Lompat ke isi

Syaikh Murtadha al-Anshari: Perbedaan antara revisi

wiki check
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini
(wiki check)
Baris 41: Baris 41:
| Situs resmi  =
| Situs resmi  =
}}
}}
'''Al-Syaikh Murtadha al-Anshari''' (Bahasa Arab: {{ia|الشیخ مرتضی الأنصاري}}) lebih dikenal dengan '''Syaikh Anshari'''  ({{ia| الشیخ الأنصاري}}) adalah salah seorang fakih besar [[Syiah]] yang hidup pada kurun 13 H. Setelah Muhammad Hasan al-Najafi (penulis kitab ''Jawahirul Kalam'') wafat, ia menduduki posisi [[marja]] umum. <ref>Muthahari, ''Majmu'e Atsar'', jld. 14, hlm. 437.</ref>
'''Syaikh Murtadha al-Anshari''' (bahasa Arab: {{ia|الشیخ مرتضی الأنصاري}}) lebih dikenal dengan '''Syaikh Anshari'''  ({{ia| الشیخ الأنصاري}}) adalah salah seorang fakih besar [[Syiah]] yang hidup pada kurun ke-19/13 Hijriah. Setelah [[Muhammad Hasan al-Najafi]] (penulis kitab ''Jawahirul Kalam'') wafat, ia menduduki posisi [[marja]] umum.  


Syaikh Anshari memiliki laqab ''Khatamul Fuqaha wal Mujtahidin''. Dengan inovasinya dalam ilmu ushul ia membuka fase baru bagi dunia fikih. Kitab ''Rasail'' dan ''Makasib'' adalah diantara karyanya yang terpenting. Kitab-kitab tersebut digunakan sebagai kitab pelajaran di hauzah-hauzah ilmiah Syiah. Karya-karyanya sebagaimana karya [[Muhaqqiq Hilli]], [[Allamah Hilli]] dan [[Syahid Awal]] mendapat perhatian besar dan banyak disyarah oleh para peneliti. <ref>Muthahari, ''Majmu'e Atsar'', jld. 14, hlm. 437.</ref>
Syaikh Anshari memiliki laqab ''Khatamul Fuqaha wal Mujtahidin''. Dengan inovasinya dalam ilmu ushul ia membuka fase baru bagi dunia fikih. Kitab ''Rasail'' dan ''Makasib'' adalah diantara karyanya yang terpenting. Kitab-kitab tersebut digunakan sebagai kitab pelajaran di hauzah-hauzah ilmiah Syiah. Karya-karyanya sebagaimana karya [[Muhaqqiq al-Hilli]], [[Allamah al-Hilli]] dan [[Syahid Awal]] mendapat perhatian besar dan banyak disyarah oleh para peneliti.  


Ia meninggal dunia pada tahun 1281 H di [[Najaf]] dan dimakamkan di kota itu juga. <ref>Muthahari, ''Majmu'e Atsar'', jld. 14, hlm. 437.</ref>
Ia meninggal dunia pada tahun [[1281 H]]/1864 di [[Najaf]] dan dimakamkan di kota itu juga.  


==Nasab, Kelahiran dan Wafatnya==
==Nasab, Kelahiran dan Wafatnya==
Murtadha bin Muhammad Amin lahir pada 18 [[Dzulhijjah]] pada [[Idul Ghadir|hari Idul Ghadir]] tepatnya tahun 1214 H di Dezful. Oleh orangtuanya ia diberi nama Murtadha, disebabkan hari kelahirannya bertepatan dengan peringatan hari Ghadir. Nasabnya sampai ke [[Jabir bin Abdullah al-Anshari]] salah seorang [[sahabat]] [[Nabi Muhammad saw]].<ref>''Ghulsan-e Abrar'', hlm. 332.</ref>
Murtadha bin Muhammad Amin lahir pada [[18 Dzulhijjah]] pada hari [[Idul Ghadir]] tepatnya tahun [[1214 H]]/1800 di Dezful, Iran. Oleh orangtuanya ia diberi nama Murtadha, disebabkan hari kelahirannya bertepatan dengan peringatan hari Ghadir. Nasabnya sampai ke [[Jabir bin Abdullah al-Anshari]] salah seorang [[sahabat]] [[Nabi Muhammad saw]].<ref>''Gulsyan-e Abrar'', hlm. 332.</ref>


