Sujud Sahwi

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa alih
tanpa referensi
Dari wikishia

Sujud Sahwi (bahasa Arab:سجود السهو) dikerjakan setelah selesai salat untuk mengganti sebagian kesalahan yang dilakukan ketika salat. Sujud sahwi harus dilakukan segera setelah salam dan diakhiri dengan tasyahud dan salam. Dzikir sujud sahwi dan dzikir sujud-sujud dalam salat berbeda. Para fakih berbeda pendapat mengenai hal-hal yang menyebabkan wajibnya melakukan sujud sahwi. Berbicara secara tidak sengaja dalam salat, lupa dalam salah satu sujud, dan mengucapkan salam secara tidak sengaja ketika tidak boleh mengucapkan salam adalah diantara hal-hal yang menyebabkan sujud sahwi wajib dilakukan.

Definisi

Menurut fatwa para fakih untuk mengganti sebagian kesalahan dalam salat harus melakukan dua sujud yang disebut dengan sujud sahwi (sujud atas kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja). [1] Para fakih Syiah membahas permasalahan sujud sahwi dan hukum-hukumnya dalam Ahkam Sahwi (kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja) dan Hal-hal yang diragukan dalam salat. [2]

Cara Melakukan Sujud Sahwi

Sujud sahwi dikerjakan setelah selesai salat dengan melakukan dua sujud dengan bacaan tertentu dan niat melakukan sujud sahwi. Setelah melakukan sujud ke dua diakhiri dengan tasyahud dan salam. [3] Sebagian besar para fakih Syiah meyakini bahwa sujud sahwi tidak diawali dengan bacaan takbir (allahu akbar). [4] Namun menurut fatwa Syaikh Thusi sebelum melakukan sujud sahwi harus mengucapkan takbir. [5] Pengarang kitab Jawahir menilai bahwa pendapat Syaikh Thusi adalah pendapat yang lemah [6] dan menilai bahwa bacaan takbir adalah mustahab.[7]

Dzikir sujud sahwi

Dzikir sujud sahwi berbeda dengan dzikir sujud-sujud dalam salat. Dalam sujud sahwi membaca salah satu dzikir-dzikir berikut ini:

  • « بِسْمِ اللَّـهِ وَ بِاللَّـهِ، اَلسَّلامُ عَلَیكَ اَیهَا النَّبِی وَ رَحْمَةُ اللَّـهِ وَ بَرَکاتُهُ»
  • « بِسْمِ اللَّـهِ وَ بِاللَّـهِ، اَللَّـهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ و آلِ مُحَمَّدٍ» [8]
  • « بِسْمِ اللَّـهِ وَ بِاللَّـهِ وَ صَلَّی اللَّـهُ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ»[9]

Waktu Melakukan Sujud Sahwi

Berdasarkan fatwa masyhur fakih Syiah, sujud sahwi dilakukan setelah salam salat. [10] Menurut Syaikh Thusi, jika sujud sahwi karena kurangnya melakukan rukun-rukun salat, maka sebagian fakih Imamiyyah berpendapat bahwa sujud sahwi dikerjakan sebelum salam. [11] Ibnu Junaid Iskafi, seorang fakih pada abad ke-4 H menerima pendapat ini. [12]

Hal-hal yang menyebabkan sujud sahwi menjadi wajib

Para fakih Syiah berbeda pendapat mengenai hal-hal apa saja yang menyebabkan seseorang harus melakukan sujud sahwi. [13] Berdasarkan fatwa-fatwa yang ada, sujud sahwi wajib dilakukan dalam empat, lima atau enam hal. [14] Berdasarkan fatwa yang masyhur sujud sahwi harus dikerjakan dalam lima perkara di bawah ini atau ihtiyat wajib:

  • Berkata-kata secara tidak sengaja
  • Lupa tidak melakukan satu sujud
  • Ragu antara dua, empat dan lima salat-salat empat rakaat pada saat duduk
  • Mengucapkan salam secara tidak sengaja tidak pada waktunya. Misalnya pada rakaat ke-2 salat 4 rakaat setelah tasyahud, secara tak sengaja mengucapkan salam
  • Lupa membaca tasyahud. [15]

Sebagian fakih menambahkan duduk secara tak sengaja di waktu pelaku salat harus duduk dan berdiri secara tak sengaja diwaktu ia harus berdiri pada hal-hal di atas. [16] Menurut perkataan Syaikh Thusi sebagian fakih Imamiyyah berkeyakinan bahwa sujud sahwi harus dilakukan ketika seseorang menambah atau mengurangi non rukun. [17] Allamah Hilli menerima pandangan ini. [18] Sebagian marja' taklid menilai mustahab sujud sahwi dalam hal-hal ini. [19]

