Nabi Yahya as

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
Nabi Yahya as
Nama dalam Al-Qur’anYahya
Tempat DimakamkanMasjid Jami' Umawi
Nama KaumBani Israil
Kerabat TermasyhurZakaria as, Maryam
Nabi SemasaNabi Zakaria as, Nabi Isa as
Pengulangan Nama dalam Al-Qur’an5 kali
Peristiwa PentingKelahiran Isa bin Maryam, Syahadah Yahya as

Yahya bin Zakaria (bahasa Arab: یحیی بن زکریا) adalah nabi Bani Israel yang mencapai makam nubuwah pada masa kanak-kanak. Kisah kelahiran Nabi Yahya diceritakan dalam Al-Qur'an ketika ia lahir dari ayah dan ibu yang sudah tua renta. Nabi Yahya as terkenal dengan kezuhudannya dan tangisan yang banyak karena takut kepada Allah swt.

Dalam riwayat Syiah, syahadah Imam Husain as dan imamah sebagian para Imam Syiah dimiripkan dengan kenabian Nabi Yahya as pada masa kanak-kanak. Saibin atau Mandaiyan menilai bahwa mereka adalah pengikut Nabi Yahya as. Terdapat makam di Masjid Umawi Damaskus yang terkenal sebagai pusara Nabi Yahya as.

Biografi

Nabi Yahya as adalah putra Nabi Zakaria as. Nabi Zakaria as tidak memiliki putra hingga usia tua. Pada suatu hari ketika ia melihat Maryam dan nikmat-nikmat surga yang ia dapatkan [1] ia berdoa kepada Allah swt supaya diberikan anak. Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. [2] Nabi Zakaria as dalam doa yang ia panjatkan menekankan bahwa ia tidak memiliki pewaris bagi keluarga Nabi Ya’kub as [3] dan takut kepada keluarganya sendiri setelah ia meninggal. [4] Allah swt pun menerima doanya meskipun ia sudah sangat tua dan istrinya pun mandul.

Nama ibunda Nabi Isa as adalah Isya’, [5] al-Yashabat [6] atau al-Yazabat yang merupakan bibi Maryam as. [7] Bersamaan dengan kehamilan Maryam karena mukjizat Ilahi, [8] Allah menganugerahkan anak kepada Nabi Zakaria as.

Sebab Penamaan

Terdapat banyak dalil terkait dengan sebab penamaan Nabi Yahya as diantaranya karena Allah menghilangkan kemandulan ibundanya karena kelahiran Nabi Yahya as dan karena telah menghidupkan ia. Sebagian orang berkata bahwa Allah telah menghidupkan ia dengan keifahan atau Allah telah menghidupkan hatinya dengan nubuwah dan sebelum ia, tidak ada seorang pun yang memiliki nama ini. [9]

Kenabian

Yahya telah mencapai kedudukan imamah pada masa kanak-kanak. Allah menilai bahwa salah satu keunggulan Nabi Yahya adalah ia membenarkan nubuwwah Nabi Isa as. [10] Ia juga menyebarkan syariat Nabi Musa, dan setelah Nabi Isa as diangkat sebagai nabi, ia beriman kepadanya. Dalam riwayat diberitakan bahwa Nabi Yahya 6 bulan lebih tua dari pada Nabi Isa as dan merupakan orang pertama kali yang membenarkan kenabiannya. Karena Nabi Yahya as terkenal sebagai seorang yang memelihara nilai-nilai kezuhudan dan kesucian, maka pembenaran dan keyakinannya kepada nubuwah Nabi Isa as sangat berpengaruh kepada masyarakat. [11] Allamah Thabathabai dalam kitab Tafsir al-Mizan berkata bahwa yang dimaksud dengan kitab Nabi Yahya adalah Taurat. [12]

Syahadah

Imam Sajjad as menukilkan dari ayahandanya bahwa Raja Bani Israel mencintai salah satu keluarganya yang merupakan mahramnya dan ingin menikahinya. Nabi Yahya tidak setuju atas perbuatan ini. Putri yang telah jatuh cinta itu memberikan rasa was-was kepada ibunya dan mensyaratkan bahwa kepala Nabi Yahya as menjadi syarat pernikahannya. Raja Bani Israel pun meletakkan kepala Nabi Yahya as disebuah tempat yang terbuat dari emas dan mengirimkan kepadanya. [13] Dalam riwayat dilaporkan ketika kepala Nabi Yahya telah terpisah, darah tertumpah ke bumi dan darah yang tumpah ke bumi itu pun memuncrat. Orang-orang Bani Israel berusaha untuk menutupi darah yang tumpah di bumi itu dengan tanah, namun mereka tidak berhasil. Darah ini terus memuncrat hingga Bukht Nashar berkuasa dan ribuan orang Bani Israel terbunuh dan berhenti ketika balas darah Nabi Yahya as telah terpenuhi. [14]