Ayahnya, Muhammad Amin (w. 1248 H) adalah salah seorang ulama yang saleh dan penyebar [[Islam]]. Ibunya adalah putri Syaikh Ya'qub bin Syaikh Ahmad bin Syaikh Syamsuddin al-Anshari. Ibunya seorang perempuan yang salehah dan ahli ibadah yang tidak pernah meninggalkan [[salat]] malam sampai wafatnya. Diakhir-akhir usianya ia mengalami kebutaan sehingga Syaikh Anshari yang mempersiapkan peralatan tahajjud termasuk memanaskan air untuk wudhu ibunya. Ibu Syaikh Anshari sebelum kelahiran putranya bertemu dengan [[Imam Shadiq as]] dalam mimpi yang memberikan sebuah mushaf [[Al-Qur'an]] yang terbuat dari emas kepadanya. Ahli tafsir mimpi memberikan penafsiran mimpi tersebut, bahwa ia akan dikaruniai anak yang saleh dan memiliki derajat yang tinggi. Diriwayatkan dari lisan ibu Syaikh Anshari sendiri bahwa ia bersungguh-sungguh setiap menyusui anaknya dalam keadaan berwudhu. Ia wafat pada tahun 1279 H di kota Najaf.  
Ayahnya, Muhammad Amin (w. 1248 H/1832) adalah salah seorang ulama yang saleh dan penyebar Islam. Ibunya adalah putri Syaikh Ya'qub bin Syaikh Ahmad bin Syaikh Syamsuddin al-Anshari. Ibunya seorang perempuan yang salehah dan ahli ibadah yang tidak pernah meninggalkan [[salat malam]] sampai wafatnya. Diakhir-akhir usianya ia mengalami kebutaan sehingga Syaikh Anshari yang mempersiapkan peralatan tahajjud termasuk memanaskan air untuk wudhu ibunya. Ibu Syaikh Anshari sebelum kelahiran putranya bertemu dengan [[Imam al-Shadiq as]] dalam mimpi yang memberikan sebuah mushaf [[Al-Qur'an]] yang terbuat dari emas kepadanya. Ahli tafsir mimpi memberikan penafsiran mimpi tersebut, bahwa ia akan dikaruniai anak yang saleh dan memiliki derajat yang tinggi. Diriwayatkan dari lisan ibu Syaikh Anshari sendiri bahwa ia bersungguh-sungguh setiap menyusui anaknya dalam keadaan berwudhu. Ia wafat pada tahun 1279 H/1862 di kota Najaf.  


Syaikh Anshari wafat pada 18 [[Jumadil Akhir]] tahun 1281 H di kota Najaf dan dimakamkan dalam kompleks [[Haram Imam Ali as]].
Syaikh Anshari wafat pada [[18 Jumadil Akhir]] tahun 1281 H/[[18 November]] 1864 di kota Najaf dan dimakamkan dalam [[Haram Imam Ali as]].


