Doa Nudbah

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Doa al-Nudbah)
Doa, Munajat dan Ziarah

Doa Nudbah (bahasa Arab: دعاء الندبة) termasuk doa-doa yang sangat terkenal yang mana telah dinukil dari Imam Shadiq as bahwa doa ini mustahab dibaca pada empat hari raya (Fitri, Qurban, Ghadir dan Jum'at). Ali bin Thawus memuat doa ini dalam kitab Iqbal al-A'mal. Orang-orang Syi'ah lebih sering membaca doa ini pada waktu subuh hari-hari Jum'at sebelum matahari terbit mengenang keterpisahannya dengan Imam Zaman as.

Doa ini berisi istigasah (rintihan dan permintaan tolong) kepada Imam Zaman as, rasa penyesalan atas kegaiban beliau dan tangisan atas keterpisahan darinya. Dan inilah arti dari Nudbah.

Sisi Penamaan

Nudbah bermakna panggilan, tangisan dan rintihan. Doa ini mengandung istigasah, permintaan tolong kepada Imam Zaman as, penyesalan atas kegaiban dan tangisan atas keterpisahan dengan beliau. Karena itu, ia terkenal dengan nama ini. [1]

Sanad

Doa ini dinukil oleh Sayid Radhiyuddin Ali bin Thawus dalam kitabnya, Iqbal [2] dan Mishbāh al-Zāir pasal ke-7 (manuskrip), dan Muhammad bin Ja'far bin Masyhadi Hairi (ulama abad ke-6 H) dalam kitab Mazar yang dikenal dengan Mazār Masyhadi. [3]

Allamah Majlisi menukil doa Nudbah di dalam kitab Bihar al-Anwar [4] dan Tuhfat al-Zāir, yang di mukaddimah Bihar ia memberikan kesaksian akan keakuratan sanad doa tersebut. Dengan tegas dan secara khusus ia membenarkan keakuratan sanad doa Nudbah yang berakhir kepada Imam Ja'far al-Shadiq as. Pernyataannya di dalam kitab Zād al-Ma'ād adalah: " Adapun doa Nudbah yang memuat akidah-akidah yang benar dan rasa penyesalan atas kegaiban Imam al-Qāim as adalah dinukil dengan sanad yang akurat dari Imam Ja'far al-Shadiq as yang mana kita disunnahkan membacanya pada empat hari raya". [5]

Waktu Pembacaan

Disunnahkan membaca doa Nudbah pada empat hari raya, yaitu lebaran idul Fitri, Qurban, Ghadir dan hari Jum'at. [6]

Kandungan

Doa ini diawali dengan pujaan dan pujian kepada Allah swt dan salam kepada Nabi saw dan keluarganya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan filosofi dari keterpilihan para nabi dan wali dan diterimanya mereka di sisi Allah swt. Disinggung pula fase terpenting dari kehidupan setiap nabi-nabi Ulul Azmi dan sebelum mereka yaitu Nabi Adam as. Ditekankan juga bahwa supaya kebenaran senantiasa langgeng maka Allah swt menentukan wasi dan pengganti masing-masing mereka supaya kebatilan tidak mengalahkan kebenaran dan seseorang tidak lagi berdalih di hadapan Allah swt bahwa mengapa seorang nabi dan utusan tidak diutus dari sisi-Mu dan seorang pemberi petunjuk dan peringatan tidak datang sehingga kami dapat mengikuti ayat-ayat-Mu?.

Kemudian doa ini menjelaskan tentang penggantian Imam Ali as. Dengan mengutip sekelumit dari keutamaan-keutamaannya ia menyinggung tentang ketidaksetiaan dan kemalangan musuh-musuh agama yang menentang perintah Rasul saw dimana mereka membunuh Imam Ali as dan para pemberi petunjuk dari anak-anak beliau satu demi satu sehingga mereka gugur sebagai syahid. lalu doa ini menyinggung tentang istigasah dan penampakan rasa rindu kepada sang pewaris terakhir yang maksum dari keluarga Rasulullah saw. Kemudian ditutuplah doa ini dengan salam khusus atas baginda Rasulullah saw dan keluarganya disertai dengan serentetan permohonan penting demi dipercepatnya kemunculan Imam Mahdi as, terealisasinya pemerintahan yang hak, sirnanya kebatilan dan bertambah kuatnya hubungan dengan Imam Zaman as. [7]

Penjelasan-penjelasan Doa Nudbah

  1. Syarhe Du'ā Nudbah, Shadruddin, Muhammad Hasani Mudarris Yazdi.
  2. 'Aqd al-Jammān linudbah Shāhib al-Zaman, Mirza Abdurrahim Tabrizi.
  3. Wasilah al-Qurbah fi Syarh Du'ā al-Nudbah, Mulla Hasan Turbati Sabzawari.
  4. Al-Nukhbah fi Syarh Du'ā al-Nudbah, Sayid Mahmud Mar'asyi.
  5. Penjelasan atau terjemahan doa Nudbah, Muhaddits Armawi.
  6. Ma'ālim al-Qurbah fi Syarh Du'ā al-Nudbah, Sardar Kabuli.
  7. Wazhāif al-Syi'ah fi Syarh Du'ā al-Nudbah, Adib Isfahani.
  8. Kasyf al-Kurbah, Muhaddits Armawi.
  9. Nawide Bamdād Piruzi, Musawi Khurram Ābadi.
  10. Nushrah al-Muslimin, Abdurridha Khan Ibrahimi.
  11. Furugh al-Wilāyah, Ayatullah Shafi.
  12. Al-Kalimāt al-Nukhbah, Athai Isfahani.
  13. Risalah Haula Du'ā al-Nudbah, Muhammad Taqi Tustari.
  14. Risalah Haula Du'ā al-Nudbah, Mirjahani Isfahani.
  15. Sanade Du'ā al-Nudbah, Sayid Yasin Musawi.
  16. Syarh Bar Du'ā Nudbah, Alawi Thaliqani.

Catatan Kaki

  1. Shadr Jawadi, Dāirah al-Ma'ārif Tasyayyu', jld. 7, hlm. 535.
  2. Sayid Ibnu Thawus, Iqbāl, hlm. 604-609.
  3. Mazār ibnu Masyhadi, hlm. 537-584.
  4. Majlisi, Bihār, jld. 99, hlm. 104.
  5. Zād al-Ma'ād, hlm. 303.
  6. Sayid Ibnu Thawus, Iqbāl, hlm. 604-609.
  7. Shadr Jawadi, Dāirah al-Ma'ārif Tasyayyu', jld. 7, hlm. 535.

Daftar Pustaka

  • Ibnu Masyhadi, Muhammad bin Ja'far, al-Mazār al-Kabir, Jāmi'ah Mudarrisin, 1419 H.
  • Ibnu Thawus, Sayid Radhiyuddin. Iqbāl alA'māl. Beirut: Muassasah al-A'lami li al-Mathbu'āt, 1417 H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār. Beirut: Dār Ihyā' al-Turāts al-Arabi, 1403 H.
  • Majlisi,Muhammad Baqir, Zād al-Ma'ād. Beirut: Alauddin A'lami, 1423 H / 2003 M.
  • Shadr Haji Jawadi, Ahmad. Dāirah al-Ma'ārif Tasyayyu, jld. 7. Teheran: Nasyre Syahid Hasan Muhibbi, 1380 S.