Lompat ke isi

Kun Fayakun: Perbedaan antara revisi

46 bita ditambahkan ,  2 September
tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
'''Kun Fayakun''' (bahasa Arab: {{ia| كُنْ فَيَكُونُ}}) adalah sebuah ungkapan dan kalimat yang disebutkan di beberapa [[ayat]] [[Alquran]]. Di antaranya pada ayat 117 [[Surah Al-Baqarah]] dimuat:
'''Kun Fayakun''' (bahasa Arab: {{Arabic|<big> كُنْ فَيَكُونُ</big>}}) adalah sebuah ungkapan dan kalimat yang disebutkan di beberapa [[ayat]] [[Alquran]]. Di antaranya pada ayat 117 [[Surah Al-Baqarah]] dimuat:
{{ia|إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ }}
{{Arabic|<big>إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ </big>}}
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia".
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia".


Baris 22: Baris 22:
=="Kun Fayakun" dalam Ayat-Ayat Alquran==
=="Kun Fayakun" dalam Ayat-Ayat Alquran==
Kalimat "Kun fayakun" artinya 'jadilah! lalu jadilah ia'. Dalam delapan ayat Alquran kalimat tersebut digunakan dalam tema-tema seperti kelahiran [[Nabi Isa as]] yang tidak umum, penciptaan dan terjadinya [[Kiamat]].<ref>Lihat: surah Al-Baqarah: 117; surah Ali Imran: 47 dan 59; surah Al-An'am: 73; surah An-Nahl: 40; surah Ghafir: 68</ref> Sebagai contoh, pada ayat 117 Surah Al-Baqarah, ayat 35 [[Surah Maryam]] dan ayat 47 [[Surah Ali Imran]] dimuat berkenaan dengan kelahiran Nabi Isa as:
Kalimat "Kun fayakun" artinya 'jadilah! lalu jadilah ia'. Dalam delapan ayat Alquran kalimat tersebut digunakan dalam tema-tema seperti kelahiran [[Nabi Isa as]] yang tidak umum, penciptaan dan terjadinya [[Kiamat]].<ref>Lihat: surah Al-Baqarah: 117; surah Ali Imran: 47 dan 59; surah Al-An'am: 73; surah An-Nahl: 40; surah Ghafir: 68</ref> Sebagai contoh, pada ayat 117 Surah Al-Baqarah, ayat 35 [[Surah Maryam]] dan ayat 47 [[Surah Ali Imran]] dimuat berkenaan dengan kelahiran Nabi Isa as:
{{ia|إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ }}
{{Arabic|<big>إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ </big>}}
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:"Jadilah", maka jadilah ia."
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:"Jadilah", maka jadilah ia."
Pada ayat 68 [[Surah Ghafir]] kalimat "kun fayakun" dimuat pula dan menjelaskan: "Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya:" Jadilah", maka jadilah ia".
Pada ayat 68 [[Surah Ghafir]] kalimat "kun fayakun" dimuat pula dan menjelaskan: "Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya:" Jadilah", maka jadilah ia".
Baris 35: Baris 35:
[[Fadhl bin Hasan Thabrisi|Thabrisi]] salah seorang mufasir [[Syiah]] abad ke-6 H menerima interpretasi pertama dan menyandarkan dua tafsiran yang lain kepada sebagian ulama Ahlusunah.<ref>Thabrisi, ''Majma' al-Bayan'', jld.1, hlm.368</ref> Alusi salah seorang mufasir [[Ahlusunah]] abad ke-13 H mengatakan, mayoritas ulama Ahlusunah berkeyakinan bahwa Allah benar-benar mengatakan: "kun" (jadilah), sebab makna leksikal ayat pun mengatakan demikian.<ref>Alusi, ''Ruh al-Ma'āni'', jld.12, hlm.55</ref> sementara para mufasir Syiah menyakini bahwa maksud dari keterangan semacam ini adalah bahwa Allah dengan hanya menghendaki sesuatu eksis, maka sesuatu itu akan eksis.<ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.12, hlm.249; Thabrisi, ''Majma al-Bayān'', jld.6, hlm.556; Makarim Syirazi, ''Tafsir Nemuneh'', jld.11, hlm.233</ref>
[[Fadhl bin Hasan Thabrisi|Thabrisi]] salah seorang mufasir [[Syiah]] abad ke-6 H menerima interpretasi pertama dan menyandarkan dua tafsiran yang lain kepada sebagian ulama Ahlusunah.<ref>Thabrisi, ''Majma' al-Bayan'', jld.1, hlm.368</ref> Alusi salah seorang mufasir [[Ahlusunah]] abad ke-13 H mengatakan, mayoritas ulama Ahlusunah berkeyakinan bahwa Allah benar-benar mengatakan: "kun" (jadilah), sebab makna leksikal ayat pun mengatakan demikian.<ref>Alusi, ''Ruh al-Ma'āni'', jld.12, hlm.55</ref> sementara para mufasir Syiah menyakini bahwa maksud dari keterangan semacam ini adalah bahwa Allah dengan hanya menghendaki sesuatu eksis, maka sesuatu itu akan eksis.<ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.12, hlm.249; Thabrisi, ''Majma al-Bayān'', jld.6, hlm.556; Makarim Syirazi, ''Tafsir Nemuneh'', jld.11, hlm.233</ref>


