Husain Badruddin al-Houthi

Husain Badruddin al-Houthi (bahasa Arab: حسین بدرالدین الحوثی) adalah pendiri dan pemimpin pertama gerakan Ansharullah di Yaman. Dia adalah seorang penganut Syiah Zaidiyah.

Karena pengaruh pemikiran Imam Khomeini, ia menjadikan permusuhan dengan Amerika dan Israel sebagai slogannya dan menyatakan masalah Palestina sebagai salah satu prioritas gerakannya.

Ia memulai aktivitas politiknya dengan melawan pengaruh pemikiran menyimpang seperti Wahabisme. Dia adalah pencipta slogan terkenal Houthi yang disebut Sarkha. Karena permusuhannya dengan Amerika, Husain Houthi dibunuh oleh pemerintah Yaman yang dipimpin oleh Ali Abdullah Saleh.

Biografi

Husain Badruddin Houthi lahir pada tahun 1960 (Sya'ban 1379 H) di wilayah Roys di provinsi Saada, Yaman.

Ia adalah seorang politikus, komandan militer, pendiri gerakan Ansharullah Yaman dan pemimpin pertama gerakan ini. Ia dan keluarganya digambarkan sebagai penganut Syiah Zaidi Jarudi.

Teman-teman dan guru-gurunya menggambarkannya sebagai seseorang yang memiliki kecerdasan, keunggulan ilmiah, dan wawasan yang luas. Ia juga dikenal karena keberanian, bashirah, dan kebijaksanaannya. Nasab keluarganya kembali ke Imam Hasan as. Dikatakan bahwa ayahnya, Badr al-Din al- Houthi, adalah salah satu marja’ terkemuka mazhab Zaidiyah.

Husain Houthi dianggap condong pada keyakinan Syiah Dua Belas Imam, percaya pada kemaksuman para imam dan beriman pada al-Mahdi yang dijanjikan. Beberapa juga mengklaim bahwa ia telah masuk mazhab Syiah Dua Belas Imam.

Menurut beberapa peneliti, berbagai aliran seperti Wahabisme, Ikhwanul Muslimin, Sosialisme, Nashiriyah dan terjadinya Revolusi Islam Iran berdampak pada terbentuknya pemikiran Husain Houthi. Aktivitas dalam partai dan konsultasi dengan ulama Yaman dan ulama negara lain adalah faktor lain dalam pembentukan sistem intelektual Sayid Husain Houthi. Pidatonya dikumpulkan dengan judul "Malazim" dan digunakan oleh anggota kelompok ini sebagai manifesto Ansharullah.

Sayid Husain mempelajari ilmu agama dari ayahnya. Setelah lulus di bidang sastra, ia pergi ke Sudan untuk menyelesaikan studinya. Ia memiliki beberapa karya, yang paling terkenal adalah ‘’Al-Sarkha fi Wajh al-Mustakbarin’’.

Pemikiran

Ia percaya bahwa Dunia Islam sedang mengalami kemunduran, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah dengan kembali kepada Al-Qur'an dan ajarannya.

Pandangan Terhadap Amerika dan Israel

َAnti penjajahan adalah salah satu ciri khasnya. Ia selalu memperingatkan masyarakat Yaman akan pengaruh Amerika di negara ini. Dari sudut pandangnya, kemerdekaan Palestina merupakan pusat kebangkitan dan dinamisme umat Islam. Ia menekankan kepada pentingnya menghidupkan Hari al-Quds dan kewajiban memboikot produk-produk Israel dan Amerika. Sayid Husain tidak menaruh harapan pada penguasa negara-negara Islam untuk pembebasan Palestina. Ia menganggap kompromi apa pun dengan Israel tidak mungkin dilakukan karena itikad buruk Israel.

Pandangan Terhadap Republik Islam Iran dan Imam Khomeini

Sayid Husain Houthi menganggap jalan Revolusi Islam Iran sebagai satu-satunya jalan menuju kebebasan negara-negara Muslim. Dia memperkenalkan Republik Islam Iran sebagai model yang cocok bagi umat Islam dan berpendapat bahwa siapa pun yang menentang Revolusi Islam Iran, maka Tuhan akan menghukumnya.

