Hijrah ke Madinah

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Hijrah Nabi ke Madinah)

Hijrah ke Madinah,(bahasa Arab: الهجرة النبوية ) hijrah Rasulullah saw dan sejumlah kaum muslim dari Mekah ke Yatsrib, pada tahun ke-13 kenabian. Alasan utama hijrah kaum muslim ke Yatsrib adalah supresi dan penindasan kaum musyrik Mekah dan baiat 'Aqabah penduduk Yatsrib dengan Nabi saw untuk membela kaum muslim, jika beliau berhijrah ke kota tersebut. Pada masa kekhilafahan khalifah kedua secara resmi menjadi awal penanggalan kaum muslim.

Pertempuran Kabilah-kabilah Yatsrib

Sebelum Rasulullah saw hijrah ke Yatsrib, telah terjadi pertempuran-pertempuran yang berkepanjangan antara kabilah Yatsrib, semisal Aus dan Khazraj. Pertempuran Bu’ats (sengketa terakhir Aus dan Khazraj) telah mengusik kedua belah pihak, dan setelah gencatan senjata, telah menyiapkan konteks psikologis lazim untuk pengaruh dan penyebaran Islam di Yatsrib. [1] Sampai-sampai dua tahun berikutnya, pertemuan berturut-turut penduduk Yatsrib dengan Rasulullah saw pada musim haji (sepuluh sampai duabelas Bi’tsah) berujung pada baiat 'Aqabah pertama dan kedua dan pada akhirnya hijrah beliau dan sejumlah kaum muslim lainnya ke Yatsrib. [2]

Awal Hijrah Kaum Muslim ke Yatsrib

Setelah baiat 'Aqabah dan pulangnya 75 orang baiat A’qabah kedua ke Madinah serta kaum Quraisy akan mengetahui ajakan dan baiat yang dilakukan oleh Aus dan Khazraj dengan Rasulullah saw, maka represi penindasan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin semakin intensif, sampai-sampai kehidupan di Mekah bagi kaum muslim amatlah sukar, sampai akhirnya mereka meminta izin kepada Nabi untuk berhijrah dan Nabi pun mengizinkan mereka untuk pergi menuju Madinah dan pergi menemui para saudaranya, Anshar dan berkata kepada mereka, "Allah swt menjadikan untuk kalian saudara dan tempat aman di situ." [3]

Menurut riwayat, kaum muslim berangkat menuju Madinah secara berkelompok-kelompok dan Rasulullah tetap tinggal di Mekah sambil menanti izin dari Allah. Hijrah kaum muslim ke Madinah dimulai bulan Dzulhijjah, tahun 13 dari kenabian. [4]

Ayat-ayat Hijrah

Telah diturunkan beberapa ayat terkait hijrah ke Madinah dan peristiwanya, diantaranya:

  • "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya." (QS. Al-Anfal: 30)
  • "Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya". (QS. Al-Baqarah: 207)
  • "Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS. Yasin: 9)
  • "Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah: 40)
  • "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa: 97)

Para Muhajir Pertama

Pendapat terkait para muhajirin pertama ke Madinah amatlah beragam. Nampaknya orang pertama dari kalangan sahabat Rasulullah saw yang pergi ke Yatsrib, adalah anak paman beliau, Abu Salamah, yang kembali dari Habasyah dan datang ke Mekah. Saat Quraisy menganiayanya dan mendapat berita bahwa masyarakat Madinah telah memeluk Islam, satu tahun sebelum baiat 'Aqabah kedua ia berhijrah ke Madinah. Setelah itu disusul oleh ‘Amir bin Rabi’ah, bersama istrinya Laila binti Abu Hasymah al-Adawi, Abdullah bin Jahsy bin Riab al-Asadi, dengan keluarga dan saudaranya Abu Ahmad bin Abd bin Jahsy; dengan demikian rumah Bani Jahsy kosong dan tidak ada seorangpun yang mendiaminya. [5][6]

Abu Salamah, ‘Amir, Abdullah dan saudaranya, semuanya memasuki Quba, menemui kabilah Bani Amr bin ‘Auf bin Mubasyyir bin Abdul Mundzir. Kemudian para muhajir tiba di Madinah secara berkelompok-kelompok, seperti suku Bani Ghanam bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah, baik laki-laki maupun perempuan mereka semua berhijrah.