Kemiripan Imam Husain as dengan Nabi Yahya as

Berdasarkan riwayat-riwayat, langit dan bumi menangis atas kejadian yang menimpa Imam Husain as dan Nabi Yahya as. [15] Husain bin Ali as ketika tengah berada di jalan menuju Karbala, menangis atas kesyahidan Nabi Yahya. [16] Terdapat pula riwayat yang menyebutkan makna yang lebih familiar bahwa tangisan langit dan bumi ini adalah langit memberikan hujan darah dan matahari berwarna merah setelah kesyahidan Nabi Yahya as. [17] Dari Ali as dinukilkan bahwa langit dan bumi hanya menangis karena Nabi Yahya as dan Husain bin Ali as. [18]

Tipologi Akhlak

Dalam literatur disebutkan tentang sifat-sifat Nabi Yahya as: Iman kepada Nabi Isa as, ketulusan, keunggulan dalam keilmuan dan amalan, Nabi yang saleh, dan zuhud. [19] Mengenai kezuhudannya dikisahkan bahwa ia sangat banyak menangis dan mengenakan pakaian kasar. [20] Nabi Muhammad saw terkait dengan zuhud Nabi Isa as bersabda: Kezuhudan Nabi Isa as sangat mendalam sehingga pada usia kanak-kanak ia telah pergi ke Baitul Maqdis, kemudian ia melihat para pendeta yang mengenakan pakaian dari sutra sedang beribadah sedangkan ia sendiri memakai pakaian yang kasar. Ia pergi ke tempat ibadah dan beribadah kepada Allah swt. [21] Dikatakan bahwa ketika ia sibuk memberi nasehat, ia tidak pernah menyebut surga dan neraka karena kelembutan hatinya, setiap kali mendengar sifat-sifat surga dan neraka, ia menangis. [22] Dalam kitab Kafi dari Ali as menukilkan bahwa Yahya sangat banyak menangis dan tidak tertawa namun Isa bin Maryam tertawa dan menangis dan amalan Isa lebih baik dari pada Yahya as. [23] Riwayat lain mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang pantas berkata bahwa aku lebih baik dari pada Yahya karena ia tidak melakukan perbuatan dosa sedikitpun dan tidak menaruh perhatian kepada seorang perempuan pun. Sebagian riwayat ini bertentangan dengan ajaran Islam dan karenanya tidak diterima. [24]

Nabi Yahya as dalam Kitab Suci

Al-Qur'an

Nama Yahya terdapat dalam 4 surah Al-Qur'an. [25] Kisah tentang kelahiran dan kehidupan, sifat-sifat dan nama-namanya kebanyakan ada dalam cerita ayahandanya, yaitu Nabi Zakaria as. [26] Dalam surah Maryam secara terpisah mencantumkan nama Yahya as, keutamaan-keutamaan, kesyukurannya kepada-Nya dan karunia Ilahi kepada Yahya as. [27] Allah swt dalam Al-Qur'an mengangkat namanya secara mulia dan mewartakan: Salam atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Qs. Maryam: 15) Dalam riwayat yang berasal dari Imam Ridha as juga diisyaratkan tentang penyandaran terhadap firman Allah swt bahwa Nabi Yahya as terlindungi dalam tiga keadaan: Ketika lahir, ketika meninggal dan ketika hari kiamat dimana pada saat tiga kondisi itu seluruh bani Adam akan berada dalam kondisi ketakutan. [28]

Injil

Nukilan dan cerita-cerita tentang Nabi Yahya as banyak terdapat di kitab Injil. Sangat banyak hal-hal yang sama tentang cerita-cerita yang ada di Al-Qur'an dan di Injil. Kisah tentang kelahiran Nabi Yahya yang membanggakan Nabi Zakaria diceritakan secara panjang lebar dalam kitab injil Lukas. [29]