==Pendidikan==
==Pendidikan==
Syaikh Anshari sejak masa kecilnya mempelajari Al-Qur'an dan ilmu-ilmu [[Islam]]. Setelah mempelajari Al-Qur'an dan adabiyat Arab ia melanjutkan mempelajari [[fikih]] dan ushul dari sepupunya Syaikh Husain Anshari sampai ia mencapai derajat ijtihad. Pada usia 20 tahun bersama dengan ayahnya ia menziarahi [[Haram (tempat suci)|makam-makam suci Ahlulbait as]] di Irak. Di Karbala ia diminta Allamah Mujahid untuk menetap di kota tersebut untuk lebih memperdalam ilmunya.  <ref>''Ghulsan-e Abrar'', hlm. 332.</ref>
Syaikh Anshari sejak masa kecilnya mempelajari Al-Qur'an dan ilmu-ilmu [[Islam]]. Setelah mempelajari Al-Qur'an dan adabiyat Arab ia melanjutkan mempelajari [[fikih]] dan ushul dari sepupunya Syaikh Husain Anshari sampai ia mencapai derajat [[ijtihad]]. Pada usia 20 tahun bersama dengan ayahnya ia menziarahi [[Haram (tempat suci)|makam-makam suci Ahlulbait as]] di Irak. Di Karbala ia diminta [[Sayid Muhammad Thabathaba'i Mujahid|Allamah Mujahid]] untuk menetap di kota tersebut untuk lebih memperdalam ilmunya.  <ref>''Gulsyan-e Abrar'', hlm. 332.</ref>


Syaikh Anshari menimba ilmu selama 4 tahun dengan hadir dalam kelas pelajaran yang diasuh Allamah Mujahid dan Syariful 'Ulama. Dikarenakan adanya serangan penguasa Baghdad ke [[Karbala]], Syaikh Anshari menuju ke Iran.  <ref>Syaikh Murtadah Anshari, ''Zendegi Nameh Syaikh Anshari'' (Riwayat Hidup Syaikh Anshari), hlm. 84-86.</ref> Hanya menetap kurang lebih 1 tahun di Iran, Syaikh Anshari kembali ke Karbala dan kembali menimba ilmu selama 2 tahun dalam didikan Syariful 'Ulama. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke [[Najaf]] dengan hadir dalam kelas yang diasuh oleh Syaikh Musa Kasyful Githa selama 1 tahun untuk kemudian ia kembali menuju Iran.  
Syaikh Anshari menimba ilmu selama 4 tahun dengan hadir dalam kelas pelajaran yang diasuh Allamah Mujahid dan [[Muhammad Syarif Mazandarani|Syariful 'Ulama]]. Dikarenakan adanya serangan penguasa Baghdad ke [[Karbala]], Syaikh Anshari menuju ke Iran.  <ref>Anshari,Murtadah, ''Zendegi Nameh Syaikh Anshari'' (Riwayat Hidup Syaikh Anshari), hlm. 84-86.</ref> Hanya menetap kurang lebih 1 tahun di Iran, Syaikh Anshari kembali ke Karbala dan kembali menimba ilmu selama 2 tahun dalam didikan Syariful 'Ulama. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke [[Najaf]] dengan hadir dalam kelas yang diasuh oleh Syaikh Musa Kasyful Githa selama 1 tahun untuk kemudian ia kembali menuju Iran.  


Selama 3 atau 4 tahun Syaikh Anshari belajar dari ulama besar Mulla Ahmad Naraqi di Kasyan. Pada masa itu ia juga melakukan perjalanan ke Esfahan dan bertemu dengan Hujjatul Islam Syafti. Syaikh Anshari kembali ke Najaf pada tahun 1249 H dan beberapa tahun menjadi murid Syaikh Ali Kasyful Githa. Dengan semua perjalanan menuntut ilmu yang ditempuhnya membuat keilmuan Syaikh Anshari meningkat pesat dan memiliki kedudukan tinggi dari segi keilmuan. <ref>''A'yan al-Syi'ah'', hlm. 455-456.</ref>
Selama 3 atau 4 tahun Syaikh Anshari belajar dari ulama besar [[Mulla Ahmad Naraqi]] di Kasyan, Iran. Pada masa itu ia juga melakukan perjalanan ke Esfahan dan bertemu dengan [[Hujjatul Islam Syafti]]. Syaikh Anshari kembali ke Najaf pada tahun 1249 H/1833-34 dan beberapa tahun menjadi murid Syaikh [[Ali Kasyif al-Githa]]. Dengan semua perjalanan menuntut ilmu yang ditempuhnya membuat keilmuan Syaikh Anshari meningkat pesat dan memiliki kedudukan tinggi dari segi keilmuan. <ref>''A'yan al-Syi'ah'', hlm. 455-456.</ref>


