Pengguna anonim
Baiat: Perbedaan antara revisi
→Baiat dalam Pemerintahan-pemerintahan Pengklaim Khilafah
imported>E.amini Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Hindr |
||
Baris 55: | Baris 55: | ||
===Baiat dalam Pemerintahan-pemerintahan Pengklaim Khilafah=== | ===Baiat dalam Pemerintahan-pemerintahan Pengklaim Khilafah=== | ||
Menurut pendapat Syahidi<ref>Syahidi, Baiat wa Ceguneghi-e on dar Tarikhe Islam, hlm. 125. </ref> , tradisi baiat di seluruh pemerintahan yang memiliki klaim khilafah Islam, termasuk Khawarij, Fatimiah, Umawiyah Andalusia dan bahkan Utsmaniyah sangatlah marak dan di Iran sampai beberapa waktu sangatlah marak, dimana di situ dikukuhkan pemerintahan-pemerintahan yang mengikuti khilafah Islamiyah; dan nampaknya ikut sirna dengan lengsernya kekhilafahan Abbasiah. Selain pemerintahan, tradisi baiat di tengah-tengah para penentang khalifah juga ada, seperti baiat penduduk Irak dengan Abdullah bin Zubair<ref>Mas’udi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 83. </ref> ; baiat para pengikut Zaid bin Ali bin Husain dengannya<ref>Ibn Jurair, Tarikh Thabari, jld. 7, hlm. 167, 171. </ref> ; baiat sekelompok masyarakat dengan Muhammad bin Abdullah Nafs Zakiyah di akhir-akhir kekhilafahan Bani Umayyah dan juga pada masa al-Manshur<ref>Mas’udi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 294, 306. </ref> ; pengambilan baiat Abu Muslim kepada penduduk Khurasan untuk Ibrahim Imam. <ref>Ibn Jurair, Tarikh Thabari, jld. 7, hlm. 379 - 380. </ref> | Menurut pendapat Syahidi<ref>Syahidi, ''Baiat wa Ceguneghi-e on dar Tarikhe Islam'', hlm. 125. </ref> , tradisi baiat di seluruh pemerintahan yang memiliki klaim khilafah Islam, termasuk Khawarij, Fatimiah, Umawiyah Andalusia dan bahkan Utsmaniyah sangatlah marak dan di Iran sampai beberapa waktu sangatlah marak, dimana di situ dikukuhkan pemerintahan-pemerintahan yang mengikuti khilafah Islamiyah; dan nampaknya ikut sirna dengan lengsernya kekhilafahan Abbasiah. Selain pemerintahan, tradisi baiat di tengah-tengah para penentang khalifah juga ada, seperti baiat penduduk Irak dengan Abdullah bin Zubair<ref>Mas’udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 83. </ref> ; baiat para pengikut Zaid bin Ali bin Husain dengannya<ref>Ibn Jurair, Tarikh Thabari, jld. 7, hlm. 167, 171. </ref> ; baiat sekelompok masyarakat dengan Muhammad bin Abdullah Nafs Zakiyah di akhir-akhir kekhilafahan Bani Umayyah dan juga pada masa al-Manshur<ref>Mas’udi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 294, 306. </ref> ; pengambilan baiat Abu Muslim kepada penduduk Khurasan untuk Ibrahim Imam. <ref>Ibn Jurair, ''Tarikh Thabari'', jld. 7, hlm. 379 - 380. </ref> | ||
==Shigah (Bentuk Ungkapan) Baiat== | |||
Menurut referensi sejarah dan hadis, baiat biasanya memiliki ungkapan<ref>Berartikan sebuah kalimat tertentu; seperti shigah pernikahan dll. </ref>, yang mengandung subjek dan biasanya pihak baiat yang melafazkannya. <ref>Majlisi, ''Bihar'', jld. 19, hlm. 26, jld. 21, hlm. 98, 113, jld. 65, hlm. 392-393, 395. </ref> | |||
==Macam-macam Baiat== | |||
