Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqas

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Ibnu Sa'ad)
Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqas
Nama lengkapUmar bin Sa'ad bin Abi Waqqash
Kerabat termasyhur• Sa'ad bin Abi Waqqash (ayah) • Mukhtar al-Tsaqafi (saudara Istri)
Wafat65/66/67 H
Penyebab
Wafat/Syahadah
Kebangkitan Mukhtar
EraYazid bin Muawiyah
Dikenal sebagaiKomandan pasukan Kufah dalam Tragedi Karbala • Orang yang pertama meluncurkan panah perang ke arah Imam Husain as dan sahabat-sahabatnya • Pemberi perintah menginjak badan Imam Husain as dengan kuda
Peran pentingKomandan pasukan Ibnu Ziyad
AktivitasMendorong ayahnya untuk mengklaim kekhalifahan dalam masalah arbitrase

Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash (bahasa Arab:عُمَر بن سَعد بن أبي وَقّاص) terkenal dengan Ibnu Sa'ad (Terbunuh pada 65 atau 66 atau 67 H) adalah pemimpin pasukan Ubaidillah bin Ziyad dalam Peristiwa Karbala. Pada mulanya ia dijanjikan untuk memperoleh jabatan gubernur Rei namun Ibnu Ziyad memberikan syarat untuk mendapatkan jabatan gubernur Rei ia harus berhadap-hadapan dengan Imam Husain as. Ia bersama dengan 4000 pasukan pergi ke Karbala. Ia adalah orang yang meluncurkan anak panah pertama kali ke arah pasukan Imam Husain as. Setelah syahadah Imam Husain as dan para sahabatnya, ia memerintahkan pasukannya untuk menginjak-injak badan suci Imam Husain as dengan kuda. Pada akhirnya ia tidak mendapatkan jabatan gubernur Rei dan pada tahun 66 H terbunuh ditangan Mukhtar Tsaqafi. Ia merupakan pribadi yang tercela menurut Syiah dan dalam ziarah Asyura ia termasuk orang-orang yang dilaknat.

Nasab dan Kelahiran

Umar adalah putra Sa'ad (Malik) bin Wahib yang terkenal dengan Sa'ad bin Abi Waqqash. Tanggal kelahirannya tidak diketahui secara jelas. Sebagian menyebutkan bahwa ia lahir pada zaman Nabi Muhammad saw. Dan sebagian lainnya mengatakan pada tahun ketika Umar bin Khattab (23 H/644) menjabat sebagai khalifah. [1] Menurut Thabari, ia pada tahun 17 H/638 M bersama dengan ayahnya, Sa'ad bin Abi Waqqash turut serta dalam pembukaan kota Irak. Ketika itu, ia masih remaja dan ia mendapat tugas dari ayahnya untuk membebaskan Ra'sul 'Ain. [2]

Anak-anak

  • Hafsh, yang terbunuh di tangan Mukhtar al-Tsaqafi bersama dengan ayahnya
  • Muhammad yang melakukan perlawanan dengan Abdurahman bin Muhammad bin Asy'at melawan perlawanan Hajaj bin Yusuf, kemudian terbunuh.
  • Amir, darinya dinukil hadis-hadis dalam literatur Ahlusunah, ia meninggal pada tahun 140 H
  • Mush'ab darinya dinukil hadis-hadis dalam literatur Ahlusunah, ia meninggal pada tahun 130 H
  • Musa [3]

Sebelum Peristiwa Karbala

Mendorong ayahnya untuk mengklaim jabatan khilafah

Ia pada tahun 37 H (657) pada saat terjadi peristiwa Hakamiyah antara Imam Ali as dan Muawiyah bin Abu Sufyan di Daumah al-Jandal, dan setelah melihat perbedaan pendapat antara pembesar-pembesar pasukan Imam Ali, menghampiri ayahnya dan mendorong untuk mengklaim kekhalifahan, namun ayahnya tidak menerimanya. [4]

Memberi kesaksian yang menyudutkan Hujr bin 'Adi

Pada tahun 51 H/671 M demi memenuhi keinginan Yazid ia bersama orang-orang lainnya memberikan kesaksian untuk menyudutkan Hujr bin 'Adi yaitu bahwa Hujr telah menyulut api fitnah dan kafir. Kesaksian ini menjadi alasan bagi Muawiyah untuk mengambil keputusan supaya Hujr dan para sahabatnya menemui kesyahidannya di Marju 'Adzra. [5]

