Batul (gelar): Perbedaan antara revisi
imported>Hindr Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Hindr Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Batul'''([[Bahasa Arab]]:{{hadis|البتول}}) adalah salah satu gelar dari gelar-gelar Sayidah Zahra Sa, yang berarti seseorang yang dikarenakan tidak mempunyai masa haid, maka ia istimewa dan unggul dari perempuan-perempuan yang ada. Imam Ali As karena beliau menikah dengan Sayidah Fatimah Sa maka dia digelari dengan [[Zauj al-Batul]]. Tentunya ada banyak pendapat dan padangan tentang penamaan Sayidah Fatimah dengan batul. | '''Batul'''([[Bahasa Arab]]:{{hadis|البتول}}) adalah salah satu gelar dari gelar-gelar [[Sayidah Zahra|Sayidah Zahra Sa]], yang berarti seseorang yang dikarenakan tidak mempunyai masa haid, maka ia istimewa dan unggul dari perempuan-perempuan yang ada. [[Imam Ali As]] karena beliau menikah dengan [[Sayidah Fatimah Sa]] maka dia digelari dengan [[Zauj Al-Batul|Zauj al-Batul]]. Tentunya ada banyak pendapat dan padangan tentang penamaan Sayidah Fatimah dengan batul. | ||
==Secara bahasa== | ==Secara bahasa== | ||
Batul berasal dari akar Batala Batlan yang berarti terpisah dan terpotong. Tabtil adalah kata masdar dari bab Taf’il yang berarti pemotongan atau pemisahan dari sebuah perkumpulan atau kelompok dan hidup sendiri dan meninggalkan perkawinan.<ref> Al-‘Ain, jld.8, hlm. 125. </ref> | Batul berasal dari akar Batala Batlan yang berarti terpisah dan terpotong. Tabtil adalah kata masdar dari bab Taf’il yang berarti pemotongan atau pemisahan dari sebuah perkumpulan atau kelompok dan hidup sendiri dan meninggalkan perkawinan.<ref> Al-‘Ain, jld.8, hlm. 125. </ref> | ||
Batul dari shigah rasul dan batil dengan shigah amir yaitu seorang wanita yang kecintaan dan kecondongannya kepada laki-laki terputus dan tidak ada keinginan untuk melakukan pernikahan. <ref> Al-‘Ain, jld.8, hlm. 124; Ibnu Manzhur, Lisān al-Arab, jld.11, hlm. 43; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm. 316. </ref> | Batul dari shigah rasul dan batil dengan shigah amir yaitu seorang wanita yang kecintaan dan kecondongannya kepada laki-laki terputus dan tidak ada keinginan untuk melakukan pernikahan. <ref> Al-‘Ain, jld.8, hlm. 124; Ibnu Manzhur, Lisān al-Arab, jld.11, hlm. 43; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm. 316. </ref> | ||
Maryam Ibu Nabi Isa As juga dinamakan batul, karena ia terputus dari kecenderungan pada laki-laki. Terpilih<ref> Ibnu Manzhur, Lisān al-Arab, jld.11, hlm. 43; Raghib Isfahani, al-Mufradat, jld. 1, hlm.240.</ref> dan karena dia tidak melihat darah haid. <ref> Allamah Thabathabai, al-Mizān, jld.3, hlm. 206. </ref> Tabattul adalah dikhususkan bagi seseorang yang seluruh perhatiannya hanya ditujuan kepada Allah Swt dan kepada kita semua terputus kecuali Dia.