Nabi Ya'qub as

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Ya'qub as)
Nabi Ya'qub as
Nama dalam Kitab SuciYa'qub, Israil
Tempat TinggalKan'an, Mesir
Tempat DimakamkanAl-Khalil
Nama KaumBani Israil
Nabi SebelumnyaNabi Ishak as
Nabi SetelahnyaNabi Yusuf as
Kerabat TermasyhurNabi Ishak as, Nabi Yusuf as
AgamaTauhid
Usia147 Tahun
Pengulangan Nama dalam Al-Qur’an16 kali
Peristiwa PentingPelemparan Nabi Yusuf as ke dalam sumur, Kebutaan Nabi Ya'qub as

Ya'qub (bahasa Arab: یَعْقوب) atau Israil adalah putra Nabi Ishaq as, cucu Nabi Ibrahim as dan salah seorang nabiullah yang namanya terdapat dalam Alquran. Mufasir Syiah, mengartikan Israil dengan hamba Allah (Abdullah), namun dalam Taurat disebutkan, penyebab penamaannya Israil disebabkan karena ia menang gulat melawan malaikat. Dalam literatur Islam, untuk menegaskan kebolehan bertawassul dengan selain Allah swt, kisah saudara-saudara Nabi Yusuf as yang meminta Nabi Ya'qub as untuk meminta pengampunan Allah swt melalui dirinya yang sering dijadikan sebagai dalil. Demikian pula, mengenai kebolehan menikahi dua perempuan yang bersaudara dalam satu waktu sebelum periode Islam, yang dijadikan dalil adalah pernikahan Nabi Ya'qub as dengan dua perempuan yang bersaudara. Nabi Ya'qub as meninggal dunia di Mesir dalam usia 147 tahun. Sesuai dengan wasiatnya, jenazahnya dipindahkan dari Mesir dan dimakamkan di Gua Machpelah di Hebron Palestina.

Kepribadian dan Garis Keturunan

Nabi Ya'qub as adalah putra Nabi Ishak as, cucu Nabi Ibrahim as dan salah seorang Nabiyullah as. [1] Ia pergi ke Paddan Aram menetap bersama pamannya, Laban. Beberapa waktu di tempat tersebut ia menjadi penggembala dan menikahi dua anak perempuan pamannya. [2] Meski menurut Alquran menikahi dua saudara perempuan pada saat bersamaan dibolehkan sebelum periode Islam, [3] namun menurut beberapa hadis, ia menikahi yang kedua kalinya, setelah istrinya yang pertama meninggal dunia. Nabi Ya'qub as memiliki anak laki-laki dari istrinya. Yusuf dan Benyamin, lahir dari istrinya yang bernama Rahel. [4]

Alquran mengisahkan peristiwa kebutaan Nabi Ya'qub as setelah kehilangan Yusuf, putranya. Disebabkan ia menangis bertahun-tahun sejak kehilangan Yusuf, maka ia pun kehilangan penglihatannya. Dalam Alquran tertulis, وَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ artinya: "Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)." (Qs. Yusuf: 84)

Kabar Kelahiran Nabi Ya'qub as

Allah swt dalam Alquran menyebutkan kelahiran Ya'qub as sebagai anugerah untuk Nabi Ibrahim as. Allah swt berfirman, وَ وَهَبْنا لَهُ إِسْحاقَ وَ يَعْقُوب artinya: "Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya'qub kepadanya." [5]

Dalam Alquran disebutkan nama Ya'qub sebanyak 16 kali dalam 10 surah. Dalam surah Ali Imran dan Maryam, nama Israil disebutkan dua kali. [6] Syekh Thabrisi dalam kitab Majma' al-Bayan menyebut yang dimaksud Israil adalah Nabi Ya'qub as. Isra artinya 'abd (hamba) dan Eil artinya Allah swt, sehingga Israil artinya Abdullah atau hamba Allah. [7]

Alquran mengisahkan permohonan putra-putranya agar didoakan oleh Nabi Ya'qub as untuk mendapatkan pegampunan Allah swt. Allah swt berfirman, وْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جاؤُكَفَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَ اسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّاباً رَحيماً artinya: "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. An-Nisa: 64)

Sewaktu saudara-saudara Nabi Yusuf as menyadari kesalahannya dan semestinya bisa secara langsung memohon pengampunan Allah swt namun mereka menjadikan ayahnya Nabi Ya'qub as sebagai perantara untuk mendoakan dan memohonkan ampunan buat mereka.

Keluhan Ya'qub as kepada Tuhan

Terdapat riwayat Syiah yang mengisahkan kesedihan Ya'qub as karena terpisah dengan putranya Yusuf as dan penyebab keterpisahan tersebut dikarenakan ketidakpedulian Ya'qub as dan keluarganya pada permintaan seorang fakir yang kelaparan. [8] Sebagian riwayat lainnya mengisahkan mengenai kesabaran dan keluhan Ya'qub as sebagaimana juga terdapat dalam Alquran. Disebutkan dalam Alquran قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ artinya: "Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya." (Qs. Yusuf: 86)

Disebutkan, makna dari kesabaran adalah seseorang seharusnya hanya mengeluhkan setiap masalahnya hanya kepada Allah swt bukan kepada manusia, sebagaimana Ya'qub as yang mengatakan dirinya hanya mengeluhkan masalahnya kepada Allah swt. [9]

Kebutaan Nabi Ya'qub karena Perpisahan dengan Yusuf as

Menurut ayat-ayat Alquran, Nabi Ya'qub as menjadi buta akibat kesedihan yang sangat mendalam keyika Yusuf dipisahkan darinya.[10] Syiah tidak setuju apakah kebutaan dianggap sebagai aib ataukah itu adalah cacat penciptaan yang seharusnya tidak ada pada para nabi. Sebagian mengatakan tidak ada masalah jika cacat ini tidak menyebabkan orang enggan dan lari dari nabi.