Selain Abdullah dan saudaranya: ‘Ukasyah bin Mihshan, Syuja’ dan ‘Uqbah putra Wahab, Arbad bin Humayyir, Munqiz bin Nubatah, Said bin Ruqaisy, Muhzir bin Nadhlah, Yazid bin Ruqaisy, Qais bin Jabir, ‘Amr bin Mihshan, Malik bin ‘Amr, Shafwan bin ‘Amr, Tsaqf bin ‘Amr, Rabi’ah bin Aktsam, Zubair bin Ubaidah, Tammam bin Ubaidah, Sakhbarah bin ‘Ubaidah, Muhammad bin Abdullah bin Jahsy, dan dari kalangan wanita: Zainab binti Jahsy, Ummu Habib binti Jahsy, Jazzamah binti Jandal, Ummu Qaisy binti Mihshan, Ummu Habib binti Tsumamah, Aminah binti Ruqaisy, Sakhbarah binti Tamim, Hamnah binti Jahsy. Kemudian Umar bin Khattab dan ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah al-Makhzumi. [7]

Keputusan Quraisy untuk Membunuh Rasulullah saw

Karena baiat Aqabah kedua berlangsung pada bulan Dzulhijjah tahun ke-13 kenabian dan kemudian dalam waktu kurang dari tiga bulan, mayoritas sahabat Rasulullah saw berangkat menuju Madinah, dan para lelaki Quraisy mengetahui Yatsrib menjadi markas dan pelindung beliau dan para sahabatnya, dan masyarakat Madinah siap bertempur dengan para musuh beliau, maka mereka mengkhawatirkan hijrahnya Rasulullah saw. Dengan demikian untuk membendung hal tersebut, diselenggarakanlah sebuah pertemuan pada akhir bulan Shafar tahun 14 dari kenabian di Dar al-Nadwah. Kemudian dipilih seseorang dari setiap kabilah, guna mengambil keputusan yang berkaitan dengan Nabi saw. Saat itu ada seorang lelaki tua berdiri di depan pintu dan ketika hendak memasuki Dar al-Nadwah mengatakan, bawalah aku serta ke dalam. Mereka mengatakan, siapakah engkau wahai bapak tua? Ia menjawab, aku orang tua dari Mudhir dan aku punya pendapat yang akan membimbing kalian.

Lantas semuanya masuk dan duduk kemudian saling bermusyawarah satu sama lainnya, sementara laki-laki tua tersebut juga ikut duduk. Setelah membahas, mereka berpendapat Rasulullah harus dikeluarkan. Ia mengatakan, pendapat ini tidak bagus, jika kalian mengeluarkannya, ia akan mengumpulkan pasukan dan akan memerangi kalian. Mereka menjawab, benar apa yang kamu katakan, pendapat ini tidak bagus. Karena inilah kita saling bermusyawarah dan memutuskan untuk memenjarakannya.

"Pendapat ini tidak bagus," ucapnya. Jika kalian melakukan hal tersebut, dengan bertolak bahwa Muhammad saw adalah seseorang yang bertutur manis, maka lambat laun akan merusak anak-anak dan budak kalian, dan jika merusak saudara, anak-anak dan istri kalian, lantas apa gunanya penjara baginya? Kemudian mereka bermusyawarah dan bersepakat untuk membunuh beliau dan untuk hal ini mereka memilih para remaja dari setiap kabilah, yang akan menghunuskan pedang kepada Nabi. [8]

Lailatul Mabit

Pada malam Kamis, tanggal 1 bulan Rabiul Awwal (tahun ke-14 dari kenabian), Rasulullah saw keluar dari Mekah dan pada malam itu, Ali as berbaring di tempat tidurnya dan malam itu dinamakan dengan Lailatul Mabit.

Alasannya juga adalah Rasulullah saw mengetahui intrik kaum musyrik untuk meneror, dimana sebagian orang berpendapat ayat "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya." (QS. Al-Anfal: 30) terkait pemberitahuan kepada Rasulullah saw akan intrik tersebut.

