Surat Imam Ali as kepada Imam Hasan as

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa referensi
Dari wikishia

Surat Imam Ali as kepada Imam Hasan as adalah sebuah surat panjang berisi tentang nilai-nilai akhlak dan ajaran-ajaran tauhid, ditulis oleh Imam Ali as yang ditujukan kepada Imam Hasan as pada akhir umur beliau. Persoalan penting yang ada dalam surat ini adalah takwa, doa, belajar dan mengambil pelajaran dari sejarah, mengenal zaman dan lainnya. Surat ini disamping mengandung nilai-nilai tersebut, juga berisi tentang hikmah-hikmah pendek. Surat ini selain sudah diterjemahkan dan diberikan syarah-syarah atasnya dalam kitab Nahjul Balaghah yang disusun secara lengkap juga terdapat terjemahan dan syarah yang ditulis secara terpisah. Urutan khutbah ini berbeda dalam berbagai naskah. [1]

Sejarah dalam Pandangan Imam Ali as
"Wahai, anakku, sekalipun saya tidak mencapai usia yang dicapai orang-orang sebelum saya, namun saya melihat ke dalam perilaku mereka dan memikirkan peristiwa-peristiwa dari kehidupan mereka. Saya berjalan di antara reruntuhan mereka sampai seakan saya menjadi salah satu dari mereka. Sesungguhnya karena urusan-urusan mereka telah saya ketahui, seakan-akan saya telah hidup dengan mereka dari awal hingga akhirnya. Oleh karena itu saya telah mampu membedakan yang najis dari yang jernih dan manfaat dari mudarat. Saya telah memilihkan untuk Anda yang terbaik dari hal-hal itu, dan telah mengumpulkan bagi Anda pokok-pokok yang baik, dan menjauhkan dari Anda pokok-pokoknya yang tak bermanfaat."

Waktu dan Tempat dituliskannya Surat

Surat ini ditulis oleh Imam Ali as ketika beliau kembali dari Perang Shiffin. [2] Sebagaimana yang tertera dalam kitab Nahjul Balaghah bahwa surat itu ditulis disebuah tempat bernama Hadhirin namun tidak diketahui secara jelas makna kata itu apakah kata tersebut adalah nama sebuah tempat ataukah bukan nama tempat dan merupakan bentuk jamak (plural) dari kata Hadhir. [3]

Munajat dalam Pandangan Imam Ali as

"Ketahuilah bahwa la yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi telah memperkenankan Anda untuk berdoa kepada-Nya dan telah menjanjikan kepada Anda penerimaan doa. la telah memerintahkan kepada Anda untuk memohon kepada-Nya agar la memberi kepada Anda dan mencari belas kasih-Nya agar la menaruh belas kasih kepada Anda. la tidak menempatkan barang sesuatu antara Anda dan Dia yang mungkin menabiri-Nya dari Anda. la tidak menuntut Anda untuk mendapatkan perantara bagi Anda kepada-Nya, dan apabila Anda keliru, la tidak mencegah Anda untuk bertaubat. la tidak bergegas dengan hukuman. la tidak mengejek Anda karena bertaubat, tidak pula la menghina Anda ketika penghinaan lebih pantas bagi Anda. la tidak kasar dalam menerima taubat. la tidak menanyai Anda tentang dosa-dosa Anda dengan keras. la tidak mengecewakan Anda dari rahmat-Nya. Malah ia memandang pemantangan dari dosa sebagai suatu kebajikan. la menghitung satu dosa Anda sebagai satu, sementara la menghitung kebajikan Anda sebagai sepuluh.."

Ditujukan kepada siapa surat ini?

Testimoni
"Bila terdapat hikmah yang layak untuk ditulis dengan tinta emas, maka hikmah itu adalah surat Imam Ali as ini."
Abu Ahmad Askari, ulama besar Sunni dalam "Al-Zawajir wa al-Mawaidh"

Sayid Radhi menilai bahwa surat ini ditujukan kepada Imam Husain as namun dari ibarat surat yang ada menunjukkan bahwa isi surat tersebut tidak sesuai dengan keismahan Imam Hasan as seperti ungkapan "abdu dunya", "tajir ghurur" dan ibarat-ibarat lain yang tidak sesuai dengan kedudukan penerima surat sebagai orang yang menyandang predikat ishmah, seperti: "Au an anqasha ra'ya kama nuqishtu fi hismi". Ibnu Abil Hadid menilai bahwa hal ini merupakan alasan untuk menolak klaim penganut Syiah bahwa Imam memiliki posisi maksum. Sebagian para pensyarah Nahjul Balaghah seperti Ibnu Maitsam Bahrani meyakini bahwa orang yang dituju dalam surat itu adalah Ja'far bin Babuwaih dan Muhammad Hanafiyah, tidak seperti yang diyakini oleh Ibnu Abil Hadid. Sebagian lainnya berkeyakinan bahwa surat ini adalah sebuah nasehat dan pedoman umum bagi masyarakat yaitu Imam Ali as sebagai seorang ayah memberi nasehat kepada Imam Hasan as sebagai putranya. Oleh itu, Imam Ali as dalam wasiatnya menulis:

