Husain bin Ruh al-Naubakhti

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Sahabat Imam
Husain bin Ruh al-Naubakhti
Makam Husain bin Ruh di Baghdad
Nama LengkapAbu Qasim Husain bin Ruh Naubakhti
Sahabat dariImam Hasan Askari as
JulukanAbu al-Qasim
GelarNaubakhti, Ruhi, Qommi
Tempat TinggalSamarra, Irak • Baghdad
Wafat/Syahadah18 Sya'ban, 326 H/938
Tempat dimakamkanNaubakhtiyah, Baghdad
Karya-karyaAl-Ta'dib
AktivitasWakil Ketiga Imam Mahdi afs


Husain bin Ruh Naubakhti (bahasa Arab: حسين ابن روح النوبختي) meninggal tahun 326 H/938, adalah Wakil Khusus Ketiga dari empat wakil khusus Imam Mahdi afs dan memegang posisi tersebut selama 21 tahun (305-326 H). Ia dikenal sebagai salah seorang sahabat Imam Hasan al-Askari as dan juga sahabat dekat wakil kedua Imam Mahdi afs di Bagdad. Muhammad bin Usman pada hari-hari terakhir hidupnya, atas perintah Imam Mahdi afs mengangkat Husain bin Ruh sebagai penggantinya. Setelah beberapa lama pada 5 Syawal 305 H, untuk pertama kalinya keluar pesan dari Imam Mahdi afs yang menegaskan penetapan Husain bin Ruh sebagai wakilnya. Pada awal menjadi wakil Imam Mahdi afs, Husain bin Ruh mendapatkan posisi dan kehormatan khusus dalam pemerintahan Abbasiyah, namun setelah beberapa lama ia mengalamai kesulitan yang mengharuskannya untuk hidup dalam persembunyian, kemudian dia mengalami pemenjaraan selama 5 tahun.

Diantara peristiwa penting periode kegaiban pada masa Husain bin Nuh adalah adanya fitnah Syalmaghani, yaitu wakil yang dipercaya Husain bin Nuh namun melakukan penyimpangan akidah sehingga muncul surat dari Imam Mahdi afs yang melaknatnya.

Kedudukan ilmiah Husain bin Ruh al-Nubakhti diyakini istimewa karena telah menghasilkan kitab-kitab fikih dan piawai dalam perdebatan ilmiah. Dalam sumber-sumber riwayat dituliskan bahwa ia memiliki sejumlah karamah.

Lahir

Tahun kelahiran Husain bin Ruh tidak diketahui. Kunyahnya Abu al-Qasim. Di antara gelar-gelarnya yang disebutkan dalam sumber-sumber adalah Naubakhti, Ruhi[1] dan Qummi.[2]Ia dimungkinkan berasal dari kota Qom, hal ini berdasarkan dialektika (lahjah) bahasa Persianya menggunakan dialektika warga Ābih (dekat Saveh) dan kedekatannya dengan warga di sana.[3][4][5]Namun dalam kebanyakan sumber ia lebih terkenal dengan Naubakhti. Penyandaran dia pada keluarga Naubakhti besar kemungkinan dari garis ibunya. [6] Sebagian ahli sejarah mengatakan, bahwa dia berasal dari keturunan bani Naubkaht Qom dan pada masa Wakil Pertama melakukan hijrah ke Baghdad.[7]

Keluarga Naubakhti

Keluarga Naubakhti adalah keluarga asli Iran dan senantiasa bersahabat dan bersama khalifah-khalifah Abbasi. Kelincahan dan kekuatan politiknya membuat dia memiliki status sosial yang dengannya mampu berperan aktif dalam mengembangkan pemikiran Syiah dan membela mereka.