<ref> Makarim Syirazi, Nemuneh, jld.25, hlm. 179. </ref> | Maryam Ibu Nabi Isa As juga dinamakan batul, karena ia terputus dari kecenderungan pada laki-laki. Terpilih<ref> Ibnu Manzhur, Lisān al-Arab, jld.11, hlm. 43; Raghib Isfahani, al-Mufradat, jld. 1, hlm.240.</ref> dan karena dia tidak melihat darah haid. <ref> Allamah Thabathabai, al-Mizān, jld.3, hlm. 206. </ref> Tabattul adalah dikhususkan bagi seseorang yang seluruh perhatiannya hanya ditujuan kepada Allah Swt dan kepada kita semua terputus kecuali Dia.<ref> Makarim Syirazi, Nemuneh, jld.25, hlm. 179. </ref> | ||
==Sebab Penamaan== | ==Sebab Penamaan== | ||
Sayidah Fatimah Sa, putri Nabi Saw juga bergelar batul, ada beberapa pendapat dalam sebeb penamaannya dengan batul, diantaranya adalah: | Sayidah Fatimah Sa, putri Nabi Saw juga bergelar batul, ada beberapa pendapat dalam sebeb penamaannya dengan batul, diantaranya adalah: | ||
*Dia dari segi perbuatan, tindakan dan pengetahuannya lebih unggul dari perempuan-perempuan di zamannya dan kondisinya telah sampai pada jenjang inqitha’ ilallah. (hanya Allah dalam perhatiannya) .<ref> Mazandarani, Syarh Ushul Kāfi, jld.5, hlm.228; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm.316; Makarim Syirazi, Nemuneh, jld.25, hlm. 179. </ref> | *Dia dari segi perbuatan, tindakan dan pengetahuannya lebih unggul dari perempuan-perempuan di zamannya dan kondisinya telah sampai pada jenjang inqitha’ ilallah. (hanya Allah dalam perhatiannya) .<ref> Mazandarani, Syarh Ushul Kāfi, jld.5, hlm.228; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm.316; Makarim Syirazi, Nemuneh, jld.25, hlm. 179. </ref> | ||
*Menurut beberapa riwayat, Sayidah Fatimah disebut dengan batul karena dia tidak pernah melihat darah haid.<ref>Qunduzi, Yanabi’ al-Mawaddah, jld.2, hlm.322; Bihār al-Anwār, jld.43, hlm.16. </ref>.<ref> Lihat: Syaikh Thusi, Amāli, hlm.44; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm.316; Thabari, Dalāil al-Imāmah, hlm. 54; Arbili, Kasyfu al-Ghummah, jld.1, hlm.464; Shaduq, Ma’āni al-Akhbār, hlm.64; Lihat: Mahallati, Rayahiin al-Syari’ah, jld.1, hlm. 18. </ref> | *Menurut beberapa riwayat, Sayidah Fatimah disebut dengan batul karena dia tidak pernah melihat darah haid.<ref>Qunduzi, Yanabi’ al-Mawaddah, jld.2, hlm.322; Bihār al-Anwār, jld.43, hlm.16. </ref>.<ref> Lihat: Syaikh Thusi, Amāli, hlm.44; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm.316; Thabari, Dalāil al-Imāmah, hlm. 54; Arbili, Kasyfu al-Ghummah, jld.1, hlm.464; Shaduq, Ma’āni al-Akhbār, hlm.64; Lihat: Mahallati, Rayahiin al-Syari’ah, jld.1, hlm. 18. </ref> | ||
Revisi per 12 Maret 2016 07.36
Batul(Bahasa Arab: البتول ) adalah salah satu gelar dari gelar-gelar Sayidah Zahra Sa, yang berarti seseorang yang dikarenakan tidak mempunyai masa haid, maka ia istimewa dan unggul dari perempuan-perempuan yang ada. Imam Ali As karena beliau menikah dengan Sayidah Fatimah Sa maka dia digelari dengan Zauj al-Batul. Tentunya ada banyak pendapat dan padangan tentang penamaan Sayidah Fatimah dengan batul.