==Para Guru==
==Para Guru==
Syaikh Anshari menimba ilmu dari banyak ulama besar. Berikut ini diantara nama-nama guru Syaikh Anshari yang terkenal:
Syaikh Anshari menimba ilmu dari banyak ulama besar. Berikut ini diantara nama-nama guru Syaikh Anshari yang terkenal:
*Sepupunya sendiri, Syaikh Hasan Anshari al-Dezfuli (murid Shahib Riyadh) sampai usia 17 tahun <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 179.</ref>
*Sepupunya sendiri, Syaikh Hasan Anshari al-Dezfuli (murid Shahib Riyadh) sampai usia 17 tahun <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 179.</ref>
*Sayid Muhammad Mujahid (murid Wahid Bahbahani). Syaikh Anshari dalam usia 18 tahun 2 tahun belajar darinya. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 190.</ref>
*[[Sayid Muhammad Mujahid]] (murid [[Wahid al-Bihbahani]]). Syaikh Anshari dalam usia 18 tahun 2 tahun belajar darinya. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 190.</ref>
*Syariful 'Ulama al-Mazandarani. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 182.</ref>
*[[Syariful 'Ulama al-Mazandarani]]. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 182.</ref>
*Mulla Ahmad Naraqi (penulis Mustanad al-Syi'ah) selama 4 tahun di Kasyan. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 197.</ref>
*[[Mulla Ahmad Naraqi]] (penulis ''Mustanad al-Syi'ah'') selama 4 tahun di Kasyan. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 197.</ref>
*Syaikh Musa Kasyful Githa selama 1 tahun.
*Syaikh Musa Kasyiful Githa selama 1 tahun.
*Syaikh Ali Kasyful Githa, selama 5 tahun.  
*Syaikh Ali Kasyiful Githa, selama 5 tahun.  
*Syaikh Muhammad Hasan Najafi penulis ''Jawahirul Kalam''. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 188.</ref>
*Syaikh [[Muhammad Hasan al-Najafi]] penulis ''[[Jawahirul Kalam]]''. <ref>''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), hlm. 188.</ref>


==Para Murid==
==Para Murid==
Baris 102: Baris 102:
==Kemarjaan==
==Kemarjaan==
[[Berkas:تمبر بزرگداشت شیخ مرتضی انصاری.jpg|jmpl|Prangko yang diterbitkan kantor pos Iran untuk mengenang Syaikh Anshari]]
[[Berkas:تمبر بزرگداشت شیخ مرتضی انصاری.jpg|jmpl|Prangko yang diterbitkan kantor pos Iran untuk mengenang Syaikh Anshari]]
Dari tahun 1262 H kedudukan [[marja]] umum berada di tangan Ayatullah Syaikh Muhammad Hasan penulis kitab ''Jawahir''. Pada tahun 1266 H diakhir-akhir usianya, ia mengumpulkan ulama dan pembesar-pembesar Syiah yang juga menghadirkan Syaikh Anshari. Kepada mereka yang hadir, ia berkata sambil memperkenalkan Syaikh Anshari, ''"Ini adalah marja kalian setelah aku."'' <ref>''Fuqahai Namdar-e Syieh'' (Ulama-ulama terkemuka Syiah), hlm. 341-342.</ref>
Dari tahun 1262 H/1845 kedudukan [[marja]] umum berada di tangan Ayatullah Syaikh Muhammad Hasan penulis kitab ''Jawahir''. Pada tahun 1266 H/1849 diakhir-akhir usianya, ia mengumpulkan ulama dan pembesar-pembesar Syiah yang juga menghadirkan Syaikh Anshari. Kepada mereka yang hadir, ia berkata sambil memperkenalkan Syaikh Anshari, ''"Ini adalah marja kalian setelah aku."'' <ref>''Fuqahai Namdar-e Syieh'' (Ulama-ulama terkemuka Syiah), hlm. 341-342.</ref>


