Automoderated users, confirmed
1.948
suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 6: | Baris 6: | ||
==Defenisi== | ==Defenisi== | ||
Batiniah adalah pemikiran yang menekankan hakikat agama yang dalam dan sejati serta meyakini bahwa agama memiliki dua dimensi lahiriah dan batiniah. Dalam batiniah, aspek batin agama dianggap lebih penting daripada aspek lahiriahnya, sehingga memaknai tujuan beragama adalah adalah mencapai batin dan hakikatnya. | Batiniah adalah pemikiran yang menekankan hakikat agama yang dalam dan sejati serta meyakini bahwa agama memiliki dua dimensi lahiriah dan batiniah. Dalam batiniah, aspek batin agama dianggap lebih penting daripada aspek lahiriahnya, sehingga memaknai tujuan beragama adalah adalah mencapai batin dan hakikatnya.<ref> Dadbeh, ''Batiniyeh'', hlm. 196; Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Islamiliyeh'', hlm. 104. </ref> | ||
==Batiniah dalam Aliran-Aliran Islam== | ==Batiniah dalam Aliran-Aliran Islam== | ||
Filsuf Muslim Prancis René Guénon (1886-1951 M) mengaitkan batiniah di kalangan muslim dengan tasawuf dan irfan. | Filsuf Muslim Prancis René Guénon (1886-1951 M) mengaitkan batiniah di kalangan muslim dengan tasawuf dan irfan.<ref> Guenon, ''Negaresyi be Masyrab-e Batini-e Islam va Ayin-e Da-u'', hlm. 22, 24, 32. </ref> Ia mengatakan bahwa mereka memisahkan lapisan luar atau kulit syariat dari intinya. Inti dan hakikat agama menurut mereka adalah dimensi batiniah dari agama.<ref> Guenon, ''Negaresyi be Masyrab-e Batini-e Islam va Ayin-e Da-u'', hlm. 32. </ref> | ||
Menurut ilmuan Ismaili Farhad Daftari (lahir 1317 HS), Ismailiyah dikenal karena pemikiran batiniahnya lebih dari semua sekte dan mazhab Islam; | Menurut ilmuan Ismaili Farhad Daftari (lahir 1317 HS), Ismailiyah dikenal karena pemikiran batiniahnya lebih dari semua sekte dan mazhab Islam;<ref> Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Islamiliyeh'', hlm. 104. </ref> Menurut kepercayaan Ismailiyah, para nabi mengungkapkan makna lahiriah dari wahyu kepada umat manusia; Namun takwilan dari wahyu tersebut, yakni maknanya yang dalam dan hakiki, menjadi tanggung jawab penerusnya, yang disebut Wasi atau Imam.<ref> Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Islamiliyeh'', hlm. 161-162. </ref> | ||
Batiniah dalam Syiah Imamiah | Batiniah dalam Syiah Imamiah | ||
Dikatakan bahwa peneliti Islam seperti Henry Corbin dan Muhammad Ali Amir Moazi menganggap Syiah Imamiah sebagai penganut batiniah dan penakwilan; Tetapi beberapa tidak menerima pernyataan ini dan mengatakan bahwa "garis moderat Syiah" memiliki perbedaan penting dengan batiniah; Antara lain menjadikan syariat dan makna lahir dari ayat dan hadis sebagai sandaran utama, dan tidak mengabaikannya. Demikian juga mereka percaya bahwa esensi agama adalah ketaatan pada syariat dan meyakini bahwa keselamatan hanya dimungkinkan dengan mengikuti syariat.[ | Dikatakan bahwa peneliti Islam seperti Henry Corbin dan Muhammad Ali Amir Moazi menganggap Syiah Imamiah sebagai penganut batiniah dan penakwilan; Tetapi beberapa tidak menerima pernyataan ini dan mengatakan bahwa "garis moderat Syiah" memiliki perbedaan penting dengan batiniah; Antara lain menjadikan syariat dan makna lahir dari ayat dan hadis sebagai sandaran utama, dan tidak mengabaikannya. Demikian juga mereka percaya bahwa esensi agama adalah ketaatan pada syariat dan meyakini bahwa keselamatan hanya dimungkinkan dengan mengikuti syariat.<ref> Anshari, [https://ansari.kateban.com/post/4227 ''Batini Negari dar Tasyayu' va Tashavuf dar Guftegu ba Hasan Anshari''], site kateban.com. </ref> | ||
