Malam-malam di Peshawar (buku)

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
Malam-malam di Peshawar
http://en.wikishia.net
Judul AsliSyabhaye Peshawar (Persia: شبهای پیشاور)
PengarangSultan al-Wa'izhin Syirazi
BahasaPersia
SubyekDialog antara Sunni dan Syiah
Seri1 jilid
Diterbitkan olehDarul Kutub al-Islamiyah • Lembaga Internasional Sibthain
Tanggal Penerbitan1375 H/1952
CetakanTehran


Malam-malam di Peshawar (bahasa Arab: ليالي بيشاور) dalam membela dan melindungi kehormatan Syiah, sebuah buku yang berisi dialog ulama Syiah Sultan al-Wa'izhin Syirazi (1896-1971), dengan para ulama Sunni.

Buku ini telah diterbitkan dalam bahasa yang sederhana, bahasa Persia asli dan di beberapa jurnal lokal di Peshawar, Pakistan. Sultan al-Wa'izhin dalam pembahasannya, menggunakan buku-buku muktabar Ahlusunah seperti, Shihah al-Sittah dan Musnad Ahmad bin Hanbal.

Penulis

Sultan al-Wa'izin Syirazi (1314 H/1896-1391 H/1971) dalam berbicara nasehat, berkhotbah, dan berdebat merupakan seorang yang terampil. Dia lahir di Teheran pada tanggal 7 Dzulkaidah 1314/1896, dan kemudian pergi ke Atabat Aliyat untuk belajar mendalami ilmu dan pelajaran-pelajaran Islam. Dia juga banyak melakukan perjalanan ke luar Iran seperti perjalanan ke Mesir, Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina dan India, dari semua perjalanan yang ia lakukan, perjalannya ke Peshawar adalah kunjungannya yang terpenting, dimana debat dialognya yang terkenal terjadi di sana dan hal itu menyebabkan peningkatan pada reputasinya.

Dia di dalam perjalan-perjalanan yang ia lakukan selain berdakwah dan berbicara tentang nasehat dan peringatan ia juga mengadakan dialog dengan para ulama aliran dan mazhab; dia juga berdialog dengan ulama India di hadapan Gandi. Dia akhirnya meninggal di Teheran pada tanggal 17 Sya'ban 1391 H/8 Oktober 1971 di usianya yang ke-75 dan dimakamkan di pemakaman Abu Hussein, Qom. Menurut pernyataan penulis, banyak dari ulama, seperti Sayid Husain Thabathabai Burujirdi memuji penulis karena menulis buku Malam-malam di Peshawar. [1]

Motif Penulisan

Argumennya untuk menerbitkan perdebatan ini, membela Syiah melawan pecahnya intelektual seperti Kasravi dan lainnya. [2]

Penulis berulang kali menegaskan bahwa buku itu ditulis dengan motif mempromosikan Imamah dan menghilangkan keraguan yang telah ditinggalkan para musuh selama berabad-abad di dalam akal Sunni. Dia mengatakan bahwa dia telah menerbitkan buku ini tanpa ada keuntungan material. [3]

Daftar Isi

Buku Malam-malam di Peshawar mencakup 10 pertemuan dialog Sultan al-Wa'izhin dengan para ulama Ahlusunah; pertemuan dialog ini telah berlangsung di Peshawar dan di rumah Mirza Ya'qub Ali Khan Qizilbasy salah seorang tokoh penting Pakistan dan pertemuan ini berlangsung selama 10 malam. Menurut penuturan Sultan al-Wa'izhin, dalam proses dialog ini dan di penghujung malam terakhir 6 orang dari para tokoh penting dan terkenal Ahlusunah memilih dan menyatakan Syiah sebagai mazhabnya. [4]