Setelah Syaikh Ali Kasyful Githa, saudaranya Syaikh Hasan Kasyful Githa dan juga Syaikh Muhammad Hasan penulis ''Jawahir'', kepemimpinan dan pengelolaan Hauzah Ilmiah [[Najaf]] dari tahun 1266 sampai 1281 H selama 15 tahun menjadi tanggungjawab Syaikh Anshari dan umat [[Islam]] Syiah sedunia bertaklid kepadanya.
Setelah Syaikh Ali Kasyful Githa, saudaranya Syaikh Hasan Kasyful Githa dan juga Syaikh Muhammad Hasan penulis ''Jawahir'', kepemimpinan dan pengelolaan Hauzah Ilmiah [[Najaf]] dari tahun 1266 H/1849 sampai 1281 H/1864 selama 15 tahun menjadi tanggungjawab Syaikh Anshari dan umat Islam Syiah sedunia bertaklid kepadanya.


==Inovasi-inovasi Pemikirannya==
==Inovasi-inovasi Pemikirannya==
Kepopuleran Syaikh Anshari disebabkan inisiatif dan inovasi pemikirannya dalam bidang ushul fikih dan [[fikih]]. Melalui tulisan-tulisan karyanya dan ketelitian analisanya ilmu fikih memasuki fase baru. Diantara teori-teori barunya dalam dunia fikih dan ushul adalah menolak teori ''insidad bab ilm'' (tertutupnya pintu ilmu), teori ''maslahat sulukiyah'', teori ''hukumah'' dan ''wurud'' dan juga memperkokoh serta menciptakan perubahan dalam beberapa kajian terkait otoritas-otoritas (hujjah) dalam ushul fikih. <ref>Lih. Ali Pur, Mahdi, ''Dar Madi bar Tarikh 'Ilm Ushul'' (Sejarah Ilmu Ushul), hlm. 375 dst.</ref> <ref>Rasail, jld. 3, hlm. 233-245 dan hlm. 394-396.</ref>
Kepopuleran Syaikh Anshari disebabkan inisiatif dan inovasi pemikirannya dalam bidang [[ushul fiqh]] dan [[fikih]]. Melalui tulisan-tulisan karyanya dan ketelitian analisanya ilmu fikih memasuki fase baru. Diantara teori-teori barunya dalam dunia fikih dan ushul fiqh adalah menolak teori ''[[insidad bab al-ilm]]'' (tertutupnya pintu ilmu), teori ''[[maslahat sulukiyah]]'', teori ''[[hukumah dan wurud]]'' dan juga memperkokoh serta menciptakan perubahan dalam beberapa kajian terkait otoritas-otoritas (hujjah) dalam ushul fiqh. <ref>Lih. Ali Pur, Mahdi, ''Dar Madi bar Tarikh 'Ilm Ushul'' (Sejarah Ilmu Ushul), hlm. 375 dst.</ref> <ref>Rasail, jld. 3, hlm. 233-245 dan hlm. 394-396.</ref>


==Kepribadian dan Akhlak==
==Kepribadian dan Akhlak==
[[Berkas:کتاب المکاسب.jpg|jmpl|Kitab ''al-Makasib'' dalam ilmu Fikih]]
[[Berkas:کتاب المکاسب.jpg|jmpl|Kitab ''al-Makasib'' dalam ilmu Fikih]]
Syaikh Anshari tidak hanya dikenal karena keluasan ilmunya khususnya dalam bidang fikih dan ushul namun juga penguasan ilmunya dalam cabang keilmuan lainnya. Ia dikenal memiliki kedudukan dan posisi yang tinggi dalam bidang akhlak, irfan dan ketakwaan. Ia juga dikenal dengan kehati-hatian dan ketawadhuannya.  
Syaikh Anshari tidak hanya dikenal karena keluasan ilmunya khususnya dalam bidang fikih dan ushul fiqh namun juga penguasan ilmunya dalam cabang keilmuan lainnya. Ia dikenal memiliki kedudukan dan posisi yang tinggi dalam bidang akhlak, [[irfan]] dan ketakwaan. Ia juga dikenal dengan kehati-hatian dan ketawadhuannya.  