Lailatul Mabit adalah malam dimana Rasulullah saw dengan perintah Allah berhijrah dari Mekah menuju Madinah dan dikarenakan keputusan para pemimpin Quraisy untuk membunuh Nabi, maka Rasulullah meminta Ali as agar berbaring di tempat tidurnya dan kaum musyrik tidak sadar dengan ketidakhadiran beliau. Terkait keagungan pengorbanan Ali as, Allah menurunkan ayat, "Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (QS. Al-Baqarah: 207)

Hadir di Gua Tsaur

Pada malam pertama Rabiul Awwal, Rasulullah saw bergerak menuju gua Tsaur dan Abu Bakar bin Quhafah juga menyertai Nabi dan setelah tiga hari tinggal di dalam gua, pada malam ke-4 Rabiul Awwal beliau berangkat menuju Madinah.

Awal keikutsertaan Abu Bakar dengan Rasulullah saw tidaklah terlalu jelas dan sebagian berpendapat, beliau saw secara kebetulan melihat Abu Bakar di jalan dan beliaupun mengajaknya. [9] Demikian juga dinukilkan, pada malam penyerangan kaum musyrik, Rasulullah saw pergi ke rumah Abu Bakar dan dari situ beliau bergerak menuju gua Tsaur. [10] Pendapat ketiga menjelaskan bahwa Abu Bakar mendatangi beliau saw dan Ali as menunjukkan tempat persembunyian beliau. [11]

Aksi-aksi Imam Ali as

Imam Ali as tetap bersabar setelah keberangkatan Rasulullah saw ke gua Tsaur sampai tiba malam berikutnya. Imam Ali bersama Hind bin Abi Halah bergerak menuju gua untuk menemui Nabi saw dan di situ Rasulullah saw memerintahkan Hind supaya membelikan dua onta untuk dirinya dan yang menyertainya. Abu Bakar berkata, ya Rasulullah, aku telah menyiapkan dua tunggangan untuk diriku dan dirimu sehingga dengannya kita pergi ke Madinah. Rasulullah saw berkata, aku tidak menerima keduanya, dan bahkan salah satunya, kecuali aku membelinya. Abu Bakar berkata, terserah engkau. Dan beliau memerintahkan Ali as agar memberikan seharga onta dan kemudian berpesan kepadanya supaya mengembalikan amanat dan menunaikan janji-janji beliau. Ali as menetap di Mekah tiga hari tiga malam dan menghantarkan amanat-amanat masyarakat kepada pemiliknya yang ada pada Rasulullah, dan ketika semuanya selesai lantas beliau berhijrah ke Madinah dan bersama Rasulullah menginap di rumah Kultsum bin Hadm. [12]

Pengejaran Rasulullah saw

Quraisy saat gagal menjalankan rencananya, mereka berupaya mengejar Rasulullah sebelum tiba ke Madinah. Karenanya, mereka membuntuti jejak beliau sampai tiba di gua. Salah satu dari mereka mengatakan, mereka tidak melewati sini, atau naik ke langit atau masuk ke bumi. Menurut sebagian riwayat, Allah memerintahkan laba-laba, sehingga dengan sarang-sarangnya menutupi pintu gua. Saat para pengejar melihat sarang laba-laba yang ada, maka mereka menyimpulkan tidak ada orang yang memasuki gua, dengan demikian mereka berhenti melakukan pengejaran. [13]

Bergerak Menuju Yatsrib

Rasulullah saw tinggal di gua selama tiga hari dan kemudian bergerak menuju Madinah. [14]

Berhenti di Quba

Rasulullah saw tiba di Yatsrib saat zhuhur, tanggal 12 Rabiul Awwal dan berhenti di Quba dan Nabi melaksanakan salat. Di situ beliau menjadi tamu (Bani) Amr bin ‘Auf dan Nabi menetap di situ sekitar 10 hari.

Masyarakat kabilah ini memintanya supaya tinggal bersama mereka dan mereka akan membangunkan sebuah rumah untuknya; namun Nabi tidak menerimanya dan berkata dirinya sedang menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib as dan beliau menetap di situ sampai Ali tiba. [15][16]

Masuk ke Madinah

Sumber-sumber riwayat menulis secara terperinci tentang peristiwa kedatangan Rasulullah saw ke Yatsrib. Seperti penukilan Abdur Rahman bin Uwaim bin Sa’idah, yaitu dikarenakan kita mendapat berita keberangkatan Rasulullah dari Mekah dan kami menunggu kedatangannya, setiap hari setelah salat shubuh, kami keluar dari Madinah dan di luar kota kami duduk menanti kedatangannya, dan saat bayang-bayang telah hilang dan tidak ada bayang-bayang lagi, lantas kami kembali lagi ke Madinah.

