Lompat ke isi

Tragedi Kamis Kelabu: Perbedaan antara revisi

Dari wikishia
imported>Hindr
imported>Hindr
Baris 43: Baris 43:
==Posisi-posisi==
==Posisi-posisi==


Siapa saja yang melihat kitab-kitab sahih Ahlusunnah akan mengetahui bahwa orang pertama yang hari itu berkata, "Nabi Saw sedang mengigau" adalah Umar kemudian orang-orang yang hadir ketika itu yang sepakat dengan dia (Umar) dan mengaminkan ucapannya, dimana dalam ungkapan Ibnu Abbas dijelaskan bahwa orang-orang yang hadir di dalam rumah ketika itu berselisih dan berseteru. Sebagian ada yang berkata, "Nabi Saw harus dan mesti menuliskan sebuah surat untuk kalian supaya nantinya kalian tidak akan tersesat," dan ada juga sebagian mengatakan ucapan yang sama dengan apa yang diutarakan Umar, yakni berkata, "Nabi Saw telah mengigau." <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242-243; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 431-432. </ref>
===Posisi Syiah===
Ulama Syiah menganggap hal ini adalah sebuah musibah besar, karena mencegah tindakan nabi dalam menulis sebuah wasiat guna menghindari kesesatan umat Islam. <ref> Jauhari, Muqtadhab al-Atsar, hlm.1.</ref> Dalam beberapa versi penukilan riwayat dalam sumber-sumber Ahlusunnah dimuat bahwa Ibnu Abbas menyebut pencegahan atas tindakan Nabi yang hendak menulis wasiat  adalah sebuah musibah dan tragedi besar dan ia menangisi hal itu.  <ref> Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76. </ref>
Syarafuddin Amili dalam al-Muraja’āt, dengan bersandar kepada Al-Quran Al-Karim, telah memasukan beberapa protes atas Umar bin Khattab dalam peristiwa tersebut, diantaranya: <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242; terjemah Bahasa Persia: Munāzhirāt, hal. 435. </ref>
#Tidak mengikuti perintah Rasulullah Saw dan bertentangan dengannya.
#Penampakan bahwa seakan-akan dia (Umar) dibandingkan Nabi Saw sebagai orang yang tahu tentang Al-Quran dan keutamaan-keutamaanya lebih pintar.
#Menyandarkan pengigauan kepada Nabi Saw.


Diantara ulama Ahlusunnah yang secara transparan memaparkan bahwa Umar bin Khaththab yang telah menghalangi Nabi Saw menulis wasiat dan mengeluarkan kata-kata seperti "Ngigau", adalah Qadhi 'Ayyadh (wafat 544 H) dan dia telah berusaha menjelaskan dengan beragam pemaparan atas ucapan Umar, misalnya ia mengatakan bahwa kalimat itu (ucapan Umar) adalah sebuah bentuk Istifhām Inkāri, yakni Apakah Nabi Saw sedang mengigau? <ref>Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194. </ref>Ibnu Abi al-Hadid Mu'tazili juga tidak mengingkari ucapan Umar tersebut namun ia berkata, "Karena tabiat Umar yang keras maka ucapan tersebut keluar dari mulutnya dan Umar tidak punya maksud sesuai apa yang dilontarkannya. <ref>Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194. </ref> Penjelasan-penjelasan seperti ini tidak ada artinya karena setelah munculnya ungkapan dari Umar tersebut maka orang-orang yang hadir di rumah ketika itu terbagi menjadi dua kelompok, dimana sebagian ada yang sepakat dengan Umar dan sebagiannya lagi tidak dan pada akhirnya Nabi Saw pun memerintahkan mereka untuk pergi dan disamping itu berdasarkan sebagian riwayat, Nabi Saw mengusir Umar. Disebutkan pada matan riwayat-riwayat.
Dalam pandangan Syiah, tindakan dan perbuatan Umar bin Khattab, sangat bertentangan dengan ayat-ayat mulia Al-Quran, yang mana diantaranya adalah:
*Seperti dalam ayat 7 surah al-Hasyr: Allah berfirman:
<center> وَمَا آتَاکمُ الرَّ‌سُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاکمْ عَنْهُ فَانتَهُوا </center>
<center> Apa yang dibawa Rasul kepadamu maka ambillah itu dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah </center>
*Juga dalam surah al-Najm ayat 2-5 Allah berfirman:
<center>  مَا ضَلَّ صَاحِبُکمْ وَمَا غَوَیٰ ﴿۲﴾ وَمَا ینطِقُ عَنِ الْهَوَیٰ ﴿۳﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْی یوحَیٰ ﴿۴﴾ عَلَّمَهُ شَدِیدُ الْقُوَیٰ ﴿۵﴾</center>
<center> Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan  (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,.</center>
 
===Posisi Ahlusunnah===
Sebagian dari ulama Ahlusunnah berusaha untuk membenarkan peristiwa ini yang mana salah satunya adalah:
* Sebagian menganggap riwayat ini lemah dan tidak valid (meskipun yang dikutip ada dalam sumber-sumber asli Ahlusunnah).
* Sebagian berkata; ungkapan hadis dimaknakan dengan cara lain, seperti "Hajara" diartikan meninggalkan dan berkata; maksud Umar adalah Nabi meninggalkan kita atau bahwa perkataan Umar adalah penolakan interogatif  bahwa Nabi tidak mengigau.
* Perkataan Umar tentang kecukupan Al-Quran (tidak butuh kepada wasiat Nabi), menunjukkan pemahamannya yang kuat dan pandangannya yang teliti.
*Di dalam sebagian penukilan, orang yang mengungkapkannya tidak jelas dan dijelaskan dengan kata ganti jamak.