'''Penolakan Kemarja'an'''
===Penolakan Kemarja'an===
Diriwayatkan bahwa meskipun Syaikh Anshari telah mendapat rekomendasi langsung dari Ayatullah [[Syaikh Muhammad Hasan Najafi]] untuk menjadi penggantinya pada posisi kemarjaan dan semua pihak menyepakati hal itu, namun ia memberikan penolakan dan dengan penuh ketawadhuan ia memberikan alasannya bahwa [[Sayid al-Ulama al-Mazandarani]] jauh lebih alim darinya dan lebih pantas mendapatkan kedudukan terhormat tersebut. Oleh karena itu, ia menulis surat kepada Sayid al-Ulama dan menceritakan penunjukan tersebut. Ia menulis, ''"Saya menghadiri kelas-kelas  dan mengikuti pelajaran anda dan saya mengetahui pemahaman dan keilmuan anda jauh lebih mendalam. Oleh karena itu anda yang seharusnya mendapat posisi terhormat untuk memegangan kedudukan [[marja]] umum."''


Diriwayatkan bahwa meskipun Syaikh Anshari telah mendapat rekomendasi langsung dari Ayatullah Syaikh Muhammad Hasan untuk menjadi penggantinya pada posisi kemarjaan dan semua pihak menyepakati hal itu, namun ia memberikan penolakan dan dengan penuh ketawadhuan ia memberikan alasannya bahwa Sa'idul 'Ulama al-Mazandarani jauh lebih alim darinya dan lebih pantas mendapatkan kedudukan terhormat tersebut. Oleh karena itu, ia menulis surat kepada Sa'idul 'Ulama dan menceritakan penunjukan tersebut. Ia menulis, ''"Saya menghadiri kelas-kelas  dan mengikuti pelajaran anda dan saya mengetahui pemahaman dan keilmuan anda jauh lebih mendalam. Oleh karena itu anda yang seharusnya mendapat posisi terhormat untuk memegangan kedudukan [[marja]] umum."''
Sayid al-Ulama membalas surat tersebut dengan menulis, "''Meskipun sekiranya pada waktu itu pemahaman saya lebih kuat namun seiring perjalanan waktu saya semakin menjauh dari pembahasan keilmuan sementara anda sebaliknya, anda melanjutkan penelitian keilmiahan sehingga anda saat ini lebih layak."''
 
Sa'idul 'Ulama membalas surat tersebut dengan menulis, "''Meskipun sekiranya pada waktu itu pemahaman saya lebih kuat namun seiring perjalanan waktu saya semakin menjauh dari pembahasan keilmuan sementara anda sebaliknya, anda melanjutkan penelitian keilmiahan sehingga anda saat ini lebih layak."''


Setelah mendapat penjelasan, Syaikh Anshari akhirnya menerima amanah marja'iyat tersebut. <ref>''A'yanul Syi'ah'', hlm. 455-456.</ref>
Setelah mendapat penjelasan, Syaikh Anshari akhirnya menerima amanah marja'iyat tersebut. <ref>''A'yanul Syi'ah'', hlm. 455-456.</ref>


'''Istikharah Ibu Syaikh Anshari'''
===Istikharah Ibu Syaikh Anshari===
 
[[Berkas:فرائد الاصول چاپ کنگره.jpg|jmpl|Kitab ''Faraidul Ushul'' atau ''Rasail'' dalam ilmu ushul]]
[[Berkas:فرائد الاصول چاپ کنگره.jpg|jmpl|Kitab ''Faraidul Ushul'' atau ''Rasail'' dalam ilmu ushul]]
 