Melaporkan Masuknya Imam Husain as ke Makkah

Khawarizmi mengutip dari Ibnu A'tsam al-Kufi (dalam sejarah, tidak ada Ibnu A'tsam seolah-olah naskah yang ada pada Khawarazmi berbeda dengan naskah-naskah lainnya) berkata: Ketika Husain bin Ali as melakukan hijrah dari Madinah ke Makkah dan berlindung di Makkah karena menghindari pemberian baiat kepada Yazid bin Muawiyah, Umar bin Sa'ad menjabat sebagai amir (atau amir haji) Makkah. Ketika ia melihat para jemaah haji di baitullah menyambut Imam Husain as, Umar pergi ke Madinah dan menulis surat kepada Yazid memberi tahu tentang kedatangan Imam Husain ke Makkah. [6]

Berkhianat kepada Muslim bin Aqil

Tulisan Asli: Muslim bin Aqil Pada tahun 60 H/680 M Muslim menjadi duta Imam Husain as pergi ke Kufah untuk mengambil baiat masyarakat kepada Imam Husain as. Ibnu Sa'ad menulis surat kepada Yazid dan menyarankan kepadanya bahwa jika dia tidak ingin Kufah pergi keluar dari kekuasaannya, dia harus memberhentikan Nu'man bin Bashir, gubernur Kufah pada waktu itu. [7] Kemudian Muslim bin Aqil ditangkap berdasarkan instruksi dari Ubaidullah bin Ziyad, di majelis Ubaidillah secara sembunyi-sembunyi menulis wasiat kepada Umar bin Sa'ad, namun ia membeberkan wasiat Muslim kepada Ubaidillah dan berkhianat kepada Muslim. [8]

Hadir di Karbala

Yang menyebabkan Ibnu Sa'ad menjadi terkenal dalam sejarah sebagian besarnya karena ia turut hadir dalam peristiwa Karbala yang menyebabkan Imam Husain as dan para pengikutnya syahid. Kejadian ini menjadikan Umar bin Sa'ad sebagai tokoh yang dibenci pada sepanjang sejarah. Setelah datangnya Ubaidillah bin Ziyad di Kufah, Ibnu Sa'ad dijanjikan akan diangkat menjadi gubernur Rei dan Dastabi (Padang pasir luas yang terhampar antara Rei dan Hamedan, pada masa kemudian Qazwin juga termasuk bagiannya). [9] Ketika itu, ia bertugas untuk memadamkan pemberontakan Dailamiyan. [10] Ia mendirikan kemah di luar Kufah dengan tentara sebanyak 4000 personal dan siap berangkat ke Rei, namun karena ada kabar tentang bergeraknya Imam Husain as ke Kufah, maka Ubaidillah bin Ziyad memanggilnya supaya berhadap-hadapan dengan Imam Husain as. Pada mulanya ia menolak ajakan itu, namun ketika Ubaidillah bin Ziyad mengancamnya bahwa ia harus memerangi Husain as atau memberikan jabatan gubernur Rei, maka ia menerima tugas baru itu dan bergerak menuju ke Karbala dengan pasukan yang dipimpinnya. [11]

Mengirim pesan untuk Imam Husain as

Ibnu Sa'ad pada hari ke-2 atau ke-3 Muharam al-Haram 61 H/680 M memasuki Karbala. Ia mengutus Qarah bin Qais Khandhali untuk menemui Imam dan menanyakan apa maksud kedatangannya ke Irak. Imam dalam menjawab pertanyaan itu berkata bahwa masyarakat Kufah mengundangku, oleh karena itu aku datang, jika mereka tidak mau, maka aku akan pulang.

Ibnu Sa'ad menuliskan jawaban Imam Husain as kepada Ubaidillah, namun orang-orang yang berada di sekitar Ubaidillah seperti Syimr bin Dzil Jausyan menganjurkan perang dengan Imam Husain as. Akhirnya Ubaidillah melarang Ibnu Sa'ad yang pada awalnya ingin berdamai dengan Imam Husain, dengan memberikan pilihan apakah akan berperang dengan Husain ataukah akan menyerahkan pemimpin pasukan kepada Syimr bin Dzil Jausyan. [12] Ibnu Sa'ad dalam menjawab surat Ubaidillah berkata kepada Syimr bahwa ia sendiri yang akan tetap menjadi pemimpin peperangan dan akan berperang melawan Husain.