Dia percaya bahwa Imam Khomeini mengenalkan orang-orang pada makna haji yang benar dan sesuai dengan Al-Qur’an dengan menghidupkan kembali sunah berlepas diri dari kaum musyrik. Sayid Husain menyebut pendiri Republik Islam sebagai "Imam" dan menganggap pemikirannya sebagai penyelamat. Dia menganggap Imam Khomeini sebagai rahmat Allah swt bagi bangsa-bangsa Arab dan mengatakan bahwa mereka telah menyia-nyiakan berkah ini. Dia menganggap Imam Khomeini sebagai Imam yang adil, saleh, dan orang yang doanya dikabulkan.

Kegiatan Sosial dan Politik

Husain Houthi memulai aktivitas politiknya dengan melawan pengaruh Wahabisme di Yaman. Pada tahun 1993, dengan tujuan merampas provinsi Saada, ia masuk Dewan Perwakilan Rakyat Yaman sebagai perwakilan dari partai Haq Dia menekankan untuk menciptakan kompromi dalam konflik antara partai Shajamdi dan partai Kongres dan Reformasi dan menolak untuk bergabung dengan pemerintah dalam memulai perang.

Sayid Husain menolak menghadiri sidang DPR berikutnya dan mendirikan Asosiasi Shabab Al-Mu'min, yang kemudian disebut Gerakan Ansharullah Yaman. Tujuan utama pembentukan asosiasi ini adalah untuk melaksanakan kegiatan kebudayaan.

Setelah peristiwa 11 September dan serangan Amerika di Afganistan dan Irak serta kehadiran militernya di wilayah tersebut dan Teluk Aden, dimulailah gerakan anti-arogansi dan anti-Amerika yang dilancarkan Sayid Husain. Ia percaya bahwa peristiwa 11 September dirancang oleh badan intelijen Amerika sendiri sebagai alasan untuk menyerang negara-negara Islam. Al-Houthi menjadikan Hari Palestina sebagai titik awal gerakannya dan dengan memberikan pidato pertama pada hari ini, ia membacakan kata-kata Imam Khomeini tentang Hari Quds kepada masyarakat.

Dia mengorganisir beberapa demonstrasi melawan Amerika Serikat. Menciptakan slogan terkenal Houthi melawan Amerika dan Israel, yang dikenal dengan Sarkha.

Husain Houthi melakukan banyak kegiatan sosial untuk masyarakat di wilayahnya, termasuk pembentukan komunitas amal Marran, pendirian sekolah agama, pendirian pusat kesehatan dan berbagai kegiatan konstruksi.

Fatwa Pengkafiran dan Eksekusi

Aktivitas Sayid Houthi yang menentang Israel dan Amerika menyebabkan dikeluarkannya fatwa pengkafiran dan pembunuhan oleh ulama yang berafiliasi dengan rezim penguasa Yaman. Mereka mengklaim bahwa Sayid Husain mengaku sebagai seorang nabi, Imam Mahdi dan Imam.

Pada tahun 2004, 640 pendukung Husain Houthi yang melakukan demonstrasi ditangkap. Kemudian pemerintah Yaman yang berkuasa menetapkan hadiah 55 ribu dolar untuk informasi yang diterima yang mengarah pada penangkapannya. Setelah pembunuhan 25 kerabatnya oleh pemerintah Yaman, jumlah ini meningkat menjadi 75 ribu dolar.

Enam hari setelah kembalinya Abdullah Saleh dari Amerika, perang pemerintah Yaman melawan Houthi dimulai. Menurut dokumen rahasia, perang ini terjadi berdasarkan kesepakatan antara George Bush, presiden Amerika Serikat pada saat itu, dan Ali Abdullah Saleh di Washington.

Kesyahidan

Pada tahun 2004, Tentara Yaman yang diperintahkan oleh Ali Abdullah Saleh mengepung Husain Houthi di wilayah Maran. Setelah perlawanan selama 80 hari, menurut salah satu laporan, ia syahid dalam pertempuran satu lawan satu. Menurut laporan lain, setelah dia terluka di kepala dan kaki serta kehilangan penglihatannya, dia selamat; Namun setelah penangkapannya, ia menjadi syahid. Dikatakan bahwa tujuh ratus orang Houthi dan lima belas ribu tentara Yaman tewas dalam perang ini.

Komandan Pasukan Pusat Amerika, segera setelah kematian Sayid Husain Houthi, melalui sebuah surat mengucapkan selamat dan terima kasih kepada Ali Abdullah Saleh.

Pada tahun 2013, jenazah Sayid Husain diserahkan kepada keluarganya dan dimakamkan dalam sebuah upacara di Maran. Sebuah kubah dibangun di atas pusaranya, yang mana pada tahun 2015 hancur akibat serangan Arab Saudi.