Meski demikian, semua ulama Syiah menerima penakwilan hanya saja, mereka tidak menerima metode penakwilan Ismailiah dengan menerapkan syarat-syarat khusus dalam penakwilan. | Meski demikian, semua ulama Syiah menerima penakwilan hanya saja, mereka tidak menerima metode penakwilan Ismailiah dengan menerapkan syarat-syarat khusus dalam penakwilan.<ref> Ma'rifat, ''al-Tawil'', hlm. 37-44. </ref> Mereka meriwayatkan hadis-hadis dari Nabi Muhammad saw dan para imam, yang menyatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur'an memiliki aspek lahir dan batin.<ref> Ma'rifat, ''al-Tawil'', hlm. 335. </ref> Mereka juga meriwayatkan hadis di mana para imam telah menakwilkan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an;<ref> Ma'rifat, ''al-Tawil'', hlm. 62-67. </ref> seperti hadis ini dari Imam Shadiq as ketika menjelaskan ayat "dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu."<ref> QS. Ar-Rahman [55]: 9. </ref> ia menakwilkan artinya, “Ikutilah Imam yang adil dan janganlah mengurangi haknya.”<ref> Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 24, hlm. 309. </ref> | ||
==Dasar Batiniah Tasawuf== | ==Dasar Batiniah Tasawuf== | ||
Dalam menggambarkan batiniah tasawuf, René Guénon mengatakan bahwa dalam keyakinan mereka, syariat adalah kulit atau penampilan agama, yang tampak dalam bentuk fikih; Tetapi inti dari agama adalah hakikatnya. Artinya, melalui tarekat, dari syariat kita bisa mencapai hakikat. | Dalam menggambarkan batiniah tasawuf, René Guénon mengatakan bahwa dalam keyakinan mereka, syariat adalah kulit atau penampilan agama, yang tampak dalam bentuk fikih; Tetapi inti dari agama adalah hakikatnya. Artinya, melalui tarekat, dari syariat kita bisa mencapai hakikat.<ref> Guenon, ''Negaresyi be Masyrab-e Batini-e Islam va Ayin-e Da-u'', hlm. 21-22. </ref> Syariat hanyalah sebuah petunjuk praktis; Tapi hakikat adalah “pengetahuan murni" yang dengan makrfat ini memberikan arti yang transenden dan mendalam atas syariat.<ref> Guenon, ''Negaresyi be Masyrab-e Batini-e Islam va Ayin-e Da-u'', hlm. 21-22. </ref> | ||
==Prinsip-Prinsip Batiniah Ismailiyah== | ==Prinsip-Prinsip Batiniah Ismailiyah== | ||
Sistem batiniah dalam mazhab Ismailiah bersandar pada konsep lahir dan batin, tanzil dan takwil dan khusus dan umum. | Sistem batiniah dalam mazhab Ismailiah bersandar pada konsep lahir dan batin, tanzil dan takwil dan khusus dan umum.<ref> Daftari, ''Batiniyeh'', hlm. 554. </ref> Prinsip batiniah terdiri dari tiga prinsip berikut:<ref> Dadbeh, ''Batiniyeh'', hlm. 196. </ref> | ||
Prinsip makna batiniah berhadapan dengan makna lahiriah: ajaran agama memiliki dua aspek, lahiriah dan batiniah, dan makna batiniahnya adalah yang terpenting. | Prinsip makna batiniah berhadapan dengan makna lahiriah: ajaran agama memiliki dua aspek, lahiriah dan batiniah, dan makna batiniahnya adalah yang terpenting.<ref> Daftari, ''Tarikh va Aqaid-e Islamiliyeh'', hlm. 104. </ref> | ||