Hukum-hukum Sujud Sahwi

  • Harus meletakkan tujuh anggota sujud ketika melakukan sujud sahwi. [20]
  • Terdapat perbedaan antara para fakih tentang syarat-syarat thaharah dan menghadap kiblat ketika melakukan sujud sahwi. [21]
  • Sujud sahwi tidak menggantikan rukun salat yang tidak dikerjakan karena lupa. [22]
  • Sujud sahwi harus segera dilakukan setelah selesai salat. Bagi seseorang yang tidak melaksanakan sujud sahwi, tidak perlu melakukan salat lagi namun kewajiban sujud sahwi tidak akan hilang dengan berlalunya waktu. [23]

Catatan Kaki

  1. Thusi, al-Mabsuth, 1387 H, jld. 1, hlm. 123.
  2. Sebagai contoh silahkan lihat: Ibnu Idris, al-Sarāir, 1410 H, jld. 1, hlm. 257.
  3. Thusi, al-Mabsuth, 1387 H, jld. 1, hlm. 125.
  4. Allamah Hilli, Qawāid al-Ahkām, 1413 H, hlm. 307-308; Bani Hasyimi Khomeini, Taudhih al-Masāil Marāji’, 1383 S, jld.1, hlm. 209; Najafi, Jawahir al-Kalam, 1404 H, jld. 12, hlm. 447.
  5. Thusi, al-Mabsuth, 1378 H, jld. 1, hlm. 125.
  6. Najafi, Jawāhir al-Kalām, 1404 H, jld. 12, hlm. 448.
  7. Najafi, Jawāhir al-Kalām, 1404 H, jld. 12, hlm. 442.
  8. Ibnu Idris, Ajwabah Masāil wa Rasāil fi Mukhtalif Funun al-Ma'rufah, 1429 H, hlm. 174.
  9. Allamah Hilli, Qawāid al-Ahkām, 1413 H, hlm. 308; Bani Hasyim Khomeini, Taudhih al-Masāil Marāji’, 1383 S, jld. 1, hlm. 674-675.
  10. Allamah Hilli, Qawāid al-Ahkām, 1413 H, jld. 1, hlm. 308; Thusi, al-Mabsuth, 1387 H, jld. 1, hlm. 125; Najafi, Jawāhir al-Kalām, 1404 H, jld. 12, hlm. 441.
  11. Thusi, al-Mabsuth, 1387 H, jld. 1, hlm. 125.
  12. Ibnu Junaid, Majmu'ah Fatawai Junaid, 1416 H, hlm. 79.
  13. Allamah Hilli, Mukhtalaf al-Syiah, 1413 H, jld. 2, hlm. 423; Thusi, al-Mabsuth, 1387 H, jld. 1, hlm. 123-125.
  14. Ibnu Idris, Ajwibah Masāil wa Rasāil fi Mukhtalaf Funun al-Ma'rufah, 1429 H, 1429 H, hlm. 173.
  15. Thusi, al-Mabsuth, 1378 H, jld. 1, hlm. 123; Bani Hasyimi Khomeini, Taudhih al-Masāil Marāji', 1383 S, jld. 1, hlm. 669-674.
  16. Silahkan lihat: Ibnu Idris, Ajwibah Masāil wa Rasail Funun al-Ma'rufah, 1429, 1429 H, hlm. 173-174; Makarim Syirazi, Risālah Taudhih al-Masāil, 1395 S, hlm. 208.
  17. Thusi, al-Mabsuth, 1387 H, jld. 1, hlm. 124-125.
  18. Allamah Hilli, Qawaid al-Ahkam, 1413 H, hlm. 307-308.
  19. Silahkan lihat: Makarim Syirazi, Risalah al-Masail, 1395 S, hlm. 208; Bani Hasyimi Khomeini, Taudhih al-Masail Maraji', 1383 S, jld. 1, hlm. 669-672.
  20. Allamah Hilli, Qawāid al-Ahkām, 1413 H, hlm. 308.
  21. Najafi, Jawāhir al-Kalam, 1404 H, jld. 12, hlm. 449.
  22. Thabarsi, al-Mu'talif min al-Mukhtalif, jld. 12, hlm. 153.
  23. Thusi, al-Mabsuth, 1387 S, jld. 1, hlm. 123; Bani Hasyimi Khomeini, 'Taudhih al-Masāil Marāji, 1383 S, jld. 1, hlm. 673.