==Referensi-referensi Ahlusunnah==
==Referensi-referensi Ahlusunnah==

Revisi per 23 November 2016 08.31

Hadis Dawāt (Bahasa Arab: حدیث الدواة) atau hadis kertas adalah hadis yang berkenaan tentang pena dan kertas yang diminta oleh Nabi Muhammad Saw dimana hal itu mengisyaratkan pada nasihat Nabi Muhammad Saw di hari-hari terakhir kehidupannya. Hadis ini dikenal juga dengan istilah hadis kertas, yang ketika itu Nabi Muhammad Saw meminta kepada orang-orang yang hadir untuk menyediakan dan membawakan selembar kertas guna ditulis apa yang hendak disabdakannya yang nantinya bisa mencegah kaum Muslimin dari ketersesatan sepeninggalnya, namun kemudian hal itu ditentang oleh sebagian sahabat, dan pada akhirnya wasiat tersebutpun tidak jadi disampaikan saat itu.

Fenomena ini termasuk dari kasus yang paling terkenal dan dianggap sebagai suatu musibah dan kemalangan terbesar yang dinukil oleh para penulis Shihāh Sittah, para penulis kitab Sunan dan para penulis sejarah dan berita. Riwayat-riwayat kejadian ini kendati pada rinciannya terdapat perbedaan yang tidak begitu signifikan, tetapi secara substansial dan juga bahwa Umar bin Khattab telah mencegah penulisan wasiat Nabi Saw, dapat dilihat dari pengakuan Umar sendiri.

Menurut kalangan Syiah, maksud Nabi Saw adalah menegaskan dan menekankan kepemimpinan Imam Ali As setelah beliau.

Teks dan Redaksi Hadis

Menurut sumber-sumber sejarah dan riwayat, Nabi Islam di hari-hari terakhir kehidupannya tergeletak menderita sakit, pada 25 Shafar tahun 11 H, dia berkata kepada sekelompok sahabat yang hadir di hadapannya, ia berkata: Bawa tinta dan kertas untuk supaya aku tulis sesuatu untuk kalian yang mana setelah itu kalian tidak akan pernah tersesat. Umar bin Khattab menolak permintaan Nabi dan mencegahnya dan berkata: Nabi sedang mengigau dan menurut sebagian konteks penukilan ditambahkan: Al-Quran ada di sisi kalian dan kita cukup dengan Kitab Allah. Kemudian diantara sahabat terjadi perselisihan. Nabi dengan menyaksikan perselisihan para sahabat tersebut meminta mereka untuk pergi dari hadapannya.

Peristiwa ini dengan rincian dan frase yang berbeda telah dijelaskan dalam beberapa sumber literatur. penukilan-penukilan yang dimuat dalam beberapa referensi tentang ucapan Rasul dalam hal ini adalah sebagai berikut:

  • Bawakan kepadaku tinta dan tulang sayap supaya aku tuliskan sesuatu untuk kalian yang mana setelahnya kalian tidak akan tersesat: ائتونی بدواة و كتف أكتب لكم كتابا لا تضلّوا بعده أبدا [1]
  • Jika demikian, biarkan aku menulis untuk kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan tersesat setelahku: هلُمّ اکتب لکم کتابا لا تضلون بعده [2]
  • Bawakan kepadaku tinta dan sebuah lembaran supaya aku tuliskan sesuatu untuk kalian yang mana setelahnya kalian tidak akan tersesat: ائتونی بدواة وصحیفة أکتب لکم کتابا لا تضلوا بعده أبدا [3]
  • ائتونی بالکتف والدواة أکتب لکم کتابا لا تضلوا بعده أبدا [4]

Begitu juga di sebagian literatur diyakini bahwa, orang yang menentang hal itu adalah Umar bin Khattab tetapi di sebagaian lain namanya tidak disebutkan.

Ungkapan yang digunakan Umar juga terdapat perbedaan redaksi dalam penukilannya:

  • Sesungguhnya orang ini sedang mengigau: ان الرجل لیهجر[5]
  • Sesungguhnya Nabi Allah sedang mengigau: إن نبی الله ليهجر[6]
  • Apakah Rasulullah sedang mengigau:أهجر رسول الله؟[7]
  • Apa yang terjadi dengannya? Apakah sedang mengigau? Tanyakanlah kepadanya?:ما شأنه؟ أهجر؟ استفهموه[8]
  • Sesungguhnya Nabi telah diliputi rasa sakit: إنّ النّبى (رسول الله) قد غلب عليه (غلبه) الوجع.[9]

Sayid Abdul Husain Syarafuddin dalam buku al-Muraja'ahnya memuat bahwa redaksi "qad ghalaba 'alaihi al-waj'", adalah campur tangan para ahli hadis Ahlusunnah untuk memperindah uangkapan dan supaya meringankan keburukan istilah ungkapan tersebut.[10] Sebuah riwayat yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ahmad bin Abdul Aziz Jauhari, ia jadikan sebagai saksi dari ucapannya bahwa dalam kitab al-Saqifah dengan sanad Ibnu Abbas dia tahu bahwa itu ada dan dimuat: Lantas Umar berucap yang artinya rasa sakit telah meliputi Nabi Saw...