Prinsip takwil berhadapan dengan tanzil: para penganut batiniah berusaha menjangkau keberadaan makna yang paling dalam dengan cara menakwil dari permukaan Al-Qur'an dan hadis. | Prinsip takwil berhadapan dengan tanzil: para penganut batiniah berusaha menjangkau keberadaan makna yang paling dalam dengan cara menakwil dari permukaan Al-Qur'an dan hadis.<ref> Dadbeh, ''Batiniyeh'', hlm. 196. </ref> | ||
Prinsip mengkategorikan kelompok manusia menjadi khusus dan umum: menurut keyakinan pengikut Ismailiyah, penakwilan adalah tanggung jawab para imam, dan segelintir orang dapat mencapai hakikat agama yang paling dalam melalui metode penakwilan para imam. Oleh karena itu, manusia terbagi atas khawas dan awam. Khawas adalah mereka yang berkeyakinan pada mazhab Ismailiah yaitu menerima keimamahan para Imam Ismailiah. Sementara kelompok awam adalah mereka yang berada di luar Ismailiyah, karena hanya memahami aspek lahiriyah dari agama. | Prinsip mengkategorikan kelompok manusia menjadi khusus dan umum: menurut keyakinan pengikut Ismailiyah, penakwilan adalah tanggung jawab para imam, dan segelintir orang dapat mencapai hakikat agama yang paling dalam melalui metode penakwilan para imam. Oleh karena itu, manusia terbagi atas khawas dan awam. Khawas adalah mereka yang berkeyakinan pada mazhab Ismailiah yaitu menerima keimamahan para Imam Ismailiah. Sementara kelompok awam adalah mereka yang berada di luar Ismailiyah, karena hanya memahami aspek lahiriyah dari agama.<ref> Daftari, ''Batiniyeh'', hlm. 556. </ref> | ||
==Kepatuhan terhadap Aturan Syariat dalam Batiniah== | ==Kepatuhan terhadap Aturan Syariat dalam Batiniah== | ||
Beberapa firkah dan mazhab, yang disebut batini, tidak menganggap perlu untuk mematuhi aturan syariat dalam keadaan tertentu. Misalnya, telah dilaporkan bahwa generasi awal Ismailiah, yaitu dari Qarmathian dan Nazarite tidak menganggap perlu bagi mereka yang meyakini imam dan mengetahui hakikat agama untuk mematuhi dan menjalankan aturan syariat. | Beberapa firkah dan mazhab, yang disebut batini, tidak menganggap perlu untuk mematuhi aturan syariat dalam keadaan tertentu. Misalnya, telah dilaporkan bahwa generasi awal Ismailiah, yaitu dari Qarmathian dan Nazarite tidak menganggap perlu bagi mereka yang meyakini imam dan mengetahui hakikat agama untuk mematuhi dan menjalankan aturan syariat.<ref> Daftari, ''Batiniyeh'', hlm. 556. </ref> | ||
==Contoh Penakwilan Kelompok Batiniah== | ==Contoh Penakwilan Kelompok Batiniah== | ||
Berikut ini beberapa contoh dari penakwilan yang dikemukakan oleh para batini mengenai ayat-ayat Al-Qur'an: | Berikut ini beberapa contoh dari penakwilan yang dikemukakan oleh para batini mengenai ayat-ayat Al-Qur'an: | ||
"(Yaitu) pada hari Kami gulung langit".[ | "(Yaitu) pada hari Kami gulung langit".<ref> QS. Al-Anbiya [21]: 104. </ref> Takwil: Hari ketika Kami membatalkan hukum syariat.<ref> Poonawala, ''Tawil-e Quran dar Negah-e Ismailiyan'', hlm. 142. </ref> | ||
