Firaun

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
Firaun
Nama lengkapFiraun
Tempat tinggalMesir
EraNabi Musa as
Dikenal sebagaiMengklaim dirinya sebagai Tuhan
Peran pentingPembunuh bani Israel

Firaun (bahasa Arab:فِرعون) adalah raja Mesir pada masa Nabi Musa as. Al-Qur'an memperkenalkan Firaun sebagai raja diktator yang mengaku Tuhan masyarakat Mesir. Dia memperbudak kaum bani Israel yang berdomisili di Mesir sebelum periode kenabian Nabi Yusuf as. Dengan motivasi antisipatif akan kelahiran Nabi Musa ia mengeluarkan perintah supaya dibunuh putra-putra Bani Israel yang baru lahir.

Setelah Musa sampai kepada kenabian, ia diperintahkan untuk berbicara dengan Firaun supaya beriman dan membebaskan bani Israel. Namun, Firaun tidak sudi menerima seruan Nabi Musa as kepada tauhid sekalipun ia telah menyaksikan mukjizat dan tanda-tanda kenabiannya. Dan, ia mengatakan pesihir kepada Musa as. Allah swt menurunkan berbagai ujian dan bala' kepada Firaun dan masyarakat Mesir sebagai pelajaran dan peringatan bagi mereka. Namun mereka tetap tidak beriman sehingga Musa as mendapat perintah Tuhan untuk mengeluarkan kaumnya dari Mesir. Kemudian Firaun dan bala tentaranya mengejar mereka. Dengan mukjizat Ilahi laut menjadi terbelah dan Musa as dan para pengikutnya melintasinya, sementara Firaun dan tentaranya tenggelam di dalamnya.

Kata Firaun

Mayoritas ahli bahasa mengatakan bahwa kata Firaun bukan bahasa Arab[1] tapi Qibthi. Mengenai artinya, mereka mencukupkan dengan mengutip satu pendapat yang mengatakan bahwa artinya adalah buaya.[2] Namun sebagian peneliti mengatakan, Firaun dalam bentuk Mesirnya adalah Bar-'a (بَرْ- عَا) atau Bar-'u (بَرْ-عُو), pertama-tama bermakna rumah tinggi atau besar, lalu digunakan untuk istana raja. Namun, sejalan dengan bergulirnya waktu digunakan untuk nama terhormat raja itu sendiri.[3]

Sebagian lagi meyakini bahwa Firaun hanya sekedar gelar raja Mesir pada masa Nabi Musa as.[4] Namun, pandangan mayoritas mengatakan bahwa Firaun adalah gelar umum untuk para penguasa Mesir[5] dan dikatakan bahwa sudah umum penggunaannya untuk para penguasa Mesir sejak periode raja yang ke-18 dan berikutnya dari 29 raja Mesir kuno.[6] Kelompok yang lain meyakini bahwa Firaun merupakan gelar untuk raja-raja Amalek[7] atau raja-raja Amalek di Mesir.[8]

Kata Firaun disebutkan 74 kali dalam Al-Qur'an[9] yang semua itu mengisyaratkan kepada Firaun pada masa Musa as.[10]

Metode Pemerintahan

Di dalam Al-Qur'an, Firaun diperkenalkan sebagai raja diktator yang menyembah tuhan-tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa,[11] dan dia sendiri mengklaim tuhan.[12] Tentu saja, dari kontek ayat: «أَنَا رَبُّکمُ الْأَعْلی»[13] yang mana Al-Qur'an mengutip perkataannya untuk warga Mesir, dapat ditarik kesimpulan bahwa dia menganggap dirinya sebagai Tuhan masyarakat Mesir bukan Tuhan secara mutlak.[14]

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an, Firaun adalah pribadi yang sombong dan berkuasa, dan untuk mengokohkan kekuasaannya, ia membuat pertikaian diantara masyarakat.[15] Dia juga mempunyai menteri bernama Haman, beberapa orang penasehat di istana dan tentara yang kuat.[16] Ia bertumpu kepada mereka dalam melancarkan kediktatoran dan kekuasaannya.[17]