Sumber-sumber Hadis

Referensi-referensi Ahlusunnah

Hadis pena dan kertas, banyak dimuat dalam literatur dan referensi-referensi valid Ahlusunnah diantaranya:

  • Shahih Bukhari di lima tempat kitab: yang mana dalam dua hal nama Umar disebut.[11] [12] [13] [14] [15]
  • Shahih Muslim dalam tiga penukilan: Dan dalam satu penukilan nama Umar disebut. [16] [17] [18]
  • Musnad Ahmad dalam satu penukilan: Tidak menyebutkan nama orang yang berkata.[19]
  • Sunan Baihaqi dalam satu penukilan: Tidak menyebutkan nama orang yang berkata.[20]
  • Thabaqat Ibnu Sa'ad dalam delapan penukilan: dalam tiga penukilan nama Umar dimuat.[21] [22] [23] [24] [25] [26] [27] [28]

Referensi-refernsi Syiah

  • Syaikh Mufid dalam al-Irsyad[29] dan Awail al-Maqalat. [30]
  • Nu'mani dalam kitab al-Ghaibah.[31]
  • Ibnu Syhar Asyub dalama al-Manaqib.[32]

Posisi-posisi

Posisi Syiah

Ulama Syiah menganggap hal ini adalah sebuah musibah besar, karena mencegah tindakan nabi dalam menulis sebuah wasiat guna menghindari kesesatan umat Islam. [33] Dalam beberapa versi penukilan riwayat dalam sumber-sumber Ahlusunnah dimuat bahwa Ibnu Abbas menyebut pencegahan atas tindakan Nabi yang hendak menulis wasiat adalah sebuah musibah dan tragedi besar dan ia menangisi hal itu. [34] Syarafuddin Amili dalam al-Muraja’āt, dengan bersandar kepada Al-Quran Al-Karim, telah memasukan beberapa protes atas Umar bin Khattab dalam peristiwa tersebut, diantaranya: [35]

  1. Tidak mengikuti perintah Rasulullah Saw dan bertentangan dengannya.
  2. Penampakan bahwa seakan-akan dia (Umar) dibandingkan Nabi Saw sebagai orang yang tahu tentang Al-Quran dan keutamaan-keutamaanya lebih pintar.
  3. Menyandarkan pengigauan kepada Nabi Saw.

Dalam pandangan Syiah, tindakan dan perbuatan Umar bin Khattab, sangat bertentangan dengan ayat-ayat mulia Al-Quran, yang mana diantaranya adalah:

  • Seperti dalam ayat 7 surah al-Hasyr: Allah berfirman:
وَمَا آتَاکمُ الرَّ‌سُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاکمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Apa yang dibawa Rasul kepadamu maka ambillah itu dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah
  • Juga dalam surah al-Najm ayat 2-5 Allah berfirman:
مَا ضَلَّ صَاحِبُکمْ وَمَا غَوَیٰ ﴿۲﴾ وَمَا ینطِقُ عَنِ الْهَوَیٰ ﴿۳﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْی یوحَیٰ ﴿۴﴾ عَلَّمَهُ شَدِیدُ الْقُوَیٰ ﴿۵﴾
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,.

Posisi Ahlusunnah

Sebagian dari ulama Ahlusunnah berusaha untuk membenarkan peristiwa ini yang mana salah satunya adalah:

  • Sebagian menganggap riwayat ini lemah dan tidak valid (meskipun yang dikutip ada dalam sumber-sumber asli Ahlusunnah).
  • Sebagian berkata; ungkapan hadis dimaknakan dengan cara lain, seperti "Hajara" diartikan meninggalkan dan berkata; maksud Umar adalah Nabi meninggalkan kita atau bahwa perkataan Umar adalah penolakan interogatif bahwa Nabi tidak mengigau.
  • Perkataan Umar tentang kecukupan Al-Quran (tidak butuh kepada wasiat Nabi), menunjukkan pemahamannya yang kuat dan pandangannya yang teliti.
  • Di dalam sebagian penukilan, orang yang mengungkapkannya tidak jelas dan dijelaskan dengan kata ganti jamak.

Referensi-referensi Ahlusunnah

Hadis Pena dan Tinta atau Hadis Kertas, telah disebutkan dalam berbagai referensi muktabar Ahlusunnah dan berikut ini akan disebutkan sebagian darinya.

Musnad Ahmad

Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."