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya."[ | “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya."<ref> QS. Fusshilat [41]: 12. </ref> Takwil: Dia menunjuk tujuh pemimpin untuk dua masa lahiriah dan batiniah dan keduanya memiliki bahagian yang masing-masing terpisah.<ref> Poonawala, ''Tawil-e Quran dar Negah-e Ismailiyan'', hlm. 142-143. </ref> | ||
[Doa Nabi Nuh as]: "dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.”[24 | [Doa Nabi Nuh as]: "dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.”<ref> QS Nuh [71]: 24. </ref> Takwil Muhyiddin Arab: “Ya Allah, barangsiapa yang zalim pada jiwa mereka sendiri dan telah mencapai maqam fana di dalam Allah, maka janganlah Engkau tambahkan kecuali pengetahuan yang melahirkan rasa heran bagi insan kamil dalam Zat Engkau.”<ref> Husaini Kuhsari, ''Barresi-e Nazariyeh Tawil Ibnu Arabi va Bekargiri-e Ān dar Tafsir-e Irfani-e Qurani'', hlm. 79. </ref> | ||
==Asal Usul Batiniah== | ==Asal Usul Batiniah== | ||
Beberapa menganggap akar batiniah dalam keyakinan Ismailiah adalah pemikiran kelompok Syiah Ghulat pada abad kedua Hijriah. Disebutkan kemungkinan bahwa bahwa muslim pertama yang memiliki musyrab batin dan menakwilkan ayat-ayat Al-Qur'an adalah Mughira bin Sa'id (w.119 H), pemimpin Mughiriya. Disebutkan pula bahwa Abul Khattab (W. 138 H), pendiri firkah Khattabiyah, adalah orang pertama yang mendirikan gerakan yang bersifat batiniah di kalangan umat Islam. | Beberapa menganggap akar batiniah dalam keyakinan Ismailiah adalah pemikiran kelompok Syiah Ghulat pada abad kedua Hijriah. Disebutkan kemungkinan bahwa bahwa muslim pertama yang memiliki musyrab batin dan menakwilkan ayat-ayat Al-Qur'an adalah Mughira bin Sa'id (w.119 H), pemimpin Mughiriya. Disebutkan pula bahwa Abul Khattab (W. 138 H), pendiri firkah Khattabiyah, adalah orang pertama yang mendirikan gerakan yang bersifat batiniah di kalangan umat Islam.<ref> Daftari, ''Batiniyeh'', hlm. 555. </ref> | ||
Batiniah dalam tasawuf juga dikaitkan dengan abad kedua Hijriah dan kemunculan para sufi pertama; Yakni, orang-orang seperti Hasan Basri, Abu Hasyim al-Kufi (W. 150 H), Sufyan al-Tsauri (W. 161 H) dan Ibrahim Adham (W. 162 H). | Batiniah dalam tasawuf juga dikaitkan dengan abad kedua Hijriah dan kemunculan para sufi pertama; Yakni, orang-orang seperti Hasan Basri, Abu Hasyim al-Kufi (W. 150 H), Sufyan al-Tsauri (W. 161 H) dan Ibrahim Adham (W. 162 H).<ref> Sajjadi, ''Muqaddameh-i-e bar Mabani-e Irfan va Tashavuf'', hlm. 50. </ref> | ||
==Tuduhan Batiniah== | ==Tuduhan Batiniah== | ||
Sepanjang sejarah Islam, batiniah telah digunakan untuk kepentingan mazhab atau politik dalam menghadapi lawan mazhab atau menghilangkan lawan politik. Misalnya, Ibnu Taimiyyah menyebut Syiah, Sufi dan filsuf muslim sebagai kelompok batiniah. | Sepanjang sejarah Islam, batiniah telah digunakan untuk kepentingan mazhab atau politik dalam menghadapi lawan mazhab atau menghilangkan lawan politik. Misalnya, Ibnu Taimiyyah menyebut Syiah, Sufi dan filsuf muslim sebagai kelompok batiniah.<ref> Daftari, ''Batiniyeh'', hlm. 557. </ref> Juga, orang-orang dibunuh dengan tuduhan pengikut batiniah. Di antara yang paling terkenal adalah Hasnak Wazir, menteri Sultan Mahmud Ghaznawi, yang di hukum gantung karena alasan politik.<ref> Dadbeh, ''Batiniyeh'', hlm. 198. </ref> | ||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== |