Ia demi melaksanakan perintah Ibnu Ziyad, menjaga pinggiran sungai Furat dengan pasukan kuda yang berjumlah 5000 sehingga akan menghalangi pasukan Imam Husain as untuk mengambil air. [13]

Usaha Imam Husain as untuk menyelamatkan Umar bin Sa'ad

Imam Husain berbincang-bincang dengan Umar bin Sa'ad beberapa kali sehingga ia akan membatalkan rencana untuk memerangi Imam. Laporan sejarah dengan redaksi yang bermacam-macam telah dinukilkan untuk peristiwa ini. Pada salah satu pertemuan, Imam memberi pesan lewat Amru bin Qarazhah Anshari untuk disampaikan kepada Umar bin Sa'ad sehingga terjadi pertemuan antara dua pasukan itu pada malam hari. Umar bin Sa'ad dengan disertai 20 personel penunggang kuda dan Imam Husain dengan disertai pula oleh 20 personel penunggang kuda pergi ke tengah medan pertempuran. Imam meminta para sahabatnya untuk pergi kesamping medan peperangan dan Umar pun demikian. Pada saat itu, mereka berbicara antara yang satu dengan yang lain, percakapan antara Imam dan Umar pun berlangsung lama. Imam bertanya kepada Umar: Apakah kau tidak takut kepada Allah? Umar menjawab: "Aku takut jika rumahku rusak". Imam bersabda: "Aku akan menyediakan rumah bagimu". Umar berkata: "Mereka akan mengambil hartaku". Imam: "Aku akan memberikan yang lebih baik dari pada yang mereka berikan kepadamu". Umar bin Sa'ad pun diam dan tidak memberikan jawaban apa-apa. Imam sambil meninggalkan mereka bersabda: "Aku berharap kau tidak makan gandum Irak kecuali sedikit saja". [14] Umar bin Sa'ad berkata:" Apabila tidak ada gandum, maka akan ada ju (barley)". [15]

Permulaan Perang

Pada asar hari Tasu'a Umar bin Sa'ad naik kuda dan kepada pasukannya berteriak: "Hai pasukan-pasukan Allah! Naikilah kuda-kuda kalian semoga ada kabar gembira bagi Anda". Pasukan Kufah siap berperang. Ketika Imam Husain mengetahui maksud mereka, Imam meminta kepada mereka untuk diberikan kesempatan beribadah pada malam itu. Umar bin Sa'ad setelah bermusyawarah dengan pemimpinnya, menerima permintaan Imam Husain as. [16]

Berdasarkan nukilan sejarah, sebagian sumber sejarah pada subuh hari Asyura Imam berdiri dihadapan pasukan Kufah dan berkata-kata kepada mereka. Kemudian beliau memanggil Umar dan berkata kepadanya: "Hai Umar bin Sa'ad! Apakah kau akan membunuhku dan menganggap bahwa pezina dari anak pezina akan menjadikan kamu sebagai gubernur Rei dan Gurgan? Aku bersumpah demi Tuhan, kau tidak akan pernah mencapai hal itu". Umar marah setelah Imam Husain berbicara kepadanya dan kemudian membelakangi Imam dan kepada pasukannya berkata: "Menunggu apa lagi kalian! Seranglah mereka sekarang juga!". [17]

Kemudian Umar bin Sa'ad melepaskan anak panahnya ke arah pasukan Imam Husain dan berkata:"Saksikanlah bahwa aku orang pertama kali yang melepaskan anak panah". [18]

Kutukan Imam Husain

Setelah Ali Akbar as pergi ke medan peperangan, Imam mengutuk Umar bin Sa'ad: "Semoga Allah akan memutus keturunanmu (membunuh anakmu) dan seseorang akan menguasaimu dan kau akan mati di ranjang dengan kepala terpenggal". [19] Pada peristiwa perlawanan Mukhtar Umar bin Sa'ad terbunuh di tempat tidurnya, anaknya juga terbunuh.

Perintah menginjak badan suci Imam Husain as dengan kuda

Ketika Imam Husain as sedang mengalami luka yang sangat parah dan jatuh di atas bumi, Umar Sa'ad mendekati Imam Husain as dengan kudanya dan berdiri di atas kepala Imam Husain as. Ia kepada pasukannya berkata: "Selesaikan pekerjaan atasnya, penggallah kepalanya!". [20]

Setelah Imam Husain as syahid, ia memerintahkan kepada pendukungnya untuk menginjak-injak badan suci Imam Husain as dengan kuda-kudanya. [21] Pada tanggal 12 Muharram setelah menguburkan jasad-jasad pasukannya pergi ke Kufah dengan bersama keluarga Imam Husain as yang tertawan. [22] Ketika ia sampai dihadapan Ubaidillah bin Ziyad di Kufah, Ubaidillah ingin agar Umar menyerahkan kembali surat tentang perang dengan Imam Husain. Ibnu Sa'ad mengklaim bahwa surah itu telah hilang dan Ubaidillah berkata bahwa surat itu akan diambilnya dari Umar bin Sa'ad. [23]