Kami bertanya,"Wahai Abu Abbas! Apa yang terjadi dengan hari kamis?" ia berkata,"Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka bertanya, "Apa yang terjadi pada Ia (Nabi Saw)? Ia berkata, "Nabi telah mengigau." Lihatlah apa yang dikatakannya. Lantas mereka kembali bertanya kepadanya. Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan beliau memerintahkan tiga hal dan sekali Sufyan [salah seorang perawi riwayat ini] berkata,"beliau mewasiatkan tiga perkara." Beliau Saw bersabda, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya."

Dan Sa'id [yang meriwayatkan Hadis kepada Sulaiman] tidak menyebutkan wasiat ketiga dari Nabi Saw dan saya tidak tahu apakah sengaja tidak disebutkan atau tidak. Dan sekali pernah ia berkata, "Atau ia lupa." Dan Sufyan sekali pernah berkata, "Dan atau ia membiarkannya atau ia melupakannya." [36]

Shahih Bukhari

"Ibnu Abbas berkata, "Tatkala derita sakit Nabi Saw semakin menjadi, beliau lantas bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Umar berkata,"Sungguh rasa sakit telah meliputi Nabi Saw dan al-Qur'an ada pada kami dan itu sudah cukup." Lalu terjadi ikhtilaf dan suasana menjadi ribut.

Nabi Saw bersabda,"Pergilah kalian dariku dan sungguh tidak sepatutnya kalian berseteru di hadapanku." Kemudian Ibnu Abbas pergi keluar dan berkata, "Seluruh musibah itu bersumber dari pencegahan terhadap penulisan ucapan Nabi Saw." [37]

Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."

Ia berkata, "Derita sakit Nabi Saw pada hari kamis semakin menjadi, lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka berkata, "Nabi Saw telah mengigau." Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan menjelang wafatnya beliau memerintahkan tiga hal, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Seorang perawi berkata, "Saya lupa apa wasiat beliau yang ketiga." [38] Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."

Kami bertanya,"Wahai Abu Abbas! Apa yang terjadi dengan hari kamis?" ia berkata,"Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka bertanya, "Apa yang terjadi pada Ia (Nabi Saw)? Ia berkata, "Nabi telah mengigau." Lihatlah apa yang dikatakannya. Lantas mereka kembali bertanya kepadanya. Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan beliau memerintahkan tiga hal. Beliau Saw bersabda, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan wasiat yang ketiga tidak disebutkan atau disebutkan dan saya lupa. Sufyan [salah seorang perawi riwayat ini] berkata, "Dan bahwa wasiat yang ketiga tidak disebut atau...", ini ucapan dari Sulaiman [perawi sebelum Sufyan]. [39]

Ibnu Abbas berkata, "Tatkala detik-detik wafatnya Nabi Saw dan di rumahnya berkumpul beberapa orang lelaki, beliau bersabda, "Berikan kepadaku (pena dan kertas) untuk aku tuliskan sebuah tulisan yang kalian tidak akan tersesat di kemudian," lalu sebagian berkata, "Sesungguhnya rasa sakit telah memenuhi diri Nabi Saw dan al-Qur'an ada pada kalian maka hal itu sudah cukup," dan kemudian terjadilah pertikaian pada orang-orang yang ada di rumah itu. Ada yang berkata penuhilah perintah Nabi Saw yang hendak menuliskan sesuatu untuk kalian yang dengannya kalian tidak akan tersesat di kemudian hari dan ada pula yang berkata sebaliknya. Ketika ikhtilaf semakin memanas, Nabi Saw bersabda, "pergilah dan keluarlah kalian,". Ubaidullah berkata bahwa Ibnu Abbas berkata, ""Seluruh musibah itu bersumber dari pencegahan terhadap penulisan ucapan Nabi Saw." [40]

Ibnu Abbas berkata, "Tatkala menjelang wafatnya Nabi Saw dan ketika itu di rumah beliau hadir sejumlah laki-laki termasuk Umar bin Khaththab, Nabi Saw bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Lalu Umar berkata, "Rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, al-Qur'an ada pada kalian dan itu sudah cukup bagi kami." Lantas orang-orang yang ada di rumah ketika itu pun berselisih dan bertengkar. Kemudian sebagian berkata, "Sediakan (kertas dan tinta) supaya Nabi Saw menuliskan sesuatu yang setelahnya kalian tidak akan tersesat," dan sebagiannya lagi mengatakan apa yang diutarakan Umar. Tatkala mereka berteriak dan mengoarkan ungkapan tak berguna dan berselisih, maka Nabi Saw pun murka dan bersabda, "Pergi kalian!". Ubaidullah [salah seorang perawi Hadis ini] berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [41]

Shahih Muslim

"Mereka telah berkata, "Sufyan telah menceritakan kepada kami dari Sulaiman al-Ahwal dari Said bin Jabir, ia berkata bahwa Ibnu Abbas telah berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."