Firaun menganggap dirinya sebagai penentu dan pemilih keyakinan orang-orang[catatan 1] dan memenjarakan mereka yang memeluk suatu keyakinan yang berlawanan dengan keinginannya[18] atau menyiksa mereka dengan siksa yang paling berat. Contohnya, ketika dia mengetahui istrinya beriman kepada Musa as, langsung mengeluarkan perintah pembunuhannya.[19] Al-Qur'an menyebut dia dengan sifat "Dzul Autad" (pemilik paku-paku= tentara kuat). [20] Sesuai riwayat, sifat ini diberikan kepadanya karena ia memaku para penentangnya ke tanah dan membiarkan mereka dalam keadaan seperti itu hingga mati.[21]

Perilaku kepada Bani Israel

Al-Qur'an pada cerita bani Israel dan Nabi Musa as juga berbicara tentang Firaun.[22] Bani Israel adalah keturunan Nabi Ya'qub yang pada masa Nabi Yusuf menjadi kesayangan masyarakat Mesir, mereka bertolak dari Kan'an menuju Mesir.[23]

Sesuai penyifatan Al-Qur'an, Firaun berkuasa atas suku bani Israel, membunuh anak-anak mereka dan mempekerjakan wanita-wanita mereka.[24] Mengenai motivasi Firaun dalam membunuh putra-putra bani Israel, banyak sumber referensi menukil cerita dari Suddi, seorang mufasir zaman Tabiin bahwa Firaun bermimpi aneh. Para tukang tenun menafsirkan mimpi itu untuk kelahiran seorang bayi laki-laki di tengah-tengah bani Israel yang akan membunuhnya. Untuk mengantisipasi kejadian ini, Firaun memerintahkan supaya anak-anak laki-laki bani Israel dibunuh.[25] Namun berdasarkan riwayat-riwayat yang dinukil dari Imam Baqir as dan Imam Shadiq as, bani Israel sesuai janji yang diberikan kepada mereka menunggu kelahiran Musa dan terbunuhnya Firaun di tangannya. Akhirnya sampai berita keyakinan mereka kepada Firaun sehingga para tukang tenun dan pesihir istana berkata kepadanya bahwa tahun ini akan lahir seorang bayi dari bani Israel yang akan menghancurkan agama dan umatmu. Karena itu, Firaun memerintahkan supaya bayi laki-laki yang lahir segera dibunuh.[26]

Pertumbuhan Musa di Istana Firaun

Setelah Nabi Musa as lahir, Allah mewahyukan kepada ibunya supaya ia dihayutkan ke laut. Kaum Firaun mengambil Musa dari laut dan dibawanya ke Firaun. Istri Firaun mencegah dari pembunuhannya dan berhasil menarik hati Firaun untuk mengasuhnya di sisi mereka.[27] Al-Qur'an menukil dari istri Firaun yang membujuknya dengan berkata: «لا تَقْتُلُوهُ عَسی أَن ینفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا»"Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak."[28]

Sebagian peneliti memandang bahwa perkataan istri Firaun ini menunjukkan bahwa Firaun dan istrinya tidak mempunyai anak.[29]

Tatkala Musa as mencapai usia remaja, pada suatu hari ia menyaksikan seseorang dari bani Israel yang termasuk dari pecintanya berkelahi dengan seorang laki-laki dari suku Qibthi. Untuk membela pengikutnya itu, Musa berdiri dan memukul laki-laki Qibthi tersebut sehingga mati lantaran pukulan ini. Setelah kejadian ini, Musa lari dari Mesir menuju Madyan karena takut dibalas oleh orang-orangnya Firaun.[30]

Reaksi Terhadap Risalah Musa

Nabi Musa sekembalinya dari Madyan diutus oleh Allah menjadi rasul dan diperintahkan dengan mukjizat-Nya yang diberikan kepadanya untuk menemui Firaun yang zalim untuk memberikan petunjuk kepadanya dengan bahasa yang halus.[31]

Musa bersama Harun, saudaranya yang diangkat menjadi wakilnya oleh Allah, pergi menemui Firaun dan memperkenalkan dirinya sebagai utusan Tuhan[32] dan menyerunya kepada ketakwaan Ilahi.[33] Mereka berdua meminta Firaun untuk membebaskan bani Israel supaya pergi bersama mereka ke Kan'an, negeri nenek moyang mereka.[34] Namun Firaun mengolok-olok Musa, dan bila ia tidak melepas keyakinannya akan memenjarakannya.[35]