Pada masa dewasa Nabi Yahya as terkenal sebagai pembabtis dan memberikan nasehat kepada masyarakat. Masyarakat dari berbagai kota mendatangi Nabi Yahya as untuk mendengarkan nasehatnya. [30] Ia berbicara tentang kebobrokan kaum agamawan yang sombong. [31] Perkataan paling penting dari Nabi Yahya as di Injil adalah pembenaran atas Nabi Isa as, bertabligh atas kebenarannya dan pembabtisan Nabi Isa as. [32] Pada suatu hari, salah satu pengikut Nabi Isa as berkata-kata kepada hawariyyun Nabi Yahya as, mereka larut dalam diskusi tentang manakah yang lebih baik, Nabi Isa as ataukah Nabi Yahya as? Pengikut Nabi Yahya as pergi menemuinya dan Nabi Yahya kepada mereka berkata: Allah yang menentukan pekerjaan seseorang. Pekerjaanku adalah membukakan pintu bagi Nabi Isa as supaya masyarakat pergi menujunya. Anda sendiri menjadi saksi bahwa aku secara jelas menerangkan bahwa aku bukanlah Isa namun aku datang sehingga akan membukakan pintu baginya. Dalam suatu majelis pernikahan, pengantin putri akan pergi ke arah pengantin laki-laki, maka teman-teman pengantin laki-laki itu akan ikut bergembira. Aku juga adalah teman pengantin laki-laki itu dan aku ikut gembira atas kegembiraanya. [33]

Riwayat Syiah

Bukti Imamah pada Masa Kanak-kanak

Riwayat Syiah yang dinukil dari Ali bin Asbath menukilkan bahwa pada suatu hari aku sampai di hadapan Imam Jawad as pada saat itu, usia Imam Jawad as masih sedikit dan saya mengamati perawakannya supaya aku teringat terus, dan ketika aku kembali ke Mesir aku menceritakan tentang apa yang aku lakukan dahulu, Imam Jawad pun duduk dan berkata: "Allah akan melakukan apa dilakukan pada masalah Imamah seperti dalam nubuwwah."

Allah swt berfirman:

وَ آتَیناهُ الْحُکمَ صَبِیا

Wahai Yahya! Peganglah kitab ini dengan teguh. Dan Kami berikan kepadanya hukum sedang dia lagi kanak-kanak. (Qs. Maryam: 12)

Dan juga berfirman:

حَتَّی إِذا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَ بَلَغَ أَرْبَعِینَ سَنَةً

Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (Qs. al-Ahqaf: 15)

Oleh karena itu, sebagaimana bahwa Allah mungkin saja memberikan hikmah kepada manusia pada masa kecil, maka Allah swt juga mampu untuk memberikan hikmah kepada manusia pada usia 40 tahun. [34]

Untuk membenarkan imamah Imam-imam Syiah pada masa anak-anak, memakai dalil nubuwwah Nabi Yahya as pada masa kecil. [35]

Berbicara kepada Setan

Dalam sebagian riwayat, terdapat laporan mengenai pertemuan antara Nabi Yahya as dengan setan. Berdasarkan riwayat ini, pada suatu hari, Yahya as melihat setan dengan wajah yang aneh dan menakutkan. Nabi Yahya as bertanya kepada setan tentang hal itu. Setan berkata bahwa setiap alat ini akan digunakan untuk menggoda manusia. Yahya bertanya kepadanya: Apakah hingga saat ini kamu telah menggodaku? Setan menjawab tidak. Namun Anda memiliki gaya yang aku suka dan hal itu adalah kebiasaan makan Anda yang berlebihan sehingga salat Anda kadang-kadang tidak benar. Pada saat itu, Yahya berkata: Mulai sekarang, aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah makan sampai kenyang hingga aku bertemu denganmu, Iblis juga berkata: Mulai saat ini, aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah memberi nasihat kepada orang mukmin, kemudian ia pergi dan tidak pernah kembali ke hadapan Nabi Yahya. [36]

Shaibin

Saibin atau Mandaiyan adalah kaum yang memakai bahasa Aram kira-kira 2000 tahun lalu dan di baptis oleh Nabi Yahya as. [37] Mereka percaya bahwa kitab suci mereka berasal dari Nabi Yahya as. [38] Hijrah mereka ke Iran terjadi pada saat pemerintahan Oshkani. Setelah orang Yahudi, mereka adalah orang-orang non Arab tertua yang datang ke Iran dari Palestina. Sabian termasuk agama monoteisme, pemilik kitab suci, nabi, tulisan dan Bahasa. [39] Ayat-ayat Al-Qur'an mengisyaratkan tentang mereka. [40]