Sewaktu Syaikh Anshari kembali dari Irak ke Iran, ia memutuskan untuk memanfaatkan keilmuaan ulama-ulama di Iran dengan melakukan perjalanan ke beberapa kota di Iran untuk menemui mereka. Namun ibu Syaikh Anshari setelah putranya beberapa lama bersamanya tidak memberikan izin kepada Syaikh Anshari untuk melakukan perjalanan. Syaikh Anshari pun karena penghormatan dan ketaatan pada ibunya, memilih untuk menunda rencananya sampai ibunya ridha dengan keinginannya. Setelah beberapa lama, ibunya memutuskan untuk melakukan istikharah dan mushaf [[Al-Qur'an]] yang digunakan untuk [[istikharah]] menunjukkan ayat ini:  
Sewaktu Syaikh Anshari kembali dari Irak ke Iran, ia memutuskan untuk memanfaatkan keilmuaan ulama-ulama di Iran dengan melakukan perjalanan ke beberapa kota di Iran untuk menemui mereka. Namun ibu Syaikh Anshari setelah putranya beberapa lama bersamanya tidak memberikan izin kepada Syaikh Anshari untuk melakukan perjalanan. Syaikh Anshari pun karena penghormatan dan ketaatan pada ibunya, memilih untuk menunda rencananya sampai ibunya ridha dengan keinginannya. Setelah beberapa lama, ibunya memutuskan untuk melakukan istikharah dan mushaf [[Al-Qur'an]] yang digunakan untuk istikharah menunjukkan ayat ini:  


<center>{{ia|وَأَوْحَینَا إِلَی أُمِّ مُوسَی أَنْ أَرْضِعِیهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَیهِ فَأَلْقِیهِ فِی الْیمِّ وَلَا تَخَافِی وَلَا تَحْزَنِی إِنَّا رَادُّوهُ إِلَیکِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِینَ‌}}</center>
<center>{{ia|وَأَوْحَینَا إِلَی أُمِّ مُوسَی أَنْ أَرْضِعِیهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَیهِ فَأَلْقِیهِ فِی الْیمِّ وَلَا تَخَافِی وَلَا تَحْزَنِی إِنَّا رَادُّوهُ إِلَیکِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِینَ‌}}</center>


“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari Para rasul.(QS. [[Surah Al-Qashash|Al-Qashash]] ayat 7)
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari Para rasul." (QS. [[Surah Al-Qashash|Al-Qashash]]: 7)


Dengan hasil istikharah tersebut, hati ibu Syaikh Anshari menjadi tenang dan akhirnya memberikan izin kepada putranya itu untuk melanjutkan perjalanan keilmuannya.
Dengan hasil istikharah tersebut, hati ibu Syaikh Anshari menjadi tenang dan akhirnya memberikan izin kepada putranya itu untuk melanjutkan perjalanan keilmuannya.