Dalam satu dekade pertama pemerintahan Muqtadir, Husain bin Ruh belum diketahui menjadi Wakil Khusus Imam Mahdi as. Dalam waktu ini ia dihormati pihak istana kekhilafahan. Salah satu faktor penghormatan ini adalah sikap hati-hati Husain bin Ruh yang berupaya menjauhkan diri dari pemberontakan-pemberontakan masa itu seperti gerakan Qaramithah. Faktor lain adalah penisbatan dia kepada keluarga Naubakht yang mana sejak periode Manshur (masa khilafah: 136-158 H/753-775) punya pengaruh dalam tubuh dinasti Abbasiyah, dan hal ini berlangsung sampai pemerintahan Muqtadir. Menteri Muqtadir saat itu adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad, dari keluarga Furat yang dalam sejarah terkenal bermazhab Syiah. [8]

Dari pernyataan Ibnu Maskawaih (sejarawan Islam) dapat ditangkap bahwa Ibnu Furat pada periode awal kementerian berpolitik menarik orang-orang pada dirinya[9]; tidak mustahil ia menjadi mediator ikatan dekat Husain bin Ruh dengan penguasa khilafah. Putri Muhammad bin Utsman 'Amri, menukil: "Pada zaman ini kewajiban-kewajiban harta keluarga Furat sampai ke tangan Husain bin Ruh". [10]

Persembunyian Husain bin Ruh

Husain bin Ruh setelah diangkat menjadi Wakil Khusus Imam Mahdi afs terpaksa harus sembunyi. Sumber-sumber Imamiyah berbicara tentang menghilangnya dia dari pandangan mata sebelum terjadi penangkapan. Waktu kejadian itu secara detail tidak jelas; ada kemungkinan antara tahun 306 H/918 hingga 311 H/923 pada masa kementerian Hamid bin Abbas. Lama masa persembunyiannya dan sebabnya tidak jelas. Sesuai data yang ditulis Syekh Thusi, pada masa ini Syalmaghani menjabat sebagai wakil dan perantara dia dengan masyarakat. [11] Namun Syalmaghani setelah beberapa waktu condong pada pemikiran reinkarnasi dan Ghulat, akhirnya Husain bin Ruh menurunkan dia dari jabatannya.

Fitnah Syalmaghani

Salah satu kejadian penting yang terjadi di masa perwakilan Husain bin Ruh adalah fitnah yang dimunculkan oleh Abu Ja'far Muhammad bin Ali Syalmaghani terkenal dengan Ibnu Azaqir. Dia termasuk ulama Syiah di Baghdad dan kerabat dekat Husain bin Ruh, dan Husain bin Ruh punya peran dalam merevisi buku fikihnya, al-Taklif. [12]

Masalah yang lebih penting dari masalah lainnya adalah ketika Husain bin Ruh selama lima tahun menghilang dari masyarakat, mengangkat Syalmaghani sebagai wakilnya. Namun dia dengan menyalahgunakan posisinya, pertama mengenalkan dirinya sebagai Husain bin Ruh dan bahkan di akhirnya mengaku nabi dan Tuhan. Dengan terangnya penyimpangan Syalmaghani, Husain bin Ruh yang terkurung dalam penjara melarang orang Syiah menjalin hubungan dengannya dan pada tahun 312 H keluar surat resmi (tauqi') Imam Mahdi afs tentang pelaknatannya. [13] Surat resmi ini diumumkan secara terang-terangan pada tahun 317 H/929. Akhirnya di tahun 322 H/934 atau 323 H/935 atas putusan khalifah Syalmaghani dieksekusi. [14]