Kami bertanya,"Wahai Abu Abbas! Apa yang terjadi dengan hari kamis?" ia berkata,"Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka bertanya, "Apa yang terjadi pada Ia (Nabi Saw)? Ia berkata, "Nabi telah mengigau." Lihatlah apa yang dikatakannya. Lantas mereka kembali bertanya kepadanya. Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan beliau mewasiatkan tiga hal, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan wasiat yang ketiga tidak disebutkan atau disebutkan bahwa saya lupa. Abu Ishaq Ibrahim berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin Basyar, ia berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan dengan Hadis ini." [42]

"Dari Said bin Jabir dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian air matanya menetes hingga saya menyaksikannya seperti butiran-butiran mutiara di pipinya. kemudian Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Bawakan kepadaku Syanuh (sebuah kulit pengganti kertas) dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir di rumah] berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw sedang mengigau." [43]

Ibnu Abbas berkata, "Tatkala menjelang wafatnya Nabi Saw dan ketika itu di rumah beliau hadir sejumlah laki-laki termasuk Umar bin Khaththab, Nabi Saw bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Lalu Umar berkata, "Rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, al-Qur'an ada pada kalian dan itu sudah cukup bagi kami." Lantas orang-orang yang ada di rumah ketika itu pun berselisih dan bertengkar. Kemudian sebagian berkata, "Sediakan (kertas dan tinta) supaya Nabi Saw menuliskan sesuatu yang setelahnya kalian tidak akan tersesat," dan sebagiannya lagi mengatakan apa yang diutarakan Umar. Tatkala mereka berteriak dan mengoarkan ungkapan tak berguna dan berselisih, maka Nabi Saw pun murka dan bersabda, "Pergi kalian!". Ubaidullah [salah seorang perawi Hadis ini] berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [44]

Sunan Baihaqi

"...Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Sulaiman bin Abi Muslim, dia berkata, "Saya telah mendengar Sa'id bin Jabir berkata, "Saya telah mendengar Ibnu Abbas ra berkata, "Hari kamis dan apa itu hari kamis! Kemudian ia menangis dan berkata, "Rasa sakit Rasulullah Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku (kertas dan sebuah pena) karena aku hendak menuliskan sebuah surat untuk kalian dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Lantas orang-orang (yang ada di rumah ketika itu pun) berselisih dan bertengkar dan tidak selayaknya bertikai di hadapan Nabi Saw, lalu Nabi Saw bersabda, "Tinggalkan aku, sungguh kondisiku saat ini lebih baik dari apa yang serukan aku terhadapnya dan Beliau Saw memerintahkan mereka tiga perkara: "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan saya lupa wasiat yang ketiga. Riwayat ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari Qutaibah dan selainnya dari Sufyan dan Muslim meriwayatkannya dari Sa'id bin Mansur dan Qutaibah dan selain keduanya dari Sufyan. [45]

Mushannaf Shan'āni

Dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Tatkala Rasulullah Saw hendak meninggalkan dunia fana ini dan di rumahnya berkumpul orang-orang termasuk Umar bin Khaththab ra, lalu Nabi Saw bersabda, "Apakah aku tuliskan sebuah tulisan (wasiat) untuk kalian yang nantinya kalian tidak akan pernah tersesat? Maka Umar berkata, "Sesungguhnya rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, sementara al-Qur'an ada pada kalian, maka cukuplah al-Qur'an bagi kita, maka terjadilah perselisihan dan ikhtilaf diantara orang yang ada di rumah, mereka telah bermusuhan, lalu ada diantara mereka yang berkata, "Hendaklah kalian sambut (permintaan Nabi Saw) sehingga beliau akan menuliskan untuk kalian sebuah tulisan (wasiat) yang kelak kalian tidak akan lagi tersesat," dan ada juga diantara mereka yang berkata seperti apa yang dilontarkan oleh Umar. Ketika pertikaian mereka memuncak di depan Rasulullah Saw, maka beliau bersabda, "Pergilah kalian!", Abdullah berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [46]

Ibnu Uyainah telah mengabarkan kepada kami dari Sulaiman al-Ahwal dari Sa'id bin Jabir, ia berkata, "Ibnu Abbas telah berkata kepadaku, "Hari kamis dan apa itu hari kamis! Kemudian ia menangis dan saya bertanya, "Wahai Abu Abbas! Apa itu hari kamis? Ia berkata, "Hari dimana rasa sakit Rasulullah Saw semakin menjadi, lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku (kertas dan sebuah pena) karena aku hendak menuliskan sebuah surat untuk kalian dimana setelahnya kalian tidak akan pernah tersesat". Dia berkata, "Orang-orang (yang ada di rumah ketika itu pun) berselisih dan bertengkar dan tidak selayaknya bertikai di hadapan Nabi Saw, dan mereka berkata: apa yang terjadi pada Nabi? Beliau telah sedang mengigau. Lalu Nabi Saw bersabda, "Tinggalkan aku, sungguh kondisiku saat ini lebih baik dari apa yang kalian kira." Dan dia berkata, "Menjelang wafatnya Nabi Saw telah mewasiatkan tiga perkara: "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dia berkata, "Dan entah dengan sengaja Sa'id tidak menyebutkan wasiat yang ketiga dan atau ia menyebutkannya namun saya lupa." [47]

Tabaqāt Ibnu Sa'd

Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis Rasulullah jatuh sakit." Kemudian Ibnu Abbas menangis dan berkata, "Hari kamis dan apa itu hari kamis? Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi dan kemudian beliau bersabda, "Bawakan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat untuk kalian dimana setelahnya kalian tidak akan pernah tersesat".