«مِنَ الْوَالِدِ الْفَانِ» «إِلَی الْمَوْلُودِ الْمُؤَمِّلِ مَا لایُدْرِكُ»

"Dari ayah yang (tak lama lagi) akan meninggalkan dunia....kepada putra yang merindukan apa yang tak akan tercapai"

Di sini Imam Ali as tidak menggunakan redaksi "Dari Ali bin Abi Thalib" untuk "Hasan bin Ali." Dari surat wasiat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan dalam surat itu adalah hubungan antara ayah dengan anak, bukan hubungan antara seorang Imam dengan penggantinya. [4]

Kandungan

Surat dengan tema akhlak ditulis oleh Imam Ali as ditujukan kepada putranya, Imam Hasan Mujtaba as. Imam pada permulaan suratnya menjelaskan dengan tutur kata yang realistis yang mendeskripsikan bagai dua manusia yang hidup secara natural. Kemudian mengingatkan putranya akan pentingnya surat semacam ini. Adapun maksud Imam menuliskan surat itu bahwa hal ini akan menjadi dukungan bagi putranya. [5] Setelah itu, Imam mengingatkan putranya untuk takut kepada Allah swt dan taat kepada-Nya juga untuk menanamkan ketakwaan kepada Allah swt dalam hatinya. Sebagian poin-poin lain yang ada dalam surat ini adalah:

  • Nasehat supaya memiliki keyakinan
  • Nasehat supaya zuhud
  • Nasehat supaya berbuat bijaksana
  • Mengingat kematian
  • Melihat susahnya zaman dan memikirkan sejarah dan nasehat yang diberikan oleh sejarah
  • Amr ma'ruf nahi mungkar
  • Jihad di jalan
  • Menafkahkan harta di jalan agama
  • Sabar
  • Tauhid
  • Tawakal
  • Rezeki
  • Sifat-sifat dunia dan tipu dayanya
  • Pertemanan
  • Menahan marah
  • Hijab
  • Menghormati famili

Terjemah-terjemah

Surat ini selain sudah diterjemahkan dan diberikan syarah-syarah atasnya dalam kitab Nahjul Balaghah yang disusun secara lengkap, juga terdapat terjemahan dan syarah yang ditulis secara terpisah. Urutan khutbah ini berbeda dalam berbagai naskah.

  • Tarjumah Mandhum Wasiyat Imam Ali as be Imam Hasan as (Terjemahan bahasa Persia paling klasik dari Alawi). Terjemah dan syair oleh Hasan Ghaznawi, gelar Asyraf. Pengantar dan editor: Jawad Basyari. [6]
  • Sefaresy Maula: Wasiyat Nameh Hadhrat Ali as be Imam Hasan Mujataba as, terjemah Ghulam Ridha Yasi Pur. [7]
  • Nadhm al-Wasiyah. Bahasa Persia. Terjemah surat ke-31 Nahjul Balaghah oleh Sayid Hasan bin Ibrahim Qazwini (w. 1208) dicetak di Turki. [8]
  • Wasiyah Amirul Mukminin Ali ila Waladihi al-Hasan al-Zakia as. Cetakan Sanggi. Penerjemah Shadiq bin Ali bin Ali Muhammad bin Hajillah al-Mad'u, Qadhi Tabrizi, penulis Thahir bin Abdurahman Qarajah Daghi. [9]
  • Wasiyat be Imam Hasan as, penerjemah Muhammad Ridha Bandarchi. Cover oleh Ma'shumah Purmand. [10]
  • Wasiyat Nameh Hadhrat Maula Muttaqiyan Ali bin Abi Thalib as be Hadhrat Imam Hasan Mujtaba as. Teks Arab dan terjemah Mandhum Persia. Jahangir Nadhim al-Mulk Mutakhlashabah Baidhawi. [11]
  • Hadiyah al-Imam. [12]