Secara bahasa
Batul berasal dari akar Batala Batlan yang berarti terpisah dan terpotong. Tabtil adalah kata masdar dari bab Taf’il yang berarti pemotongan atau pemisahan dari sebuah perkumpulan atau kelompok dan hidup sendiri dan meninggalkan perkawinan.[1] Batul dari shigah rasul dan batil dengan shigah amir yaitu seorang wanita yang kecintaan dan kecondongannya kepada laki-laki terputus dan tidak ada keinginan untuk melakukan pernikahan. [2] Maryam Ibu Nabi Isa As juga dinamakan batul, karena ia terputus dari kecenderungan pada laki-laki. Terpilih[3] dan karena dia tidak melihat darah haid. [4] Tabattul adalah dikhususkan bagi seseorang yang seluruh perhatiannya hanya ditujuan kepada Allah Swt dan kepada kita semua terputus kecuali Dia.[5]
Sebab Penamaan
Sayidah Fatimah Sa, putri Nabi Saw juga bergelar batul, ada beberapa pendapat dalam sebeb penamaannya dengan batul, diantaranya adalah:
- Dia dari segi perbuatan, tindakan dan pengetahuannya lebih unggul dari perempuan-perempuan di zamannya dan kondisinya telah sampai pada jenjang inqitha’ ilallah. (hanya Allah dalam perhatiannya) .[6]
- Menurut beberapa riwayat, Sayidah Fatimah disebut dengan batul karena dia tidak pernah melihat darah haid.[7].[8]
Zauj al-Batul
- Tulisan Utama: Zauj Al-Batul
Batul adalah salah satu dari gelar Sayidah Zahra Sa putri Nabi yang mulia Saw. [9] dengan demikian Imam Ali As juga disebut dengan Zauj al-Batul. Dan dia juga mensifatinya dengan gelar tersebut dalam sebuah pidatonya yang dia sampaikan sepulang dari perang Nahrawan. [10]
Catatan Kaki
- ↑ Al-‘Ain, jld.8, hlm. 125.
- ↑ Al-‘Ain, jld.8, hlm. 124; Ibnu Manzhur, Lisān al-Arab, jld.11, hlm. 43; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm. 316.
- ↑ Ibnu Manzhur, Lisān al-Arab, jld.11, hlm. 43; Raghib Isfahani, al-Mufradat, jld. 1, hlm.240.
- ↑ Allamah Thabathabai, al-Mizān, jld.3, hlm. 206.
- ↑ Makarim Syirazi, Nemuneh, jld.25, hlm. 179.
- ↑ Mazandarani, Syarh Ushul Kāfi, jld.5, hlm.228; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm.316; Makarim Syirazi, Nemuneh, jld.25, hlm. 179.
- ↑ Qunduzi, Yanabi’ al-Mawaddah, jld.2, hlm.322; Bihār al-Anwār, jld.43, hlm.16.
- ↑ Lihat: Syaikh Thusi, Amāli, hlm.44; Majma’ al-Bahrain, jld.5, hlm.316; Thabari, Dalāil al-Imāmah, hlm. 54; Arbili, Kasyfu al-Ghummah, jld.1, hlm.464; Shaduq, Ma’āni al-Akhbār, hlm.64; Lihat: Mahallati, Rayahiin al-Syari’ah, jld.1, hlm. 18.
- ↑ Qummi, Baitul Ahzān, hlm. 23.
- ↑ Syaikh Shaduq, Ma’āni al-Akhbār, hlm.58.
Daftar Pustaka
- Allamah Majlisi, Bihār al-Anwār, riset: Muhammad Baqir Behbudi, Muassasah al-Wafa’, Beirut. 1403 H/1984 M.
- Allamah Thabathabai, al-Mizān, terjemah: Musawi Hamdani, sayid Muhammad Baqir, penerbit: Daftar Intisyarat Islami Jamiah Mudarisin Hauzah Ilmiyah Qum, Qum, 1374 S.
- Kulaini, al-Kāfi, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, 1365 S.
- Mahallati, Dzabihullah, Rayāhin al-Syari’ah dar Tarjumeh Bānuāne Danesymand Syieh, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran
- Makarim Syirazi, Nashir, Tafsir Nemuneh, penerbit: Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, 1374 S.
- Mazandarani, Muhammad Shaleh, Syarh Ushul al-Kāfi, riset: Mirza Abul Hasan Sya’rani, editor: Sayid Ali ‘Asyur, Dar Ihya, al-Thurast al-Arabi litThaba’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’, Beirut, 1421 H/2000 M.
- Muhadists Nuri, Mustadrak al-Wasail, Muassasah Al al-Bait Alaihimusalam, Qum, 1408 H.
- Qummi, Syaikh Abbas, Bait al-Ahzān, Terjemah Isytahardi, Qum.
- Qunduzi, Yanabi’ Al-Mawaddah, Li Dzawi al-Qurba, riset: Sayid Ali Jamal Asyraf al-Husaini, Dar al-Uswah litThaba’ah wa al-Nasyr, 1416 H.