  1. pertemuan pertama mencakup topik-topik seperti penentuan hubungan keluarga, alasan-alasan mengapa anak-anak Fatimah adalah keturunan Nabi, malapetaka tindakan-tindakan Bani Umayyah, tersingkapnya makam Imam Ali as dan Sadat Shirazi di Teheran.
  2. Penulis pada pertemuan kedua membahas arti Syi'ah dan hakikat ajaran Syiah. Dan juga menyinggung Syiahnya orang-orang Iran pada masa Khalifah, Dialamah, Ghazan Khan dan Shah Khudabandeh.
  3. Pertemuan ketiga mencakup penjelasan akidah Zaidiyah, Kaisaniyah, Syiah Imamiyah dan juga menyinggung hadis dari kalangan Ahlusunah tentang Rukyatullah (bahwa Allah dapat dilihat).
  4. Pertemuan keempat dialog ini membahas permasalahan-permasalahan seperti mengenal Imamah, mengungkap hakikat empat mazhab Ahlusunah, tidak adanya dalil untuk mengikuti empat mazhab, perbedaan antara para nabi, dan sebagainya.
  5. Pada pertemuan kelima, telah disampaikan pembahasan-pembahasan seperti kesamaan-kesamaan hal Amirul Mukminin as dengan Harun (saudara nabi Musa), hadis-hadis yang dengan jelas menjelaskan tentang kekhilafahan Ali as, kebohongan-kebohongan dan fitnah serta tuduhan ulama Ahlusunah kepada orang-orang Syiah, keikutsertaan Abu Hurairah dengan Busr bin Arthath dalam pembunuhan kaum muslim, tuduhan-tuduhan Ibnu Taimiyyah dan lain-lain.
  6. Pertemuan keenam membahas tentang keutamaan Imam Ali as, seperti penjelasan ayat mengenai Ali as, didikan Nabi saw atasnya, keterdahuluan Ali as dalam memeluk Islam, menjawab tanggapan kritik terhadap keimanan Ali as di masa kanak-kanak, pengakuan Umar akan keunggulan Ali as atas dirinya, tindakan-tindakan Imam Ali as yang menyebabkan keselamatan khalifah dan lain-lain.
  7. Kesatuan sensual Nabi saw dan Ali as, pengambilan saksi pada ayat Mubahalah, penjelasan Ganji Syafi'i mengenai hadis Tasybih, kritik atas perkataan Umar yang berkata bahwa: Kenabian dan kekuasaan tidak dapat berkumpul di satu tempat; kritik Zamakhshri terhadap Sunni, artikel Madame Inggris dalam keteraniayaan Imam Husain as dan karya-karya ziarah para imam termasuk di antara diskusi pertemuan ketujuh.
  8. Perbedaan antara Islam dan iman, tingkat keimanan, makam dan derajat Imam Ja'far al-Shadiq as, mengacu pada kematian Thabari, menghina Ali sama dengan menghina Nabi, dan lain-lainnya adalah termasuk hal-hal yang dibahas pada pertemuan kedelapan.
  9. Pada pertemuan kesembilan, kasus-kasus seperti tuduhan pelacuran terhadap Aisyah, dijamin masuk nerakanya istri Nabi Luth dan Nabi Nuh, dijamin masuk surganya istri Firaun, pelecehan Aisyah terhadap Nabi, penolakan Aisyah dari penguburan Imam Hasan as di sisi Nabi saw, sujud syukur dan kegembiraan Aisyah pada kesyahidan Amirul Mukminin adalah hal-yang dikaji pada pertemuan ini.
  10. Pertanyaan tentang posisi keilmuan Umar, pernyataan Umar setelah wafatnya Nabi saw bahwa Nabi tidak meninggal dunia, kesalahan Umar dalam menghukum rajam lima orang yang telah melakukan perzinahan, perintah Umar untuk merajam seorang wanita hamil dan Ali as melarangnya untuk melakukan hal tersebut, perintah Umar untuk merajam seorang wanita gila dan Ali as mencegahnya, seluruh ilmu pengetahuan ada pada Ali as, pembelaan Muawiyah kepada makam Ali as, dan topik-topik lainnya yang dibahas pada pertemuan terakhir. [5]

