaq, hlm. 27.
  25. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 30-31; Asy'ari, Maqālāt al-Islāmiyyīn, hlm. 20.
  26. Khawarizmi, Mafātīh al-'Ulūm, hlm. 49; Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 27.
  27. Asy'ari Qummi, al-Maqālāt wa al-Firaq, hlm. 56.
  28. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 36; Baghdadi, al-Firaq Bain al-Firaq, hlm. 28; Maqrizi, al-Mawā'idz Wa al-I'tibār, jld. 4, hlm. 182.
  29. Asy'ari, al-Maqālāt Wa al-Firaq, hlm. 28; Asy'ari, Maqālāt al-Islāmiyyīn, hlm. 22.
  30. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 69; Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 210.
  31. Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 210.
  32. Lihat: Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 2, hlm. 275.
  33. As'ari, al-Maqālāt wa al-Firaq, hlm. 56.
  34. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 107.
  35. Asy'ari, Maqālāt al-Islāmiyyīn, hlm. 12.
  36. Asy'ari, Maqālāt al-Islāmiyyīn, hlm. 11.
  37. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 63; SYahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 207.
  38. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 63.
  39. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 63.
  40. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 62-63; Subhani, Buhūts Fī al-Milal Wa an-Nihal, jld. 7, hlm. 15.
  41. Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 1, hlm. 223.
  42. Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 209; Asy'ari, al-Maqālāt Wa al-FIraq, hlm. 187.
  43. Syahrestani, al-Milal Wa an-Nihal, jld. 1, hlm. 209.
  44. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 38.
  45. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 38.
  46. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 38.
  47. Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 2, hlm. 30.
  48. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 83; Asy'ari, al-Maqālāt Wa al-Firaq, hlm. 191.
  49. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 83; Asy'ari, al-Maqālāt Wa al-Firaq, hlm. 191.
  50. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 83; Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 1, hlm. 478.
  51. Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 1, hlm. 482-483.
  52. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 43; Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 228.
  53. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 43-44; Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 228-229.
  54. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 43-44; Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 228-229.
  55. Nubakhti, Firaq as-Syī'ah, hlm. 43-44; Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 228-229.
  56. Syekh Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl, jld. 2, hlm. 127.
  57. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 142.
  58. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 143.
  59. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 143.
  60. Abul Ma'ali, Bayān al-Adyān, hlm. 52.
  61. Basybisyi, al-Firaq al-Islāmiyyah, hlm. 29.
  62. Syekh Shaduq, al-I'tiqādāt, hlm. 100-101.
  63. Lihat: Tha'imah, al-Ghuluw Wa al-Firaq al-Ghāliyah Bain al-Islāmiyyīn, hlm. 241; Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jarhanha Wa Bar Ayandha), hlm. 145-148.
  64. Amin, A'yān as-Syī'ah, jld. 1, hlm. 23.
  65. Amin, A'yān as-Syī'ah, jld. 1, hlm. 23.
  66. Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 255.
  67. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 131-132.
  68. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 132.
  69. Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 255.
  70. Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 255; Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jarhanha Wa Bar Ayandha), hlm. 131-132..
  71. Thabrasi, al-Ihtijāj, jld. 2, hlm. 474-475.
  72. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 133.
  73. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 133.
  74. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 398.
  75. Asy'ari, al-Maqālāt Wa al-Firaq, hlm. 100.
  76. Asy'ari, al-Maqālāt Wa al-Firaq, hlm. 100.
  77. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 136.
  78. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 136.
  79. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 136.
  80. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 410-411.
  81. Masykur, Farhangg-e Feraq-e Eslami, hlm. 467.
  82. Syekh Thusi, Rijāl at-Thūsī, hlm. 410 & 428.
  83. Syekh Thusi, Kitāb al-Ghaibah, hlm. 399.
  84. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 138.
  85. Khu'i, Mu'jam Rijāl al-Hadīts, jlh. 17, hlm. 335.
  86. Shafari Furusyani, Ghaliayn (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 138.
  87. Syekh Thusi, Kitāb al-Ghaibah, hlm. 400.
  88. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 138.
  89. Reza Zade Asgari, Naqsy-e Gulat Dar Takhrib-e Cehre-e Syi'e, majalah Tarikh-e Farhangg Wa Tamaddun-e Eslami, vol. 1, hlm. 169.
  90. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 313-315.
  91. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 315.
  92. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 315.
  93. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 315-316.
  94. Lihat: Qamishi, as-Shirā' Bain al-Islām Wa al-Watsaniyah, jld. 1, pendahuluan, hlm. ح; Shafari Furusyani, Ghaliayn (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 323-325.
  95. Shafari Furusyani, Ghaliyan (Jaryanha Wa Bar Ayandha), hlm. 325-326.

Daftar Pustaka

  • Abul Ma'ali, Muhammad bin Ubaidillah. Bayān al-Adyān. Tehran: Entesyarat-e Ruzane, 1376 HS/1998.
  • Allamah Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār. Beirut: Yayasan al-Wafa', 1403 H.