Hari itu juga kami menunggu kedatangan Nabi di luar kota sampai bayang-bayang pun hilang dan dikarenakan terik sinar matahari yang menyengat, terpaksa kami kembali ke rumah masing-masing dan beliau tiba pada saat kami berada di rumah masing-masing. Orang pertama yang melihat beliau adalah seorang Yahudi, yang mengetahui apa yang kami lakukan setiap hari dan ia tahu bahwa kami sedang menunggu kedatangan Rasulullah. Lantas ia berteriak dengan lantang, Hai Bani Qailah: ini dia kawan kalian datang!. Dengan mendengar suara ini, lantas kami berbondong-bondong keluar dari rumah dan menemui Nabi dan Abu Bakar juga bersamanya, dikarenakan mayoritas kami tidak pernah melihat Nabi, lantas kami mengenal Rasululah saat kami mencari bayang-bayang beliau dan Abu Bakar berdiri dan menaunginya.

Di Quba, Rasulullah menemui Kultsum bin Hadm, salah seorang pemuka Bani Amr bin ‘Auf dan untuk perjumpaan dengan masyarakat, Nabi singgah di rumah Sa’ad bin Khaitsamah, yang tidak memiliki istri dan anak, dan para muhajir laki-laki singgah dan menginap di rumahnya. [17]

Awal Penanggalan Islam

Urgensi hijrah Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah adalah dijadikan sebagai awal penanggalan. Ada dua pendapat terkait siapa yang yang telah menetapkannya sebagai awal penanggalan:

Pendapat pertama, Rasulullah saw sendiri: Thabari menegaskan bahwa Rasulullah saat memasuki kota Madinah, beliau memerintahkan agar menulis tanggal[18] dan surat-surat yang ada dari Nabi saw, dengan perintah beliau dicatat dengan penanggalan hijriah. [19]

Pendapat kedua, Umar bin Khattab dengan rekomendasi Imam Ali as: Khalifah kedua juga membentuk dewan syura guna menentukan awal penanggalan Islam. [20] Dalam syura tersebut dipaparkan pelbagai pendapat, yang pada akhirnya ditolak kesemuanya. Akhirnya Imam Ali as menyarankan hijrah Rasulullah saw dari Mekah menuju Madinah sebagai awal penanggalan Islam, yang akhirnya Umar pun menyetujuinya dan diumumkan dalam bentuk mandat ke seluruh penjuru kota. [21]

Catatan Kaki

  1. Adapun riwayat dari Aisyah tentang hal ini, rujuklah ke Bakri, Mu’jam ma Ustu’jima min Asma al-Bilad wa al-Mawadhi, jld. 1, hlm. 260.
  2. Rujuklah Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 2, hlm 70 ke atas; Ibn Sa’ad, Thabaqat al-Kubra, jld. 1, hlm. 219-220; Ya’qubi, Tarikh al-Ya’qubi, jld. 2, hlm. 37.
  3. Ibn Sa’ad, Thabaqat al-Kubra, jld. 1, hlm. 226.
  4. Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 2, 76.
  5. Dzahabi, Tarikh al-Islam, jld. 1, hlm. 312; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 259.
  6. Dzahabi, Tarikh al-Islam, jld. 1, hlm. 312; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 259.
  7. Mas’udi, al-Tanbih wa al-Asyraf, hlm. 200; Thabari, Tarikh Thabari, jld. 2, hlm. 370.
  8. Ibn Atsir, al-Kamil, jld. 2, hlm. 936; ‘Ayasyi, Tafsir, jld. 2, hlm. 54; Shaduq, al-Khishal, hlm. 367; Syekh Thusi, Amali, hlm. 463-465, hadis 35; Qummi, Tafsir, jld. 1, hlm. 273-275. (Qummi mengatakan, orang tua tersebut adalah iblis).
  9. Thabari, Tarikh, jld. 2, hlm. 374.
  10. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 260.
  11. Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 3, hlm. 179.
  12. Rujuklah, Mas’udi, al-Tanbih wa al-Asyraf, hlm. 200.
  13. Qummi, Tafsir Qummi, jld. 1, hlm. 273-276; Thabarsi, I’lam al-Wara, hlm. 61-63; Qutub Rawandi, Qishah al-Anbiya, hlm. 335-337; al-Kharaij wa al-Jaraih, jld. 1, hlm. 44, hadis, 231.
  14. Syekh Thusi, Amali, hlm. 467- 468; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 19, hlm. 63; Hilyah al-Abrar, hlm. 90.
  15. Kulaini, Raudhah al-Kafi, hlm. 280.
  16. Kulaini, Raudha Kafi, hlm. 280.
  17. Ya’qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 41.
  18. Tarikh Thabari, jld. 2, hlm. 388.
  19. Sayyid al-Mursalin, jld. 1, hlm. 610, dan 609, "Kataba Ali bin Abi Thalib bi Amri Rasulillah fi Syahri Rajab Sanita Tis’in min al-Hijrah" (Dengan perintah Rasulullah, Ali bin Abi Thalib menulis pada bulan Rajab pada tahun kesembilan Hijriah).
  20. Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 3, hlm. 207.
  21. Ya’qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 145; Mas’udi, jld. 4, hlm. 300.