Metode

Sulthan al-Wa’izin menyusun dan mencetak buku ini dari laporan dan keterangan yang dicetak dalam koran-koran. [6] Dalam buku Syabhaye Pisyawar, pertemuan-pertemuan dimuat berdasarkan urutan waktu. Penulis menyebut dirinya dalam buku ini sebagai seorang da’i.[7] Menurut penuturan penulis, apa saja yang dibahas dalam dialog ini adalah deduksi dari ayat-ayat dan riwayat-riwayat yang valid dan muktabar, ungkapan dan ucapan para peneliti dan cendekiawan agama dan bantuan-bantuan alam gaib.[8]

Sumber-sumber

Penulis dalam buku ini menggunakan buku-buku sumber Ahlusunah yang valid dan muktabar.[9] Dia mengklaim bahwa seluruh argumentasi yang digunakan dalam buku ini, dikeluarkan dari buku-buku Ahlusunah yang valid dan rujukan-rujukan yang ia lakukan adalah teks-teks dari dalam. Dia berkata:

Salah satu keistimewaan buku ini adalah dari lembaran pertama sampai lembaran terakhir diambil dari referensi Ahlusunah kecuali beberapa riwayat yang dinukil dari ulama Syiah dan itupun juga merupakan hal yang di terima oleh mereka dan sesuai dengan kontrak yang ada (sebagaimana yang Anda lihat di halaman-halaman pertama buku ini) sama sekali saya tidak mengambil bukti dari riwayat-riwayat Syiah dan saya menjawab mereka dari lisan ulama mereka sendiri. [10]

Sebagian dari sumber-sumber buku ini adalah sebagai berikut:

Percetakan-percetakan

Penjelasan dialog Sultan al-Wa'izhin dengan para ulama Sunni dicetak pada tahun 1375 H,1952 di bawah pengawasan Ayatullah Burujerdi, dan sampai saat ini banyak penerbit yang telah berkali-kali menerbitkan buku ini.

Terjemahan

Buku ini telah diterjemahkan pada tahun 1419 H, oleh Hossein Mousavi ke dalam bahasa Arab yang fasih dan sederhana dengan judul "Layali Bisyāwar, Munāzarāt wa Hiwār". Buku ini memiliki prolog-prolog dari penerjemah, sebuah pengantar tentang perjalanan ke Sialkot, tentang Peshawar, topik pembahasan dan berkat-berkat mimbar yang selanjutnya membahas tentang terjemahan majelis pertemuan Sultan al-Wa'izhin selama 10 malam dari malam-malam Syakban.

Catatan Kaki

  1. Syabhaye Peshawar, Mukaddimah cetakan kedua, hlm.5.
  2. Syabhaye Peshawar, hlm.44.
  3. Syabhaye Peshawar, Muqaddimah cetakan kedua, hlm.5, Muqaddimah cetakan keempat, hlm.2.
  4. Syabhaye Peshawar, Pendahuluan, hlm.44.
  5. Syabhaye Peshawar, Daftar Isi, hlm.1037-1059.
  6. Syabhaye Peshawar, Pendahuluan, hlm.10.
  7. Syabhaye Peshawar, Pendahuluan, hlm.94.
  8. Syabhaye Peshawar, Pendahuluan, hlm.94.
  9. Syabhaye Peshawar, Pendahuluan, hlm.45.
  10. Syabhaye Peshawar, Pendahuluan, hlm.45.
  11. Syabhaye Peshawar, hlm.302, seluruh buku.

Daftar Pustaka

  • Sultan al-Wa'izhin Syirazi, Syabhaye Peshawar, Dar al-Kutub al-Islamiyah, cetakan ke-35, Tehran, 1993.