Syarah-syarah

  • Sebagian dari syarah-syarah Nahjul Balaghah:
  • Al-Akhlaq al-Mardhiyah fi Syarah Khutbah al-Washiyah (surat ke 31 Nahjul Balaghah). [13]
  • Al-Akhlaq al-Nafsiyah fi Syarah Khutbah al-Washiyah. [14]
  • Be suyi Madinah Fadhilah: Syarah Surat Imam Ali as kepada Imam Hasan Mujtaba as Mujtaba Jahrami. [15]
  • Hikmat wa Ma'isyat: Syarah surat Imam Ali as kepada Imam Hasan as. Abdul Karim Surusy. [16]
  • Dastur Zendegani: Syarah Wasiat Imam kepada putranya, Imam Hasan as. Bahasa Persia. Ghulam Ali bin Muhammad Hasan Rais Yazdi dan dicetak pada tahun 1369. [17]
  • Syarah Wasiyat Nameh Ali as, nampaknya syarah surat ke-31, Muhammad Syafi lahir pada tahun 1331. [18]
  • Mansyur al-Adab al-Ilahi Mantsur al-Adab Ilahi. Syarah wasiat Imam Ali as kepada putranya, Imam Hasan as (surat ke-31 Nahjul Balaghah), oleh Mula Muhammad Saleh Rughani, seorang ulama abad ke-11. [19]
  • Hadiyah al-Imam. Persia, Syarah wasiat Imam Ali as kepada Imam Hasan as (Surat ke 31), oleh Haj Muhammad Shadiq terkenal dengan Ghazi. Ditulis pada tahun 1327 dan dicetak pada tahun itu juga. [20]
  • Wasiyat Amirul Mukminin be Imam Hasan. Bahasa Persia. Jawad Fadhil (w. 1340 jumlah halamannya ada 40 halaman dan dicetak di Tehran. [21]
  • Wasiyat Nameh Ali as be Pesaresy. [22]

Sanad Surat

Wasiat ini adalah wasiat yang paling terkenal dari Imam pertama dimana sanadnya telah dicatat oleh ulama-ulama terkemuka sebelum dicatat oleh Sayid Radhi. Ulama-ulama yang mencatat sanad surat ke-35 diantaranya adalah:

  • Muhammad Yakub Kulaini (w. 328 H/940) pada kitab al-Rasail
  • Abu Hamid Hasan bin Abdullah Askari, guru Syaikh Shaduq pada kitab al-Zawajir wa al-Mawa'idh
  • Ahmad bin Abdu Rabah Maliki (w. 328 H/940). Pada kitab 'Iqd al-Farid dimana dalam bab Mawaidh al-Aba lil-Abna terdapat 2 pembahasan terkait dengan hal ini.
  • Syaikh Shaduq (w. 381 H/991). Salah satu bagiannya dibahas dalam dua pembahasan pada kitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Pada bagian ke-3 halaman 362 dan pada bagian ke-4 halaman 275.
  • Ibnu Syu'bah Jarani, seorang ulama pada abad ke-4. Wasiat ini tercantum di kitab Tuhaf al-Uqul halaman 68 dalam pembahasan dengan judul Kitabah ila Abnahu al-Hasan as. [23]

Catatan Kaki

  1. Menurut nukilan dari al-Mu'jam al-Mufahrast li Alfādz Nahj al-Balāghah, Jadwal Ikhtilaf Nuskh Intihai Ketab, hlm. 238.
  2. Nahj al-Balāghah, terjemah Syahidi, hlm. 295.
  3. Nahj al-Balāghah, terjemah Syahidi, hlm. 521.
  4. Syarhi bar Nāmeh Imam Ali be Imām Hasan Mujtaba.
  5. Nahj al-Balāghah, terjemah Syahidi, hlm. 295-296.
  6. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  7. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  8. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 62.
  9. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  10. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  11. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  12. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  13. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 6.
  14. Ustadi, Ketāb Nahj al- Balāghah, hlm. 6.
  15. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  16. Pusat Penyimpanan Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran
  17. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 27.
  18. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 51.
  19. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 59.
  20. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 65.
  21. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 65.
  22. Ustadi, Ketāb Nahj al-Balāghah, hlm. 65.
  23. Masyādir Nahj al-Balāghah, jld. 3, hlm. 207.

Daftar Pustaka

  • Nahj al-Balāghah, terjemah Sayid Ja'far Syahidi, Tehran: Ilmi wa Farhanggi, 1377 S.
  • Ustadi, Ridha, Ketāb Nāmeh Nahj al-Balāgha, Tehran: Bunyad Nahjul Balaghah, 1359 S.
  • Muhammadi, Sayid Kadzim, Dasyti, Muhammad, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfādz Nahj al-Balāghah, Qum, Nasyr Imam Ali as, 1369.