Untuk membuktikan klaimnya, Musa menunjukkan mukjizat-mukjizat kenabian dirinya.[36] Salah satunya adalah tongkatnya berubah menjadi ular.[37] Namun Firaun dan para pengikutnya tetap mendustakan Musa sekalipun sudah menyaksikan mukjizat-mukjizat tersebut, dan mengatakan tukang sihir kepada beliau.[38]

Firaun terus memanggil pakar sihir Mesir[39] supaya melawan Musa[40] pada hari Zinat, hari raya masyarakat Mesir.[41] Pada hari yang telah ditentukan, dengan menyaksikan mukjizat Nabi Musa, para pesihir beriman kepadanya. Namun Firaun tetap bersikeras pada keyakinannya. Dengan menyaksikan pementasan ini ia menyebut para pesihir itu sebagai murid-murid Musa yang membuat konspirasi atasnya, dan ia sangat murka kepada mereka sehingga mengancam untuk memotong tangan dan kaki mereka serta menyalib mereka. Namun para pesihir itu tidak melepas keimanannya[42] dan berkata kepada Firaun: Mereka (para pesihir) berkata, “Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan atas (Allah) yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini."[43]

Firaun sekali lagi mengambil langkah untuk membunuh anak laki-laki dan mempekerjakan wanita-wanita mereka yang beriman kepada Musa.[44] Dan bahkan memutuskan untuk membunuh Musa, yaitu satu tindakan yang ditentang oleh sebagian kaum Firaun di istana sebagaimana yang dapat dipahami dari ayat-ayat Al-Qur'an, sebab dimuat di dalamnya: «وَ قَال فِرْعَوْنُ ذَرُوْنِيْٓ اَقْتُلْ مُوْسٰى وَلْيَدْعُ رَبَّهٗ»"Dan Fir‘aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya), “Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia memohon (keselamatan dirinya) kepada Tuhannya.”[45] Pribadi yang mencegah pelaksanaan niat jahat ini adalah "mukmin Al Firaun" (orang mukmin dari keluarga Firaun) yang sebelumnya merahasiakan keimanan dirinya. Karena nyawa Musa terancam maka ia membelanya.

Untuk melawan seruan Nabi Musa, Firaun memerintahkan Haman, menterinya, untuk membangun menara untuk naik ke atasnya dan mengambil berita dari Tuhan Musa.[46]Dari perkataan Firaun yang dinukil dalam Al-Qur'an, Allamah Thabathabai meyakini bahwa keputusan ini muncul dari upaya Firaun untuk menampakkan raut wajah yang insaf dari dirinya dan satu bentuk penipuan.[47]

Siksa Keluarga Firaun

Sesuai yang termaktub dalam Al-Qur'an, karena kaum Qibthi dan pengikut Firaun, yang disebut keluarga Firaun oleh Al-Qur'an, tidak beriman kepada Allah, maka Allah mengazab mereka dengan paceklik selama bertahun-tahun agar mereka bisa mengingat Allah dan berhenti melakukan perbuatan-perbuatan buruk mereka. Namun ketika mereka mendapatkan keberkahan dan kenikmatan, mereka nisbatkan itu kepada diri mereka sendiri, dan setiap kali mereka ditimpa bencana, bala dan ujian, mereka berkata, ini adalah dari kemalangan dan kesialan Musa dan para pengikutnya.[48]

Allah menimpakan berbagai malapetaka kepada kaum Musa seperti angin topan, belalang, kutu, katak, dan terlumurinya air Nil dengan darah.[49] Malapetaka-malapetaka ini turun satu persatu dan berjarak, yang oleh Al-Qur'an diungkap dengan ungkapan "Mufashshalat". Setiap kali ujian-ujian itu membuat letih kaum Firaun, mereka meminta doa dari Musa supaya azab diangkat dari mereka, dan sebagai balasannya, mereka akan beriman kepada Musa dan menyerahkan Bani Israel kepada Musa. Namun setelah Musa berdoa dan azab diangkat dari mereka, mereka mengingkari janji.[50]