Ibnu Abbas berkata, "Salah seorang yang hadir disana ketika itu berkata, "Sungguh Nabi Saw telah sedang mengigau." Ibnu Abbas berkata, "Lalu dikatakan kepada Nabi Saw, "Apakah kami siapkan apa yang anda (Nabi Saw) inginkan? Nabi Saw menjawab, "Setelah ucapan ini ("Ngigau")?!

Ibnu Abbas berkata, "Maka Nabi Saw tidak lagi menginginkannya." [48] Sufyan bin Uyainah telah mengabarkan kepada kami dari Sulaiman bin Abi Muslim Khal bin Abi Najih Sam'i Sa'id bin Jabir ia berkata bahwa Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan apa itu hari kamis? Pada hari itu rasa sakit Nabi Saw semakin menjadi kemudian beliau bersabda, "Bawakan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," lalu mereka berselisih padahal tidak selayaknya bertengkar di depan Nabi Saw. Kemudian mereka berkata, "Apa yang terjadi pada Nabi Saw? Beliau telah sedang mengigau." Mereka pergi dan menjenguk Nabi Saw Lalu beliau bersabda, "Tinggalkan aku, sungguh kondisiku saat ini lebih baik dari apa yang kalian kira." Dan Nabi Saw mewasiatkan tiga perkara: "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan dia tidak menyebutkan wasiat yang ketiga dan saya pun tidak tahu apakah ia menyebutkannya namun saya lupa atau dia sengaja mengambil sikap diam." [49]

Muhammad bin Abdullah telah mengabarkan kepada kami bahwa Qurrat bin Khalid telah menceritakan kepadaku bahwa Abu Zubair telah mengabarkan kami bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari telah menginformasikan kepada kami, ia berkata, "Tatkala Nabi Saw menderita sakit yang dengannya beliau wafat, meminta selembar kertas untuk beliau menuliskan sesuatu diatasnya untuk umatnya yang dengannya mereka tidak akan tersesat dan tidak akan pula menyesatkan yang lain." Jabir berkata, "Kemudian di dalam rumah beliau terjadi kegaduhan dan keributan serta Umar bin Khaththab mengeluarkan kata-kata bahwa Nabi Saw sudah tidak sadar dengan dirinya sendiri." [50] Hujjaj bin Nashir telah mengabarkan kepada kami bahwa Malik bin Maghul telah menceritakan kepada kami, ia berkata, "Kami telah mendengar Thalhah bin Mashraf menceritakan dari Sa'id bin Jabir dari Ibnu Abbas, dimana ia berkata, "Hari kami dan apa itu hari kamis? Ia berkata, "Seakan-akan saya menyaksikan Ibnu Abbas meneteskan air mata hingga ke pipinya dan air matanya mirip butiran-butiran mutiara," ia berkata, "Rasulullah Saw telah bersabda, "Bawakan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," Ia berkata, "Mereka berkata, "Sungguh Nabi Saw sedang mengigau." [51]

Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Hisyam bin Sa'ad telah menceritakan kepadaku dari Zaid bin Aslam dari Bapaknya dari Umar bin Khaththab, ia berkata, "Kami sedang berada bersama Nabi Saw dan antara kami dan kaum perempuan terdapat tirai, lalu Nabi Saw bersabda, "Mandikan aku dengan tujuh misyk dan "Berikan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," kaum perempuan berkata, "Berikan apa yang diminta oleh Rasulullah Saw," Umar lantas berkata, "Lalu aku berkata: Diam kalian wahai para wanita karena kalian menangis saat sedang bersama orang yang sakit dan ketika sehat, kalian akan bergantung kepadanya."

Rasulullah Saw bersabda, "Mereka [kaum perempuan], adalah lebih baik dari kamu." [52]

Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Ibrahim bin Yazid telah menceritakan kepadaku dari Abu Zubair dari Jabir bahwa ia berkata, "Nabi Saw tatkala wafatnya meminta selembar kertas untuk ia tuliskan sesuatu di atasnya yang nantinya mereka tidak tersesat dan tidak menyesatkan, kemudian mereka berselisih hingga Nabi Saw mengusirnya." [53]

Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Usamah bin Zaid al-Laitsi dan Mu'ammar bin Rasyid telah menceritakan kepadaku dari al-Zuhri dari Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Tatkala Rasulullah Saw hendak meninggalkan dunia fana ini dan di rumahnya berkumpul orang-orang termasuk Umar bin Khaththab ra, lalu Nabi Saw bersabda, "Apakah aku tuliskan sebuah tulisan (wasiat) untuk kalian yang nantinya kalian tidak akan pernah tersesat? Maka Umar berkata, "Sesungguhnya rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, sementara al-Qur'an ada pada kalian, maka cukuplah al-Qur'an bagi kita, maka terjadilah perselisihan dan ikhtilaf diantara orang yang ada di rumah, mereka telah bermusuhan, lalu ada diantara mereka yang berkata, "Hendaklah kalian sambut (permintaan Nabi Saw) sehingga beliau akan menuliskan untuk kalian sebuah tulisan (wasiat) yang kelak kalian tidak akan lagi tersesat," dan ada juga diantara mereka yang berkata seperti apa yang dilontarkan oleh Umar. Ketika pertikaian mereka memuncak di depan Rasulullah Saw, dan membuat Nabi Saw bersedih maka beliau bersabda, "Pergilah kalian!". Ubaidullah berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [54]

Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Ibrahim bin Ismail bin Abi Habibah telah menceritakan kepadaku dari Daud bin Hashin dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw bersabda disaat sakit yang dengannya beliau meninggal, "Berikan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," lantas Umar bin Khaththab berkata, "Siapa yang si Fulan dan si Fulan memiliki Mada'in Roma, Bahwa Rasulullah Saw tidaklah mati hingga kita menaklukkannya (Rum) dan kalaulah beliau mati maka sungguh kita akan menunggunya sebagaimana Bani Israil menanti Nabi Musa as. Kemudian Zaenab, istri Nabi Saw berkata, "Apakah kalian tidak pernah mendengar Nabi Saw berjanji kepada kalian dan mereka (kalian) berselisih lalu beliau bersabda, "Pergilah kalian dari sini," dan tatkala mereka berdiri dan pergi maka Nabi Saw menutup tempat." [55]

Kanz al-'Ummāl

Dari Umar, ia berkata, "Ketika Nabi Saw jatuh sakit, beliau bersabda, "Berikan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena untuk aku tuliskan sesuatu sehingga kelak nanti kalian tidak akan tersesat." Lantas kaum perempuan yang berada di balik tirai berkata, "Apakah kalian tidak mendengar apa yang dikatakan Nabi Saw? Saya [Umar] berkata kepada mereka,"Sungguh kalian ini adalah kaum wanita yang ada di masa Nabi Yusuf as; yakni tatkala Rasulullah Saw jatuh sakit kalian menekan mata-mata kalian dan ketika sehat kalian cukup membebaninya." Pada saat itu Rasulullah Saw bersabda,"Biarkan mereka, mereka itu lebih baik dari kamu." [56]

Beberapa Kritikan terkait Tertundanya Wasiat Nabi Saw

Syarafuddin Amili dalam buku al-Murāja'āt –dengan melihat beberapa ayat dari al-Qur'an– melihat ada beberapa bentuk keberatan terhadap Umar terkait kasus ini: [57]

  1. Tidak menaati perintah Rasulullah Saw.
  2. Menolak perkataan Nabi Saw.
  3. Mensinyalir bahwa seakan-akan Umar lebih tahu dibanding Nabi Saw terkait kekhususan dan kegunaan al-Qur'an.
  4. Penisbatan 'Ngigau" terhadap Nabi Saw.

Kesemua ini bertentangan dengan begitu banyak ayat-ayat al-Qur'an, diantaranya: Allah Swt dalam surah al-Hasyr ayat 7 berfirman, "…Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…"

Allah Swt dalam surah al-Takwīr ayat 19-22 berfirman, "Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia, yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana lagi dipercaya. Dan temanmu itu bukanlah sekali-kali orang yang gila."

Allah Swt dalam surah al-Hāqah ayat 40-42 berfirman, "Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar ucapan seorang rasul yang mulia, dan Al-Qur'an itu bukanlah ucapan seorang penyair; dimana sedikit sekali kamu beriman kepadanya, dan bukan pula perkataan tukang tenung; sedikit sekali kamu sadar (dan mengambil pelajaran darinya)."

Allah Swt dalam surah al-Najm ayat 2-5 berfirman, "Kawanmu tidak sesat dan tidak pula keliru, dan dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,"

Maksud Nabi Saw

Menilik pada Hadis tentang pena dimana Nabi Saw bersabda, "Berikan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena untuk aku tuliskan sesuatu sehingga kelak nanti kalian tidak akan tersesat."

Dan juga Hadis Tsaqalain dimana Nabi Saw bersabda, "Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara dan kalian tidak akan pernah tersesat selama berpegang teguh terhadapnya, kedua hal itu adalah al-Qur'an dan Ahlulbait-ku." Jelaslah bahwa kedua Hadis ini memiliki satu tujuan. Yakni Rasulullah Saw hendak mempertegas masalah nas ke-Imamah-an Imam Ali as secara khusus dan para Imam Ma'shum dari keluarga Nabi Saw secara umum dimana sebagian dari orang-orang yang hadir ketika itu tahu betul sehingga mereka berusaha mencegahnya. [58] Pribadi khalifah kedua juga dalam dialognya dengan Ibnu Abbas mengakui bahwa Nabi Saw ketika sakitnya hendak menyebutkan nama Ali sebagai pemimpin dan khalifah setelahnya, namun saya (Umar) dengan rasa penuh kekhawatiran terhadap Islam dan demi menjaganya maka saya mencegahnya. [59]