Ibnu Sa'ad tidak memiliki apa-apa lagi, ia menggambarkan dirinya: "Tidak ada seorang pun yang kembali ke rumah dengan nasib buruk sepertiku karena aku mentaati penguasa yang zalim dan telah menginjak-injak keadilan dan memotong ikatan keluarga". [24]

Terbunuhnya Umar bin Sa'ad

Ibnu Sa'ad ketika terjadi perlawanan Sulaiman bin Shurad al-Khaza'i al-Kufi yang bertujuan untuk menuntut balas atas para pembunuh Imam Husain as pada tahun 65 H/684 karena ketakutan masyarakat akan mengejarnya untuk dibunuh, maka ia pada malam-malam hari tidur di Dar al-Imarah. [25] Kemudian ketika Mukhtar bin Abi Ubaid Tsaqafi pada tahun 66 H/685 mengadakan perlawanan guna menuntut balas atas darah Imam Husain dan telah menguasai Kufah, Umar bin Sa'ad melarikan diri bersama dengan Muhammad bin Asy'ats, orang yang juga hadir dalam perang melarikan diri. [26] Namun ketika perlawanan Mukhtar meletus, ia kembali ke Kufah dan dengan tokoh-tokoh yang melawan Mukhtar, ia mengambil kontrol masyarakat. Dengan kekalahan yang diderita oleh masyarakat Kufah, Ibnu Sa'ad lari ke arah Basrah dan diberikan perlindungan oleh Mush'ab bin Zubair. Mukhtar mengutus Abu Qulush Syabami, salah seorang komandannya, untuk mengejar mereka. Ia berhasil menangkap Ibnu Sa'ad dan membawanya ke hadapan Mukhtar. Ibnu Sa'ad dan anaknya, Hafsh bin Umar bin Sa'ad dibunuh atas perintah Mukhtar. Setelah kedua badan mereka dibakar, keduanya dikirim ke sisi Muhammad bin Hanafiyah di Madinah. [27]

Pada riwayat sejarah lain dituliskan bahwa pada awalnya, Mukhtar memberi ampunan kepada Umar bin Sa'ad melalui Abdullah bin Ja'dah bin Hubairah Mahzumi. [28] Karena saudari Mukhtar atau menurut perkataan lain, putri Mukhtar adalah istri Umar bin Sa'ad. [29] Namun karena Muhammad bin Hanafiyah keberatan atas tindakan ini, maka ia memerintahkan kepada salah seorang komandannya untuk menangkap Umar bin Sa'ad di rumahnya dan memenggal kepalanya. Ketika kepala Ibnu Sa'ad dibawa kehadapan majelis Mukhtar, anaknya, Hafsh yang sedang berada di dekat Mukhtar juga dibunuh. [30]

Allamah al-Majlisi pada Zad al-Ma'ad menjelaskan bahwa berdasarkan sebuah perkataan Umar bin Sa'ad terbunuh pada hari ke 9 Rabiul Awal di tangan Mukhtar bin Abu Ubaidah Tsaqafi. [31]

Perbedaan Ahlusunah Mengenai Ketsiqahannya

Ibnu Sa'ad meriwayatkan hadis dari ayahnya sendiri, Sa'ad [32] dan Abu Sa'id Khudri. [33] Orang-orang seperti: Ibrahim, anaknya, Abu Bakar bin Hafsh, cucunya, Abul Khitab Basri, Qatadah bin Da'amah Sadusi, Muhammad bin Muslim bin Syihab Zuhri, Abu Ishak Subai'i Hamedani, Amru bin Abdullah meriwayatkan hadis dari Umar bin Sa'ad. [34] 'Ajli menempatkan ia pada orang-orang yang tsiqah (dapat dipercaya). [35] Namun Ibnu Abi Khatim Razi[36] menukilkan bahwa Yahya bin Mu'in berkata: "Bagaimana mungkin pembunuh Imam Husain as dinilai sebagai orang-orang yang terpercaya". Ibnu Hajar disamping dalam Taqrib [37] menilai bahwa ia sebagai orang-orang yang terpercaya namun dalam Tadzib [38] menulis bahwa para muhadits kami yang menukilkan riwayat dari Umar bin Sa'ad diprotes oleh orang-orang.