Tenggelam di Laut

Karena Firaun dan para pengikutnya tidak sudi menerima ajakan Musa as atau menyerahkan bani Israel kepadanya, maka Allah memerintahkan Musa untuk keluar dari Mesir bersama orang-orang yang telah mengimaninya sekalipun kaum Firaun akan mengejar mereka. Allah berjanji kepadanya bahwa mereka akan tenggelam di laut.[51] Lalu Musa as melaksanakan perintah Allah. Ketika ia sampai di tepi laut, atas perintah-Nya ia memukul air laut dengan tongkatnya dan air pun menjadi terbelah sehingga Musa dan kaumnya melintasinya, sementara kaum Firaun yang membuntuti mereka tenggelam di tengah lautan.[52]

Al-Qur'an mengatakan, tatkala Firaun tengah dalam keadaan tenggelam, ia berikrar kepada Allah, namun teguran sampai kepadanya, baru sekarang kamu beriman? Padahal sebelum ini kamu telah durhaka dan termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan, karena itu, hari ini Aku selamatkan jasadmu agar engkau menjadi tanda dan pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, dan sudah bisa dipastikan sekian banyak dari manusia tidak mengetahui tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Kami.[53]

Laporan Taurat

Di kitab Taurat dimuat cerita pembunuhan generasi bani Israel, peristiwa kelahiran Nabi Musa, dihanyutkannya dia ke air oleh ibunya, dan terkalahkannya para pesihir, tentu tanpa menyebut keberimanan mereka.[54] Demikian juga Taurat mengutip cerita turunnya bala dan bencana atas kaum Qibthi.[55]

Taurat mengatakan ada dua Firaun yang semasa dengan Nabi Musa as: Firaun Taskhir, yaitu Firaun yang hidup hingga masa perginya Musa ke Madyan, dan Firaun Khuruj, yaitu Firaun yang berkuasa di Mesir tatkala Musa diutus dan keluar bersama Bani Israel dari Mesir.[56]

Di dalam Taurat dikutip cerita tenggelamnya Firaun dan bala tentaranya mirip dengan apa yang tertera dalam Al-Qur'an, namun tidak disinggung pembicaraan tentang keberimanan Firaun saat hampir tenggelam dan diselamatkannya jasad Firaun oleh Allah.[57]

Kepribadian Historis

Sehubungan dengan Firaun yang semasa dengan Nabi Musa as, terjadi banyak perbedaan di kalangan para peneliti. Sebagian peneliti, dengan mengikuti Taurat, menentukan dua Firaun sebagai Firaun yang hidup di masa Nabi Musa as. Pribadi-pribadi yang ditentukan oleh para peneliti Muslim dan non muslim sebagai Firaun -atau dua Firaun- yang semasa dengan Musa, sesuai urutan sejarah, adalah sebagai berikut:

  • Ahmose I (1557 - 1550 H. M)[58]
  • Amenhotep I (1526 -1506 H. M)[59]
  • Tutmose III (1490 - 1436 H. M) dan putranya, Amenhotep II (1436-1413 H. M)[60]
  • Akhenaten dan Tutankhamun (1348-1327 H. M)[61]
  • Ramesses II (1290 - 1224 H. M) dan Merneftah (1224 - 1214 H. M): pandangan ini adalah pandangan kamus Alkitab, karya Haks.[62] Sebagian penulis muslim menerima pendapat ini.[63]

Kajian Terkait

catatan

  1. Misalnya dia berkata kepada para pesihir yang beriman kepada Musa as: "Apakah kalian beriman kepadanya sebelum aku mengizinkan kalian?" (QS. Al-Araf: 123)