Pusara

Gagal membuat miniatur:
Makam Nabi Yahya di Masjid Jami' Umawi di Damaskus

Tempat paling terkenal yang dikenal sebagai pusara Nabi Yahya as adalah Masjid Jami' Umawi Damisyq, dalam masjid ini, badan Nabi Yahya as dikuburkan sedangkan kepala Nabi Yahya as dikuburkan di sebuah masjid di kawasan Zabdani Damaskus. [41] Berdasarkan laporan lain, sebagian kaum Muslimin dan Kristen berkeyakinan bahwa kepala Nabi Yahya as berada di sebuah masjid di kawasan Sabastiyyah di utara Baitul Maqdis dimana kaum Yahudi menamakannya sebagai Syumirun. Untuk menghormati Nabi Isa as, kaum Nasrani membangun sebuah gereja bernama Yahya Sang Pembabtis yang berada di sekitar masjid. [42]

Catatan Kaki

  1. Surah Ali Imran: 37
  2. Surah Ali Imran: 38
  3. Surah Maryam: 6
  4. Surah Maryam: 5
  5. Ibnu Khaldun, Tārikh Ibnu Khaldun, 1408 H, jld. 2, hlm. 168.
  6. Thabathabai, Tafsir al-Mizān, 1417 H, jld. 2, hlm. 168.
  7. Mas’udi, Muruj al-Dzahab, 1379 S, jld. 1, hlm. 29.
  8. Syabastari, I’lām al-Qur’an, 1379 S, hlm. 397.
  9. Jazairi, Qishāsh al-Anbiyā, 1381 S, hlm. 561.
  10. Qs. Ali Imran: 39
  11. Allamah Majlisi, Bihār al-Anwār, 1403 H, jld. 14, hlm. 169; Makarim, Tafsir Nemuneh, jld. 2, hlm. 535.
  12. Thabathabai, Terjemah al-Mizān, 1374 H, jld. 14, hlm. 22.
  13. Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Manāqib Ali Abi Thalib as, 1379 H, jld. 4, hlm. 58.
  14. Jazairi, Qishāsh al-Anbiyā, 1381 S, hlm. 566.
  15. Qumi, Tafsir al-Qumi, jld. 2, hlm. 291; Ibnu Qaulawiyah, Kāmil al-Ziyārat, 1356 S, hlm. 79.
  16. Syaikh Mufid, al-Irsyād fi Ma’rifah Hujajullah Ali al-Ibad, 1413 H, jld. 2, hlm. 132.
  17. Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Manāqib Ali Abi Thalib, 1379 H, jld. 4, hlm. 54.
  18. Jazairi, Qishāsh al-Anbiyā, 1381 S, hlm. 561.
  19. Surah Ali Imran: 39; Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 2, hlm. 535.
  20. .Ibnu Fahd Hilli, Iddah al-Da’i wa Najah al-Sa’i, 1407 H, hlm. 119.
  21. Syaikh Shaduq, al-Amali, 1400, hlm. 27.
  22. Jazairi, Dāstan Payambarān, 1380 S, hlm. 562.
  23. Jazairi, Qishāsh al-Anbiyā, 1381 S, hlm. 567.
  24. Rad, Riwayat Tafadhalu Yunus as wa Yahya as, Ta’arudh wa Rahkarha, hlm. 8.
  25. Syauqi Abu Khalil, Atlas Quran, 1389 S, hlm. 120.
  26. Surah Maryam, 7-16; Surah Ali Imran: 39; Surah al-An'am: 85; Surah al-Anbiya: 90.
  27. Surah Maryam: 7-16.
  28. Jazairi, Qishāsh al-Anbiyā, 1381 S, hlm. 562.
  29. Injil Lukas, 1: 5-25.
  30. Injil Matius, 3: 1-6; Injil Markus, 1: 4-7.
  31. Injil Matius, 3: 7.
  32. Injil Matius, 3: 11-17.
  33. Injil Yohanes, 3: 27-30
  34. Kulaini, al-Kafi, 1407 H, jld. 1, hlm. 384; Shafar, Bashāir al-Darajat, 1404 H, jld. 1, hlm. 238; Makarim, Tafsir Nemuneh, 1373 S, jld. 13, hlm. 28.
  35. Majlisi, Bihār al-Anwār, 1363 S, jld. 3, hlm. 69.
  36. Jazairi, Qishāsh al-Anbiyā, 1381 S, hlm. 563.
  37. Karimi Syarudani, Hame Chiz Darbāreye Shaibin (Mandaiyan) , 1
  38. Allamah Thabathabai, al-Mizān fi Tafsir al-Qur'ān, 1417, jld. 14, hlm. 358.
  39. Karimi Syarudani, Hameh Chiz Darbareye Shaibin (Mandaiyan) 1.
  40. Qs al-Baqarah: 62; Surah al-Maidah: 69; Surah Haj: 17.
  41. Ramin Nejad, Mazār Hadhrat Yahya as.
  42. Ramin Nejad, Mazār Hadhrat Yahya as.