  • Amin, Sayyid Muhsin. A'yān as-Syī'ah. Beirut: Dar at-Ta'aruf Li al-Mathbu'at.
  • Asy'ari Qummi, Sa'd bin Abdullah. Al-Maqālāt Wa al-Firaq. Riset: Muhammad Jawad Masykur. Tehran: Syerkat-e Entesyarat-e Elmi Wa Farhanggo, 1360 HS/1982.
  • Asy'ari, Abul Hasan. Maqālāt al-Islāmiyyīn Wa Ikhtilāf al-Mushallīn. German: Franz Steiner, 1400 H.
  • Baghdadi, Abdul Qadir bin Thahir. Al-Firaq Bain al-Firaq. Mesir: Perpustakaan & Percetakaan Muhammad Ali Shabih Wa Auladuh, 1977 H.
  • Basybisyi, Mahmud. 'Al-Firaq al-Islāmiyyah. Kairo: Perpustakaan at-Tsaqafah ad-Diniyyah, 1423 H.
  • Hakim, Sayyid Muhsin. Mustamsak al-'Urwah al-Wutsqā. Qom: Dar at-Tafsir, 1391 H.
  • Ibn Asyur, Muhammad Thahir. Tafsīr a-Tahrīr Wa at-Tanwīr. Beirut: Yayasan at-Tarikh al-'Arabi, 1420 H.
  • Khawarizmi, Muhammad bin Ahmad. Mafātīh al-'Ulūm. Beirut: Dar al-Matāb al-'Arabi.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Mu'jam Rijāl al-Hadīts. Qom: Daftar-e Ayatullah al-Udzhma al-Khu'i, 1409 H.
  • Maqrizi, Taqiyyuddin. Al-Mawā'idzh Wa al-I'tibār Fī Dzikr al-Khuthath Wa al-Ātsār. Beirut: Dar al-Kutub al-Imiyyah, 1418 H.
  • Masykur, Muhammad Jawad. Tarikh-e Syi'e Wa Ferqeha-e Eslami Ta Qarn-e Caharum-e Hejri. Tehran: Entesyarat-e Syarqi, 1379 HS/2001.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawāhir al-Kalām. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi. Cet. 7, 1362 HS/1984.
  • Najjasyi, Abul Abbas Ahmad bin Ali. Rijāl an-Najjāsyī. Riset: Sayyid Musa Syubairi Zenjani. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1407 H.
  • Qamishi, Abdullah. As-Shirā' Bain al-Islām Wa al-Watsaniyah. Kairo. Cet. 2, 1402 H.
  • Reza Zade Asgari, Zahra. Naqsye Gulat Dar Takhrib-e Cehre-e Syi'e. Majalah Tarikh-e Farhangg Wa Tamaddun-e Eslami. Vol. 1, 1389 HS/2011.
  • Shadr, Sayyid Muhammad Baqir. Buhūts Fī Syarh al-'Urwah al-Wutsqā. Qom: Majma' as-Syahid Ayatullah as-Shadr al-Ilmi, 1408 H.
  • Shafari Furusyani, Ni'matullah. Ghaliayn (Jaryanha Wa Bar Ayandha). Masyhad: Astan-e Quds-e Razawi, 1378 HS/2000.
  • Shafari Furusyani, Ni'matullah. Jaryan Syenasi-e Ghhuluw. Majalah Ulum-e Hadis. Vol: 1, 1375 HS/1997.
  • Subhani, Ja'far. Buhūts Fī al-Milal Wa an-Nihal. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami.
  • Syahrestani, Muhammad bin Abdul Karim. Al-Milal Wa an-Nihal. Qom: As-Syarif ar-Radhi. Cet. 3, 1364 HS/1986.
  • Syekh Anshari, Murtadha. Kitāb at-Thahārah. Qom: Kongres Internasioanal Buzurghdast-e Syekh A'dzham Anshari, 1415 H.
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Tashīh al-I'tqādāt. Qom: Kongres Syekh Mufid, 1414 H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-I'tiqādāt. Qom: Kongres Syekh Mufid, 1414 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Ikhtiyār Ma'rifah ar-RIjāl. Masyhad: Yayasan Nasyr-e Danesygah-e Masyhad. Cet. 1, 1409 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Kitāb al-Ghaibah. Editor: Ibadullah Tehrani & Ali Ahmad Nashih. Qom: Dar al-Ma'arif al-Islamiyyah, 1411 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Rijāl at-Thūsī. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami. Cet. 3, 1373 HS/1995.
  • Tha'imah, Shabir Abdurrahman. Al-Ghuluw Wa al-Firaq al-Ghāliyah Bain al-Islāmiyyīn. Kairo: Perpustakaan Madbuli, 2009.
  • Tharasi, Ahmad bin Ali. Al-Ihtijājāt 'Alā Ahl al-Lijāj. Masyhad: Nasyr-e Murteza. Cet. 1, 1403 H.