Catatan Kaki

  1. Thuraihi, Majma' al-Bahrain, jld. 4, hlm. 375; Raghib Isfahani, Mufradat Alfadz al-Quran, jld. 1, hlm. 632: Qurasyi, Qamuse Quran, jld. 5, hlm. 163; Ibnu Sayyidah, al-Muhkam wa al-Muhith al-A'zham, jld. 2, hlm. 468
  2. Zamakhsyari, Asas al-Balaghah, hlm. 471; Qurasyi, Qamus al-Quran, jld. 5, hlm. 163; Azhuri, Tahdzib al-Lughah, jld. 3, hlm. 234
  3. Bayumi Mahran, Dirasat Tarikhiyyah min al-Quran al-Karim, jld. 2, hlm. 121
  4. Jauhari, al-Shihhah, jld. 6, hlm. 2177
  5. Musa dan al-Sha'id, al-Ifshah, jld. 1, hlm. 315; Musthafawi, al-Tahqiq, jld. 9, hlm. 65; Baghdadi, Lubab al-Ta'wil, jld. 2, hlm. 23; Thayyib, Athyab al-Bayan- jld. 2, hlm. 28; Faidh Kasyani, Tafsir al-Shafi, jld. 2, hlm. 223; Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 6, hlm. 280
  6. Bayumi Mahran, Dirasat Tarikhiyyah min al-Quran al-Karim, jld. 2, hlm. 121
  7. Isrfarayini, Tarikh al-Tarajum, jld. 1, hlm. 96; Kasyani, Manhaj al-Shadiqin, jld. 1, hlm. 182; Thabrisi, Majma al-Bayan, jld. 1, hlm. 22
  8. Sabzawari, Irsyad al-Adzhan, hlm. 13
  9. Hariri, Farhangge Ishthilahate Qurani, hlm. 283
  10. Sya'rani dan Qarib, Natsre Thuba, hlm. 253
  11. QS. Al-A'raf: 127
  12. Thabathabai, al-Mizan, jld. 8, hlm. 222
  13. QS. An-Naziat: 2
  14. Thabathabai, al-Mizan, jld. 8, hlm. 223
  15. QS. Al-Qashash: 4; Thabaghabai, al-Mizan, jld. 16, hlm. 8
  16. Markaze Farhangg wa Ma'arefe Quran, Daerat al-Ma'aref Qurane Karim, jld. 6, hlm. 470
  17. QS. Asy-Syuara': 57; QS. Al-Qashash: 39
  18. Thabathabai, al-Mizan, jld. 8, hlm. 229
  19. Thabathabai, al-Mizan, jld. 19, hlm. 346
  20. QS. Shad: 12
  21. Sabzawari, Irsyad al-Adzhan, hlm. 457
  22. Hariri, Farhangge Ishthilahate Qurani, hlm. 283
  23. Sya'rani dan Qarib, Natsre Thuba, hlm. 21
  24. QS. Al-Qashash: 4; Thabathabai, al-Mizan, jld. 16, hlm. 8
  25. Thabari, Jami' al-Bayan, jld. 20, hlm. 19; Tsa'labi, 'Arais al-Majalis, hlm. 229; Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, jld. 5, hlm. 11; Isfarayini, Taj al-Tarajum, jld. 1, hlm. 96
  26. Qummi, Tafsir Qummi, jld. 2, hlm. 135; Syekh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 147
  27. QS. Al-Qashash: 7-9
  28. QS. Al-Qashash: 9
  29. Thabathabai, al-Mizan, jld. 16, hlm. 12
  30. QS. Al-Qashash: 18-22