Daftar Pustaka

  • Al-Quran al-Karim
  • Asy'ari, Saad bin Abdullah. Tarikh Aqāid wa Madzāhib Syiah (al-Maqālāt wa al-firaq). Penerjemah: Yusuf Fadhai. Teheran: Muassasah Intisyarat Athai, cet. 1, 1371 HS.
  • Dailami, Hasan bin Muhammad. Irsyād al-Qulub ila ash-Shawab. Qom: Al-Syarif al-Radhi, cet. 1, 1412 H.
  • Husaini Syirazi, Muhammad. Tabyin al-Quran. Damaskus: Dar al-Ulum, 1423 H.
  • Rad, Ali. Riwāyāte Tafādhule Yunus as wa Yahya as; Ta'ārudh wa Rahkarha. Situs Hadis Syiah. 29 Esfand 1395 HS].
  • Ramin Nizad, Ramin. Mazar Hazrat Yahya as. Situs Rasikhun. 12 Day 1391 HS].
  • Karimi Syarwadani, Mahmud. Hameh Ciz darbare-e Shabiin (Maindaiyan) (1). 18 Mordad 1389 HS.
  • Ibnu Fahd Hilli, Jamaluddin Ahmad bin Muhammad. 'Iddah ad-Dā'i wa Najāh as-Sā'i. Tanpa tempat: Dar al-Kutub al-Islami, cet. 1, 1407 H.
  • Ibnu Qulawaih, Jakfar bin Muhammad. Kāmil az-Ziyārāt. Peneliti dan editor: Abdul Husain Amini. Najaf: Dar al-Murtadhawiyah, 1356 HS.
  • Ibnu Syahrasyub Mazandarani, Muhammad bin Ali. Manāqib Āl Abi Thalib. Qom: penerbit Allamah, cet. 1, 1379 HS.
  • Jazairi, Ni'matullah bin Abdullah. Dastāne Peyambarān, terjemahan kitab Qishash al-Anbiya Jazairi. Teheran: penerbit Had, cet. 1, 1380 HS.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kāfi. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1407 H.
  • Majlisi, Muhammad Taqi. Bihār al-Anwār. Teheran: Percetakan Islamiyah, 1389 H.
  • Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir al-Qummi. Peneliti dan editor: Musawi Jazairi, Sayid Qutub. Qom: Dar al-Kitab, cet.3, 1404 H.
  • Qutbuddin Rawandi, Said bin Hibatullah. Qishash al-Anbiya' as. peneliti dan editor: Ghulam Ridha Irfaniyan Yazdi. Masyhad: Markaz Pazuhisyha-ye Islami, cet. 1, 1409 H.
  • Shaffar, Muhammad bin Hasan. Bashāir ad-Darājāt fi fadhāil Āl Muhammad saw. Qom: Maktabah Ayatullah Mar'asyi Najafi, 1404 H.
  • Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Irsyād fi Ma'rifah Hujajillah 'ala al-Ibād. Qom: Kongres Syaikh Mufid, cet. 1, 1413 H.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Amāli. Beirut: A'lami, cet. 5, 1400 H.
  • Thabathabai, Muhammad Husain. Tafsir Al-Mizān. Penerjemah: Muhammad Baqir Musawi Hamedani. Qom: Daftare Tablighati Islami Hauzah Ilmiah Qom, 1374 HS.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayān fi Tafsir al-Quran. Pengantar Muhammad Jawad Balaghi. Teheran: Nasir Khosru, cet.3, 1372 HS.
  • Warram bin Abi Faras, Mas'ud bin Isa. Tanbih al-Khawāthir wa Nuzhah an-Nawāzhir yang lebih dikenal dengan Majmu'atu Warram. Qom: Maktabah al-Faqih, cet. 1, 1410 H.