Daftar Pustaka

  • ‘Ayasyi, Muhammad bin Mas’ud, Tafsir ‘Ayasyi, Tehran, Nasyr al-Maktabah al-Islamiyyah, tanpa tahun.
  • Bahrani, Hasyim bin Sulaiman, Hilyah al-Abrar fi Ahwal Muhammad wa Alihi Athhar as, Qom, Muassasah al-Ma’arif al-Islamiyyah.
  • Bakri, Abdullah bin Abdul Aziz, Mu’jam Ma Ista’jama min Asma al-Bilad wa al-Mawadhi’, cet. Mustafa Saqqa, Beirut, 1403 H/ 1983 M.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya bin Jabir, Riset. Suhail Zakar, Riyadh Zarkali, Dar al-Fikr, cet. 1, 1417 H/ 1996 M.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Tarikh al-Islam wa Wafayat al-Masyahir wa al-Alam, Riset. Umar Abdus Salam Tadmuri, Beirut, Dar al-Kkutub al-Arabi, cet. 2, 1413 H/ 1993 M.
  • Ibn Atsir, Izzuddin Abul Hasan Ali bin Abi al-Karam, al-Kamil fi al-Tarikh, Beirut, Dar Shadir, Dar Beirut, 1385 H/ 1965 M.
  • Ibn Babawaih, Muhammad bin Ali, al-Khishal, Qom, Jami’ah Mudarrisin Qom, 1362 S.
  • Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, cet. Mustafa Saqqa, Ibrahim Abyari, Abdul Hafiz Syalbi, Beirut, tanpa tahun.
  • Ibn Katsir, Abu al-Fida’ Ismail bin Umar, al-Bidayah wa al-Nihayah, Dar al-Fikr, Beirut, 1407 H/ 1986 M.
  • Ibn Sa’ad, al-Thabaqat al-kubra, Beirut, 1405 H/ 1985 M.
  • Kulaini, Ya’qub, al-Kafi, Riset dan Edit. Ali Akbar Ghaffari, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, cet. 3, 1367 S.
  • Majlisi, Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi, Bihar al-Anwar, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi.
  • Mas’udi, Abul Hasan Ali bin al-Husein, al-Tanbih wa al-Isyraf, editor. Abdullah Ismail al-Shawi, Kairo, Dar al-Shawi, tanpa tahun.
  • Mas’udi, Abul Hasan Ali bin al-Husein, Muruj al-Dzahab, Dar al-Hijrah, Qom, 1409 H.
  • Qummi, Ali bin Ibrahim, Tafsir al-Qummi, Qom, Dar al-Kitab, 1363 S.
  • Qutub Rawandi, Said bin Hibatullah, al-Kharaiz wa al-Jaraih, Qom, Muassasah Imam Mahdi (af), 1409 H.
  • Qutub Rawandi, Said bin Hibatullah, Qishash al-Anbiya, Masyhad, Astan Quds Razawi.
  • Subhani, Ja’far, Sayyid al-Mursalin, Qom, Jamiah Mudarrisin, tanpa tahun.
  • Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jurair, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Riset. Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim, Beirut, Dar al-Turats, cet. 2, 1387 H/ 1967 M.
  • Thabarsi, al-Fadhl bin al-Hasan, I’lam al-Wara bi A’lam al-Huda, Qom, Nasyre Setareh, cet. 1, 1417 HQ.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan, al-Amali, Qom, Dar al-Tsaqafah.
  • Ya’qubi, Ahmad bin Ishaq, Tarikh al-Ya’qubi, Beirut, tanpa tahun.