  31. QS. Al-Qashash: 29-32; QS. Thaha: 24 dan 43; QS. An-Nazi'at: 17; QS. Thaha: 42-48
  32. QS. Al-Araf: 104; QS. Thaha: 47; QS. Asy-Syuara: 16
  33. QS. An-Nazi'at: 18 dan 19
  34. QS. Al-Araf: 105b QS. Thaha: 47; QS. Asy-Syuara: 17
  35. QS. Asy-Syuara: 25-29
  36. QS. Al-Araf: 106; QS. Asy-Syuara: 31
  37. QS. Al-Araf: 105-108; QS. Asy-Syuara: 30-33
  38. QS. Al-Araf: 109; QS. Yunus: 76; QS. Thaha: 56 dan 57; QS. Al-Mukminun: 48; QS. Asy-Syuara: 34 dan 35; QS. Al-Qashash: 36; QS. An-Nazi'at: 21
  39. QS. Al-Araf: 10-112; QS. Thaha: 58-60
  40. QS. Thaha: 59
  41. Abu al-Futuh Razi, Raudh al-Jinan, jld. 13, hlm. 159
  42. QS. Asy-Syuara: 113-122; QS. Thaha: 70-76
  43. QS. Thaha: 72
  44. QS. Al-Araf: 127
  45. QS. Ghafir: 26
  46. QS. Al-Qashash: 38
  47. Thabathabai, al-Mizan, jld. 16, hlm. 37
  48. QS. Al-Araf: 130-131
  49. QS. Al-Araf: 133
  50. QS. Al-Araf: 134-135
  51. QS. Ad-Dukhan: 23-24
  52. QS. Al-Araf: 136
  53. QS. Yunus: 90-92
  54. Qanbari, Barresi-ye Taqbiqi Jaigohe Musa as dar Quran wa Taurat, hlm. 73 dan 82
  55. Qanbari, Barresiye Taqbiqi Jaigohe Musa as dar Quran wa Taurat, hlm. 82
  56. Khairullahi, Barresiye Taqbiqi Simaye Firaun dar Quran wa Ahdi Qadim, hlm. 22
  57. Qanbari, Barresi-ye Taqbiqi Jaigohe Musa as dar Quran wa Taurat, hlm. 84 dan 85
  58. H.R. Hall, The Ancient History of the Near Ecst, Londo, 1963, p. 406-409, dikutip dari Bayumi Mahran, Dirasat Tarikhiyyah min al-Quran al-Karim, jld. 2, hlm. 264
  59. Dastyaran, Adame Tathabuqe Zamaniye Hazrate Musa as ba Ramesses Duwum, hlm. 51 - 53
  60. E. Unger, Jnger's Bible Dictionary, 1970, p. 332-333, dikutip dari Bayumi Mahran, Dirasat Tarikhiyyah min al-Quran al-Karim, jld. 2, hlm. 277
  61. Freud, Musa wa Yektaparasti, hlm. 18- Freud meyakini Musa pengikut agama Akhenaten (raja monetheis abad ke-18) dan mengatakan keluarnya Musa terjadi pada masa Tutankhamun yang berupaya menghapus jejak Akhenaten dan kembali kepada agama raja-raja Mesir terdahulu (menyembah Amun)
  62. Dehkhuda, Loghatnameh Dehkhuda, kata Firaun Musa, Situs Wazehyab tanggal kunjung 6 Day 1397 HS
  63. Qurasyi, Qamuse Quran, jld. 5, hlm. 164; Biozar Syirazi, Bastanshenasi wa Joghrafeyai Tarikhi Qishashe Quran,hlm. 208; Hariri, Farhangge Ishthilahate Qurani, hlm. 284; Balaghi, Hujjat al-Tafasir, jld. 1, mukadimah, hlm. 282 dan 283