'''Kezuhudan Syaikh Anshari'''
===Kezuhudan Syaikh Anshari===
 
Meskipun Syaikh Anshari saat itu memegang posisi dan kedudukan penting sebagai marja umum dengan hampir mencapai 40 juta [[Taqlid|muqallid]] dari umat [[Syiah]] serta dana-dana mereka dari semua penjuru dunia dikirimkan kepadanya, namun ia tetap hidup sederhana dan menjalaninya dengan penuh qana'ah. Sumbangan-sumbangan yang diberikan kepadanya yang gunakan untuk mengelola hauzah-hauzah ilmiah, disumbangkan kepada kaum fakir miskin, dan ia tetap hidup layaknya seorang miskin. Dari awal usianya sampai hari dimana ia meninggal dunia, keadaan hidupnya tidak ia ubah sama sekali, tetap dalam keadaan zuhud dan hidup dalam kesederhanaan. Banyak kisah-kisah yang diceritakan mengenai kezuhudannya.  
Meskipun Syaikh Anshari saat itu memegang posisi dan kedudukan penting sebagai marja umum dengan hampir mencapai 40 juta muqallid dari umat [[Syiah]] serta dana-dana mereka dari semua penjuru dunia dikirimkan kepadanya, namun ia tetap hidup sederhana dan menjalaninya dengan penuh qana'ah. Sumbangan-sumbangan yang diberikan kepadanya yang gunakan untuk mengelola hauzah-hauzah ilmiah, disumbangkan kepada kaum fakir miskin, dan ia tetap hidup layaknya seorang miskin. Dari awal usianya sampai hari dimana ia meninggal dunia, keadaan hidupnya tidak ia ubah sama sekali, tetap dalam keadaan zuhud dan hidup dalam kesederhanaan. Banyak kisah-kisah yang diceritakan mengenai kezuhudannya.  


Ia tidak mewariskan sedikitpun uang, dan dihari ia wafat kekayaan pribadinya hanya 170.000 riyal itupun digunakan untuk keperluan agama. Pihak keluarga tidak memiliki dana untuk melakukan majelis duka dihari kematiannya sehingga ada seorang kaya yang bersedia menanggung biaya penyelenggaraan majelis duka untuknya.
Ia tidak mewariskan sedikitpun uang dan di hari wafatnya hanya memiliki beberapa Toman (17 Toman) dan itupun dibayarkan  untuk pinjaman peribadinya sehingga pembiayaan untuk mengadakan majlis duka tidak ada, sehingga ada seorang kaya yang bersedia menanggung biaya penyelenggaraan majelis duka untuknya.


==Karya-karyanya==
==Karya-karyanya==
Baris 179: Baris 175:


==Wafat==
==Wafat==
Syaikh Murtadha Anshari meninggal dunia pada 18 [[Jumadil Akhir]] 1281 H (18 November 1864) di kota [[Najaf]] dan dimakamkan di dalam kompleks [[Haram Imam Ali as]].
Syaikh Murtadha Anshari meninggal dunia pada [[18 Jumadil Akhir]] 1281 H/18 November 1864 di kota [[Najaf]] dan dimakamkan di dalam [[Haram Imam Ali as]].


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Baris 188: Baris 184:
*Amin, Muhsin, ''A'yan al-Syi'ah'', Darul Ta'aruf, Beirut.
*Amin, Muhsin, ''A'yan al-Syi'ah'', Darul Ta'aruf, Beirut.
*Anshari, Murtadha, ''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), Konferensi Internasional Mengenang 250 tahun Lahirnya Syaikh Anshari.
*Anshari, Murtadha, ''Zendegi wa Syakhshiat-e Syaikh Anshari'' (Kehidupan dan Biografi Syaikh Anshari), Konferensi Internasional Mengenang 250 tahun Lahirnya Syaikh Anshari.
*Rafi'i Pur Alawi Alawijeh, Sayid Abbas, ''Syaikh Anshari dar Ghulsan-e Abrar'', cet. III, penerbit: Ma'ruf, 2006.
*Rafi'i Pur Alawi Alawijeh, Sayid Abbas, ''Syaikh Anshari dar Gulsyan-e Abrar'', cet. III, penerbit: Ma'ruf, 2006.
*Syaikh Murtadha Anshari, ''Kitab Khane Thuhur''.
*Syaikh Murtadha Anshari, ''Kitab Khane Thuhur''.
*Aqiqi Bakhsyayisyi, ''Fuqahai Namdar-e Syieh'' (Ulama-ulama terkemuka Syiah), Qom, Perpustakaan Ayatullah Mara'asyi.
*Aqiqi Bakhsyayisyi, ''Fuqahai Namdar-e Syieh'' (Ulama-ulama terkemuka Syiah), Qom, Perpustakaan Ayatullah Mara'asyi.
Pengguna anonim