Nabi Saw Enggan Menuliskan Wasiat Kembali

Alasan dan hal yang menyebabkan Nabi Saw tidak lagi mau dan enggan menuliskan wasiat, adalah karena ungkapan yang dilontarkan oleh mereka dan tidak akan ada lagi pengaruhnya kalaupun beliau kembali menuliskannya dan justru yang muncul adalah fitnah dan pertikaian paska kepergiannya, karena kalau misalnya beliau menulis maka apakah tulisan itu –nau'zubillah– hasil dari igauan beliau atau bukan?, sebagaimana yang mereka katakan kepada beliau Saw dan beliau tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya berkata, "Pergilah kalian! Dan jika beliau tetap memaksa untuk menuliskan, sudah pasti mereka akan berkeras kepala menyatakan kalau ucapan Nabi Saw itu berupa igauan dan para pengikutnya akan berusaha semaksimal mungkin membuktikan kalau Nabi Saw sedang tidak sadar dan mengigau, mereka akan menulis banyak buku dalam rangka menolak surat wasiat itu dan juga akan memarjinalkan siapa saja yang berargumen dengan surat itu. [60]

Catatan Kaki

  1. Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184; Shahih al-Bukhari, jld.4, hlm.66; Shahih Muslim, jld.5, hlm.76.
  2. Shahih Muslim, jld.5, hlm.76.
  3. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242.
  4. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.243.
  5. Arbili, Kasf al-Gummah, jld.1, hlm.402.
  6. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.187.
  7. Shahih Bukhari, kitab al-Jihad wa al-Sair, bab, 175 hadis 1.
  8. Shahih Bukhari, kitab al-Maghazi, bab, 84, hadis 4, Shahih Muslim, kitab al-Wasiah, bab 6, hadis 6.
  9. Shahih Bukhari, kitab al-Maghazi, bab, 84, hadis 5-13 dan kitab al-Mardha, bab 17 hadis 1-15 dan kitab al-Ilm, bab 39 (bab Kitabah al-Ilm),hadis 4, Shahih Muslim, kitab al-Wasiah, bab 6, hadis 8. 14.
  10. Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242-243; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 431-432.
  11. Shahih al-Bukhari, jld.1, hlm.37.
  12. Shahih al-Bukhari, jld.4, hlm.31.
  13. Shahih al-Bukhari, jld.4, hlm.66.
  14. Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138.
  15. Shahih al-Bukhari, jld.7, hlm.9.
  16. Shahih Muslim,jld.5, hlm.75.
  17. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76.
  18. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76.
  19. Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, jld.2, hadis 1963, hlm.45.
  20. Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, jld.9, hlm.207.
  21. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.2, hlm.242.
  22. Ibid.
  23. Ibid, hlm. 243.
  24. Ibid.
  25. Ibid, hlm. 243-244.
  26. Ibib, hlm. 244.
  27. Ibid.
  28. Ibid, hlm. 244-245.
  29. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld.1, hlm.184.
  30. Syaikh Mufid, Awail al-Maqalat, hlm.406.
  31. Nu'mani, al-Ghaibah, hlm.81-82.
  32. Ibnu Syhar Asyub, al-Manaqib, jld.1, hlm.236.
  33. Jauhari, Muqtadhab al-Atsar, hlm.1.
  34. Shahih al-Bukhari, jld.5, hlm.137-138. Shahih Muslim,jld.5, hlm.76.
  35. Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242; terjemah Bahasa Persia: Munāzhirāt, hal. 435.
  36. Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
  37. Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
  38. Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
  39. Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
  40. Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
  41. Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
  42. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  43. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  44. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  45. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  46. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  47. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  48. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  49. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  50. Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
  51. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
  52. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
  53. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
  54. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
  55. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 244-245.
  56. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 244-245.
  57. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 244-245.
  58. Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436.
  59. Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436.
  60. Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436.

Daftar Pustaka

  • Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Dār Ihyā al-Kutub al-'Arabiyah, 1378 H- 1959 M.
  • Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, Beirut: Dār Shādir, tanpa tahun.
  • Al-Bukhari, Sahih Bukhari, jilid 1, Beirut: Dār al-Fikr, 1401 H/ 1981 M.
  • Al-Baihaqi, Ahmad bin Al-Husain, al-Sunan al-Kubrā, Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun.
  • Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, periset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, jilid 2, Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 2008 M.
  • Syarafuddin Amili, al-Murāja'āt, dipersembahkan oleh: Hamid Hafani Daud, Muhammad Fikri Utsman Abu al-Nashr, cet. 20, Mesir-Kairo, 1399 H- 1979 M; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, penerjemah: Haidar Quli bin Nur Muhammad Khan Sardar Kabuli, dengan mukaddimah oleh Kaiwan Sami'I, Tehran: Nasyr Sayeh, 1380 Syamsi.
  • San'ani, Abdurrazzaq, al-Mushannaf, riset oleh: Habiburrahman al-A'zhami, tanpa tempat: Mansyurat al-Majlis al-'Ilmi, tanpa tahun.
  • Al-Qadhi 'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, (catatan kaki dengan nama Mazīl al-Khafā 'an alfāzh al-Syifā oleh Allamah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Syamani (873 H)), Beirut: Dār al-Fikr, 1309 H – 1988 M.
  • Al-Naisaburi, Muslim bin Hajjaj, al-Jāmi' al-Shahīh (Sahih Muslim), Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun.
  • Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummāl, riset oleh: Bakri Hayani, revisi oleh: Shafwah al-Saqā, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1409 H – 1989 M.