[[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]] dalam ''[[Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku)|al-Mizan]]'' dengan menegaskan kepermisalan kalimat "kun fayakun" menyebutkan bahwa Allah dalam mewujudkan entitas-entitas benar-benar tidak menggunakan lafal "kun", karena selain menimbulkan tasalsul (infinite circle) juga tidak memberikan fungsi. Menimbulkan tasalsul karena untuk mewujudkan "kun" itu sendiri memerlukan "kun" yang lain, dan begitulah seterusnya hingga tak terhingga. Sisi ketidakberfungsiannya adalah karena:pertama, belum ada ektensi yang akan menjadi audiensi (mukhathab) "kun", dan kedua, anggaplah sudah ada entitas, maka tetap tidak perlu lafal "kun", sebab ia sudah eksis sebelumnya. <ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.17, hlm.115</ref>
[[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]] dalam ''[[Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku)|al-Mizan]]'' dengan menegaskan kepermisalan kalimat "kun fayakun" menyebutkan bahwa Allah dalam mewujudkan entitas-entitas benar-benar tidak menggunakan lafal "kun", karena selain menimbulkan tasalsul (infinite circle) juga tidak memberikan fungsi. Menimbulkan tasalsul karena untuk mewujudkan "kun" itu sendiri memerlukan "kun" yang lain, dan begitulah seterusnya hingga tak terhingga. Sisi ketidakberfungsiannya adalah karena: pertama, belum ada ektensi yang akan menjadi audiensi (mukhathab) "kun", dan kedua, anggaplah sudah ada entitas, maka tetap tidak perlu lafal "kun", sebab ia sudah eksis sebelumnya. <ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.17, hlm.115</ref>


Tafsiran dan makna ini dimuat pula dalam beberapa riwayat Syiah. Contohnya di dalam ''[[Bihar al-Anwar]]'' diriwayatkan dari [[Imam Ali as]] bahwa setiap kali Allah menghendaki sesuatu, Ia mengatakan: wujudlah!, maka seketika itu pula ia wujud; tidak dalam artian bahwa ada suara sampai ke telinga-telinga atau terdengar sebuah teriakan, akan tetapi ucapan Allah adalah sesuatu yang mewujudkan dan memberi bentuk, sementara sebelum itu tidak ada sesuatu.<ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwār'', jld.4, hlm.254 dan 255</ref>
Tafsiran dan makna ini dimuat pula dalam beberapa riwayat Syiah. Contohnya di dalam ''[[Bihar al-Anwar]]'' diriwayatkan dari [[Imam Ali as]] bahwa setiap kali Allah menghendaki sesuatu, Ia mengatakan: wujudlah!, maka seketika itu pula ia wujud; tidak dalam artian bahwa ada suara sampai ke telinga-telinga atau terdengar sebuah teriakan, akan tetapi ucapan Allah adalah sesuatu yang mewujudkan dan memberi bentuk, sementara sebelum itu tidak ada sesuatu.<ref>Majlisi, ''Bihar al-Anwār'', jld.4, hlm.254 dan 255</ref>
confirmed
1.049

suntingan