Sebagaimana dari arti etimologi baiat, perbuatan ini biasanya dalam bentuk penyodoran tangan atau menekan dengan tangan kanan; menurut sebagian ahli bahasa; jika dalam bentuk sumpah (half) dan ta’aqud (kontrak) juga marak dengan metode yang demikian dan karenanya sumpah disebut dengan Yamin. Alasan penamaan baiat dengan shafaqah juga karena hal-hal tersebut. <ref>Ibid., jld. 2, hlm. 266, jld. 27, hlm. 68. </ref> Dalam sirah Rasul juga baiat kaum laki-laki dikabarkan demikian. <ref>Nahjul Balaghah, khotbah 8, 137, 170, 229. </ref> | |||
Sebagian para mufasir berpendapat kalimat ''Yadullah fauqa Aidihim'' dalam [[surah Al-Fath]] ayat 10 mengisyaratkan perealisasian baiat dengan bersalaman. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', di bawah kata. </ref> Meski demikian, dalam hadis-hadis juga disebutkan bentuk-bentuk lain untuk baiat. <ref>Majlisi, ''Bihar'', jld. 49, hlm. 144, 146, jld. 64, hlm. 184-186. </ref> Demikian juga, terkadang baiat terealisasi hanya dengan mengumumkan keridhaan orang yang berbaiat, dengan tanpa bersalaman. <ref>Syahidi, ''Baiat wa Ceguneghi-e on dar Tarikhe Islam'', hlm. 127. </ref> | |||
===Baiat Khusus dan Baiat Umum=== | |||
Ibn Syahr Asyub<ref>Ibn Syahr Asyub, ''Manaqib'', jld. 2, hlm. 21. </ref> dalam sebuah pembagian global, membagi baiat-baiat Rasulullah Saw menjadi dua macam: baiat khusus dan baiat umum; baiat khusus untuk sekelompok khusus, seperti dua baiat Anshar di ‘Aqabah dan baiat Asyirah; dan baiat umum untuk kesemuanya, seperti baiat Syajarah. <ref>Meibudi, ''Baiat wa Naqsye-e on dar Hukumate Islami'', hlm. 183-186. </ref> | |||
===Baiat Bersyarat=== | |||
Terkadang baiat sifatnya bersyarat, yakni di situ terdapat kekomitmenan yang disyaratkan untuk keuntungan orang yang melakukan baiat. Namun terkadang subjek utama baiat juga diungkapkan dengan syarat. <ref>Katani, ''Nizham al-Hukumah an-Nabawiyyah'', jld. 1, hlm. 222. </ref> Nampaknya dalam sirah Nabawi Saw, hanya baiat ''‘Asyirah'' yang di dalamnya ada syarat kekhilafahan dan kewashian yaitu salah satu baiat yang bersyarat. <ref>Ibn Syahar Asyub, ''Manaqib'', jld. 2, hlm. 25. </ref> Dalam baiat sebagian para khalifah juga terlihat syarat-syarat seperti syarat mengamalkan apa yang ada dalam kitab Allah dan sunnah Nabawi. <ref>Bukhari, ''Shahih Bukhari'', jld. 8, hlm. 122. </ref> | |||
===Baiat dengan Perantara Wakil=== | |||
Baiat terkadang berlangsung melalui wakil atau pengganti, seperti dalam baiatnya para wanita dengan [[Imam Ali As]] yang menggantikan [[Rasulullah Saw]] di [[Hudaibiyah]]<ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', hlm. 63. </ref> , baiat penduduk [[Kufah]] dengan [[Muslim bin Aqil]] yang menggantikan [[Imam Husain As]]<ref>Mas’udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 3, hlm. 64. </ref> , dan juga baiat Rasul Saw yang menggantikan [[Utsman bin Affan|Utsman]] di Hudaibiyah, sementara dipihak satunya juga diri beliau sendiri. <ref>Qasimi, ''Nizham al-Hukmi fi al-Syariah wa al-Tarikh al-Islami'', jld. 1, hlm. 289. </ref> Demikian juga, pasca ekspansi kawasan-kawasan di bawah kekuasaan pemerintahan [[Islam]] dan maraknya pengambilan baiat dari pihak para khalifah, masalah baiat penduduk kawasan-kawasan yang mengikuti pemerintahan pusat juga dipaparkan. Penduduk kawasan-kawasan ini biasanya berbaiat dengan penguasa setempat, wakil sang khalifah. <ref>Ibid., hlm. 289-290. </ref> | |||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== |