Posisi Husain bin Ruh

Ummu Kultsum anak perempuan Abu Ja'far dalam sebuah riwayat menjelaskan secara terperinci tentang peran menonjol Husain bin Ruh dan kedudukannya yang tinggi di kalangan orang-orang Syiah di masa Ayahnya, Abu Ja'far. [15] Husain bin Ruh disaat keluarga Furat duduk dikursi kementerian Muqtadir Abbasi dan pro kepada orang-orang Syiah juga punya pengaruh di dalam tubuh kekhilafahan. Akan tetapi dengan naiknya Hamid bin Abbas yang mendukung para penentang Syiah, Husain bin Ruh berhadapan dengan beberapa problem. Dari tahun 311 H dimana Hamid bin Abbas menjabat hingga tahun 317 dimana Husain bin Ruh dibebaskan dari penjara, tidak ada laporan detail tentang riwayat hidupnya. Kita hanya tahu bahwa Husain bin Ruh dari tahun 312 H hingga tahun 317 H hidup di penjara. [16] Setelah itu hingga bulan Sya'ban tahun 326 H- tahun wafat- ia mempunyai kedudukan tinggi di Baghdad dan karena pengaruh keluarga Naubakhti di dalam tubuh pemerintahan maka tidak ada orang yang menggangu Husain bin Ruh. Husain bin Ruh menurut pengakuan lawan dan kawan adalah paling pintar dan dewasanya orang pada zamannya. [17]

Pemenjaraan Wakil Kedua Imam Zaman afs

Kubah makam Husain bin Ruh Naubakhti di daerah Naubakhtiyah, Baghdad

Husain bin Ruh Naubakhti menghabiskan umurnya selama 5 tahun masa perwakilan khususnya dari Imam Zaman afs, yakni dari tahun 312 H sampai tahun 317 H di dalam penjara Muqtadir, khalifah Abbasi.

Salam 25 tahun masa kekhilafahan Muqtadir ada 12 menteri yang dipilih yang mana sebagian mereka dua atau tiga kali periode menjabat menteri. Di tahun-tahun ini, penyitaan harta merupakan hal biasa dimana Abu Hasan bin Furat yang selama tiga periode menjadi menteri Muqtadir membuat dewan khusus menarik penghasilan harta sitaan, dan ia mengabulkan supaya sebagian dari harta-harta ini setiap harinya diberikan kepada Khalifah, ibu dan anak-anaknya. Pada periode ini, jabatan kementerian diberikan kepada orang yang mau memenuhi kebutuhan keuangan pemerintah.

Alasan ditangkapnya Husain Ruh juga masalah ini, dimana ia menolak untuk memberikan kewajiban-kewajiban harta orang-orang Syiah kepada dewan pemerintah. Oleh sebab inilah ia dipenjara selama lima tahun oleh Muqtadir Abbasi. [18]

Kedudukan Keilmuan dan Keramat

Husain bin Ruh menulis sebuah kitab dalam fikih dengan nama al-Ta'dib dan mengirimnya ke Hawzah hadis Qom untuk dikoreksi dan memperlihatkan pendapatnya serta memohon dari ulama di sana untuk mencatat berbagai permasalahan yang bertentangan dengan pendapat mereka. Setelah ulama Qom mengevaluasi kandungan kitab tersebut, selain satu masalah mereka menyetujuinya lalu mengirimnya kembali kepadanya. [19]

Pada masa perwakilannya, ia pernah mengadakan beberapa dialog yang hal ini secara terperinci dimuat dalam sumber-sumber riwayat. [20][21][22] Jawaban-jawaban Husain bin Ruh yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dalam dialog ini menunjukkan penguasaan dia terhadap persoalan-persoalan agama dan juga kapabilitas keilmuannya. [23]

Dia juga menukil banyak riwayat.[24] Syekh Thusi menyebut ziarah Rajabiyah yang dinukil oleh Husain bin Ruh Nubakhti.[25]

  • Keramat-keramat

Dalam beberapa sumber dinukil berbagai keramat dari Husain bin Ruh. Untuk mengangkat keraguan pihak lawan atau untuk mengukuhkan pendapatnya terkadang dia membuka sebagian rahasia dan menyingkap sebagian rumus-rumus. Surat Ali bin Babawaih, ayah Syekh Shaduq kepada wakil ketiga agar supaya cepat dikaruniai anak dan permintaan doa Imam Mahdi afs,[26] atau surat lain Ibnu Babawaih (ayah Syekh Shaduq) untuk menentukan tugasnya dalam perjalanan haji, [27] berita akan kematian Ahmad bin Ishaq al-Qummi,[28]pemberitaan batang emas yang hilang kepada Muhammad bin Hasan Shairafi [29] dan hadis-hadis lain yang dinukil adalah di antara contoh-contoh tersebut.