Catatan Kaki

  1. Ibnu Hajar, Tahdzib, jld. 7, hlm. 451.
  2. Thabari, Tarikh, jld. 5, hlm. 34.
  3. Al-Ma'arif, hlm. 244.
  4. Thabari, Tarikh, jld. 5, hlm. 67.
  5. Thabari, Tarikh, jld. 5, hlm. 269, 272-276.
  6. Khawarizmi, jld. 1, hlm. 190.
  7. Thabari, Tarikh, jld. 5, hlm. 356.
  8. Dinawari, al-Akbār al-Thiwāl, hlm. 241.
  9. Dainawari, al-Akbār al-Thiwāl, hlm. 241.
  10. Ibnu Faqih, hlm. 253.
  11. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 176-177.
  12. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 177-187, 411-415; Thabari, Tarikh, jld. 5, hlm. 409-417; Mufid, hlm. 439-439.
  13. Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 312.
  14. Ibnu A'tsam, al-Futuh, jld. 5, hlm. 92-93.
  15. Khawarizmi, Maqtal al-Husain, jld.1, hlm. 245
  16. Khwarizmi, Maqtal al-Husain, jld. 1, hlm. 249.
  17. Khawarizmi, Maqtal al-Husain, jld. 1, hlm. 6-8.
  18. Tarikh Thabari, jld. 5, hlm. 429.
  19. Khawarizmi, Maqtal al-Husain, jld. 2, hlm. 30.
  20. Ibnu A'tsam, al-Futuh, hlm. 911.
  21. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 204.
  22. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 204-206.
  23. Thabari, Tarikh, jld. 5, hlm. 467.
  24. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 211.
  25. Thabari, Tarikh, jld. 5, hlm. 587.
  26. Dinawari, al-Akbār al-Thiwāl, hlm. 298.
  27. Dinawari, al-Akbār al-Thiwāl, hlm. 300-301; Ya'qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 259.
  28. Khawarizmi, Maqtal al-Husain, hlm. 2, hlm. 220.
  29. Khawarizmi, jld. 2, hlm. 220.
  30. Ibnu Abdurabbih, 'Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 404-405.
  31. Al-Majlisi, Zād al-Ma'ād, hlm. 258.
  32. 'Ajli, Tārikh al-Tsiqāt, hlm. 357.
  33. Ibnu Hajar, Tahdzib, jld. 7, hlm. 450.
  34. Ibnu Abi Hatam, hlm. 3, hlm. 111; Ibnu Hajar, Tahdzib, jld. 7, hlm. 450.
  35. 'Ajli, Tārikh al-Tsiqāt, hlm. 3.
  36. Razi, al-Jarhu wa al-Ta'dil, jld. 3, hlm. 111-112.
  37. Ibnu Hajar, jld. 2, hlm. 56.
  38. Shaduq, jld.7, hlm. 451.

Daftar Pustaka

  • Ibnu Abi Khatam Razi, Abdurahman. Al-Jarhu wa al-Ta'dil. Hyderabad, Dekkan: 1372/1952.
  • Ibnu Hajar, Ahmad. Taqrib al-Tahdzib. Dihimpun oleh Abdul Wahab Abdul Latif, 1395/1975.
  • Ibnu Hajar.Tahdzib al-Tahdzib. Hyderabad, Dekkan: 1325/1907.
  • Ibnu Abdarabbih, Ahmad. Aqd al-Farid. Dihimpun oleh Ahmad Amin dkk, 1402/1082.
  • Ibnu Faqih, Ahmad. Mukhtashar al-Buldān. Leiden: 1302/1885.
  • Ibnu Qutaibah, Abu Muhammad Abdullah bin Muslim. Al-Ma'arif. Riset: Tsarwat 'Akasyah. Kairo: Ilahiyah al-Misriyah al-Amah lil Kitab, cet. II, 1992.
  • Baladzuri, Ahmad. Ansāb al-Asyrāf. Dihimpun oleh: Muhammad Baqir Mahmudi. Beirut: 1397/1977.
  • Khawarizmi, Mawafaq. Maqtal al-Husain. Qom: 1376/1957.
  • Dinawari, Ahmda. Al-Akhbār al-Thiwāl. Dihimpun oleh: Abdul Mun'im Amar dan Jamaluddin Syiyal. Baghdad: 1379/1959.
  • Thabarsi, Fadhl. I'lām al-Wara. Dihimpun oleh Ali Akbar Ghifari. Beirut: 1399/1979.
  • Thabari, Muhammad. Al-Tārikh. Dihimpun oleh: Abul Fadhl Ibrahim. Beirut: 1960/1968.
  • Ajali, Ahmad bin Abdullah. Tārikh al-Tsiqāt. Dihimpun oleh Abdul Mu'thi Qal'aji. Beirut: 1405/1985.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Zād al-Ma'ād. Beirut:Muassasah al-A'lami li al-Mathbuat, cet. I, 1423 H.
  • Ya'qubi, Ahmad. Tārikh. Beirut: Dar Shadir, 1379 H.