Daftar Pustaka

  • Abu al-Futuh Razi, Husain bin Ali. Raudh al-Jinan wa Ruh al-Janan fi Tafsir al-Quran. Masyhad: Bonyade Pazuhesyhaye Islami Astane Qods Razavi, 1408 H.
  • Azhuri, Muhammad bin Muhammad. Tahdzib al-Lughah. Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-Arabi, 1421 H.
  • Baghdadi, Ali bin Muhammad. Lubab al-Ta'wil fi Ma'ani al-Tanzil. Beirut: Dar al-Kutub al-Islmiyah, 1415 H.
  • Balaghi, Sayid Abdulhujjat. Hujjat al-Tafasir wa Balagh al-Iksir. Qom: Hekmat, 1386 H.
  • Bayumi Mahran, Muhammad. Dirasat Tarikhiyyah min al-Quran al-Karim. Beirut: Dar al-Nahdhah al-Arabiyah, cet. II, 1988 M.
  • Biozar Syirazi, Abdulkarim. Bastanshenasi wa joghrafeyai Tarikhi Qishashe Quran. Teheran: Daftrae Nasyre Farhangge Islami, 1380 HS.
  • Dastyaran, Ridha.'Adame Tathabuqe Zamaniye Hazrate Musa as ba Ramesses Duwwum. Majalah Keyhan Farhanggi, vol. 163, Ordibehesht 1379 HS.
  • Faidh Kasyani, Mulla Musin. Tafsir al-Shafi. Teheran: Intisyarat al-Shadr, cet.II, 1415 H.
  • Freud, Zigmund. Musa Yektaparasti, terjemahan Qasim Khatami, 1348 HS.
  • Hariri, Muhammad Yusuf. Farhangge Ishthilahate Qurani. Qom: Hijrat, 1384 HS.
  • Husaini Zabidi, Muhammad Murtadha. Taj al-Arus min Jawahir al-Qamus. Beirut: Dar al-Fikr, cet. I, 1414 H.
  • Ibnu Babawaih, Muhammad bin Ali. Kamal al-Din wa Tamam al-Ni'mah. Teheran: Islamiyah, cet. II, 1395 H.
  • Ibnu Sayyidah, Ali bin Ismail. Al-Muhkam wa al-Muhith al-A'zham. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cet. I, 1421 H.
  • Isfarayini, Syahpur bin Thahir. Taj al-Tarajum fi Tafsir al-Quran lil A'ajim. Teheran: penerbit Ilmi wa Farhanggi, 1375 HS.
  • Jauhari, Ismail bin Hammad. Al-Shihah; Taj al-Lughah wa Shihhah al-Arabiyah. Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin, 1376 H.
  • Kasyani, Molla Fathullah. Tafsir Manhaj al-Shadiqin fi Ilzam al-Mukhalifin. Teheran: Ketabfurusyi Muhammad Hasan Ilmi, 1336 HS.
  • Khairullahi, Sayid Abbad dkk. Barresiye Taqbiqi Simaye Firaun dar Quran wa 'Ahdi Qadim. Majalah Ilahiyat Taqbiqi, vol. 11, Bahar dan Tabestan 1393 HS.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Tafsir Nemuneh. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1371 HS.
  • Markaze Farhang wa Maarif Quran. Dairat al-Ma'aref Qurane Karim. Bustan Ketab Qom, cet. III, 1382 HS.
  • Musa, Husain Yusuf dan al-Sha'idi, Abdulfattah. Al-Ifshah fi Fiqh al-Lughah. Qom: Maktab al-I'lamal-Islami, cet. IV, 1410 H.
  • Musthafawi, Hasan. Al-Tahqiq fi Kalimat al-Quran al-Karim. Teheran: Bongohe Tarjumeh wa Nasyre Ketab, 1360 HS.
  • Qanbari, Bakhsy Ali dan Qanbari, Zuhreh. Barresiye Taqbiqi Jaigohe Musa as dar Quran wa Taurat. Jurnal Ilahiyat, vol. 5, Zamestan 1378 HS.
  • Qurasyi, Ali Akbar. Qamuse Quran. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, cet. VI, 1371 HS.
  • Raghib Isfahani, Husain bin Muhammad. Mufradat Alfadz al-Quran. Beirut: Dar al-Qalam, cet. I, 1412 H.
  • Sabzawari Najafi, Muhammad bin Habibullah. Irsyad al-Adzhan ila Tafsir al-Quran. Beirut: Dar al-Taaruf li al-Mathbuat, cet. I, 1419 H.
  • Sya'rani, Abul al-Hasan dan Qarib, Muhammad. Natsre Thuba (Dairat al-Maarif Lughat Qurane Karim). Teheran: Islamiyah, 1386 HS.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Jami' al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Beirut: dar al-Ma'rifat, 1412 H.
  • Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. Al-Mizan fi Tafsir al-Quran. Qom: Intisyarat Islami Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiyah, cet, V, 1417 H.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Teheran: Intisyarat Nashir Khasru, 1372 HS.
  • Thayyib, Abdulhusain. Athyab al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Teheran: Intisyarat Islam, 1369 HS.
  • Tsa'alabi, Abdulmalik bin Muhammad. Fiqh al-Lughah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, cet. I, 1414 H.
  • Tsa'labi. 'Arais al-Majalis. Bombai: Mathba' al-Haidari, 1293 H.
  • Zamakhsyari, Mahmud bin Umar. Asas al-Balaghah. Beirut: Dar Shadir, cet. I, 1979.
  • Zamakhsyari, Mahmud. Al-Kasysysaf an Haqaiq Ghawamidh al-Tanzil. Beirut: Dar al-Kitab al-arabi, 1407 H.