wafat

Husain bin Ruh Naubakhti wafat pada tanggal 18 Sya'ban tahun 326 H/938. Kuburannya tertelak di daerah Nubakhtiyah di pasar Attharan atau Syurjah di Baghdad, kini menjadi tempat ziarah orang-orang Syiah. [30]

Baca Juga

Catatan Kaki

  1. Thusi, al-Ghaibah, hlm.225
  2. Kassyi, Rijal Kassyi, hlm.557
  3. Ibnu Babawaih, Kamaluddin wa Tamam al-Ni'mah, jld. 2, hlm. 503-504
  4. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm.195
  5. Iqbal Astiyani, Khandāne Naubakhti, hlm.214
  6. Iqbal Asytiyani, 'Khandāne Naubakhti, hlm. 214
  7. Jasim Husain, Tarikh Siyasi Ghaibate Imame Dawozdahum, hlm.192
  8. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 272
  9. Ibnu Maskawaih, Tajārub al-Umam, jld. 1, hlm. 647
  10. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 372
  11. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 372
  12. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 227, 239, 252, 252
  13. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 187, 252-253; lihat juga: Thabrisi, Fadhl bin Hasan, I'lām al-Wara bi A'lām al-Huda, jld. 2, hlm. 290
  14. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 254
  15. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 227
  16. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 109
  17. Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 112
  18. Qurthubi, Arib bin Said , Dunbale-e Tarikh Thabari, hlm. 6926
  19. Amin, A'yān al-Syiah, jld.6, hlm.22
  20. Thusi, al-Ghaibah, hlm.324, 373, 378, 388 dan 390
  21. Shaduq, Kamaluddin, jld.2, hlm.519
  22. Majlisi, Bihar al-Anwār, jld.53, hlm.192
  23. Shadr, Tarikh al-Ghaibah, jld.1, hlm.483
  24. Khui, Mu'jam Rijal al-Hadits, jld.5, hlm.236
  25. Thusi, Mishbah al-Mutahajjad, hlm.821
  26. Najasyi, Rijal Najasyi, hlm.261
  27. Majlisi, Bihar al-Anwār, jld.51, hlm.293
  28. Shaduq, Kamaluddin, jld.2, hlm.518 dan 519
  29. Majlisi, Bihar al-Anwār, jld.51, hlm.342
  30. Shuli, Akhbar al-Radhi Billah wa al-Muttaqi Lillah, hlm. 104; Thusi, al-Ghaibah, hlm. 238

Daftar Pustaka

  • Ibnu Babawaih (Syekh Shaduq). Kamaluddin wa Tamam al-Ni'mah. Qom: percetakan Ali Akbar Ghaffari, 1404 H.
  • Ibnu Maskawaih. Tajārub al-Umam. Terjemahan Ali Naqi Manzawi. Teheran: Nasyr Tus, 1418 H.
  • Iqbal Asytiyani, Abbas. Khandāne Naubakhti. Teheran: 1386 H
  • Shuli, Muhammad Yahya. Akhbār al-Radhi Billah wa al-Muttaqi Lillah. Beirut: Haiwarats Dan, 1399 H/1979.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. I'lām al-Wara bi A'lām al-Huda. Riset Ali Akbar Ghaffari. Beirut: Dar al-Makrifah, 1399 H
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Rijal Kassyi (Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal). Masyhad: Danesygah Masyhad, 1389 H
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Ghaibah. Teheran: Maktabah Nainawa
  • Qurthubi, Arib bin Said.Dunbaleh Tarikh Thabari. Terjemahan Abu Qasim Paybandih. Teheran: Bonyad Farhang Iran, 1395 H