Namun, Amin al-Islam Thabarsi mengatakan bahwa kebutaan adalah aib, karena itu ia meyakini bahwa Ya'qub tidak buta secara fisik namun kelhilangan penglihatannya atau karena seringnya menangis seakan-akan ia menjadi buta. Majlisi menganggap penjelasan dan tafsir ini bertentangan dengan dzahir ayat dan hadis dan berkeyakinan bahwa meskipun Ya'qub menjadi buta, itu tidak akan dianggap cacat, dan selain itu, para nabi melihat dengan mata hati mereka hal-hal yang dilihat orang lain dengan mata mereka.[11]

Israil dalam Taurat

Taurat banyak mengisahkan peristiwa mengenai Nabi Ya'qub as. Salah satu diantaranya adalah kisah mengenai penamaan Ya'qub dengan Israil, bahwa itu dimulai setelah Ya'qub as menang gulat melawan malaikat Ilahi. Atas kemenangan itu, dikatakan kepada Ya'qub, "Karena pagi sudah datang, aku harus pergi." Nabi Ya'qub as berkata, "Tidak akan kuizinkan, kecuali kau mendoakan aku." Malaikat berkata, "Siapa namamu?"

"Ya'qub", jawab Nabi Ya'qub as.

Malaikat berkata, "Karena kau memenangkan pertarungan melawan malaikat dan semua manusia, maka namamu bukan lagi Ya'qub melainkan Israil."[12]

Akhir Usia dan Tempat Pemakaman

Setelah dipertemukan kembali dengan putranya Yusuf as, Nabi Ya'qub as pindah ke Mesir dan menetap di negeri tersebut dalam beberapa waktu. [13] Sebelum wafat, ia meminta agar kesemua putranya berkumpul dan mewasiatkan agar mereka berpegang teguh dan melanjutkan agama leluhur mereka Nabi Ibrahim as. Ia juga meminta agar putra-putranya memberikan kesaksian mengenai agama Ibrahim as. [14]

Nabi Ya'qub as menghembuskan nafas yang terakhir dalam usia 147 tahun. [15] Sesuai dengan wasiatnya, jenazahnya dibawa dari Mesir ke Palestina untuk dimakamkan. Ia dimakamkan di Gua Machpelah di Hebron Palestina. [16]


Catatan Kaki

  1. Syauqi Abu Khalil, Athlas Qur'an, hlm. 68
  2. Mushtafawi, al-Tahqiq fi Kalimat al-Qur'an al-Karim, jld. 14, hlm. 252
  3. Qs. An-Nisa: 23
  4. Jazairi, Dastan-e Payambaran, hlm. 304
  5. Qs. Al-An'am: 84
  6. Syauqi Abu Khalil, Athlas Qur'an, hlm. 68
  7. Thabrisi, Majma' al-Bayan, jld. 1, hlm. 206
  8. Hur Amili, al-Jawahir al-Sunniyah fi al-Ahadits al-Qudsiyah, hlm. 54
  9. Thabrisi, Misykah al-Anwar, hlm. 585
  10. QS. Yusuf: 84
  11. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 12, hlm. 243
  12. Kitab Kejadian, 32: 27-29
  13. Syauqi Abu Khalil, Athlas Qur'an, hlm. 69
  14. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 1, hlm. 462
  15. Musthafawi, al-Tahqiq fi Kalimat al-Qur'an al-Karim, jld. 14, hlm. 252
  16. Syauqi Abu Khalil, Athlas Qur'an, hlm. 69

Daftar Pustaka

  • Hurr 'Amili, Muhammad bin Hasan. Al-Jawāhir al-Saniyyah fī al-Ahādīts al-Qudsiyyah. Cet. III. Teheran: Entesyarat-e Dehqan, 1380 HS (2001).
  • Jazairi, Ni'matullah bin 'Abdullah. Dāstān-e Payāmbarān. Cet. I. Teheran: Entesyarat-e Had, 1380 HS (2001).
  • Makarim Syirazi, Nashir. Tafsīr-e Nemuneh. Cet. I . Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1374 HS (1995).
  • Mushtafawi, Hasan. At-Tahqīq fī Kalimāt al-Qurān al-Karīm. Cet. I. Teheran: Wezarat-e Farhang wa Ersyad-e Islami, 1368 HS (1989).
  • Syauqi Abu Khalil. Athlas-e Qu'rān. Cet. IV. Diterjemahkan oleh Muhammad Kermani. Masyhad: Entesyarat-e Astan-e Quds-e Razawi, 1389 HS (2010).
  • Thabrisi, Ali bin Hasan. Misykāt al-Anwār. Cet. I. Diterjemahkan oleh Husymand dan Muhammadi. Qom: Dar ats-Tsaqalain, 1379 HS (2000).