Abdullah bin Yaqthar

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
Sahabat Imam
Abdullah bin Yaqthar
Nama LengkapAbdullah bin Yaqthar bin Abi Aqab Laitsi
Sahabat dariImam Husain as
JulukanAl-Hamiri
Populer denganSaudara asuh Imam Husain as
Garis keturunanBani Laits bin Bakar bin Abdul Manaf bin Kinanah
Kerabat termasyhurYaqthar (ayah)• Maimunah (ibu)
LahirSekitar tahun ke-4 H
Tempat TinggalMadinah
Wafat/Syahadah61 H/681
Penyebab
Wafat / Syahadah
Dilempar dari atas atap istana Khalifah atas perintah Ibnu Ziyad
AktivitasUtusan Imam Husain as ke Kufah


Abdullah bin Yaqthar (bahasa Arab:عبد الله بن يقطر) adalah saudara asuh dan utusan Imam Husain as ke Kufah bersama Muslim bin Aqil. Ia ditangkap oleh Hashiyin bin Numair atas perintah Ibnu Ziyad di Qadisiyah setelah itu karena ia menolak mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak pantas untuk Imam Ali as dan Imam Husain as, ia dilemparkan dari atas atap istana Khalifah yang menjadi penyebab kesyahidannya. Dengan terbunuhnya Abdullah bin Yaqthar atas perintah Ibnu Ziyad, sebagian sejarahwan memasukkan namanya sebagai bagian dari syuhada Karbala.

Nasab

Abdullah bin Yaqthar bin Abi Aqab Laitsi berasal dari Bani Laits bin Bakar bin Abdul Manaf bin Kinanah [1]. Ia adalah saudara angkat Imam Husain as, yang oleh sebab itu oleh Ibnu Hajar ia dimasukkan kedalam golongan sahabat Nabi Muhammad saw. [2]Sebagian berpendapat ia aslinya berasal dari Yaman dari kabilah Hamir dan lahir di kota Madinah.[3]

Ayah dan Ibu

Ayah Abdullah bernama Yaqthar dan Ibunya bernama Maimunah. Menurut pendapat sebagian sejarahwan ayahnya berasal dari Yaman. Yaqthar adalah diantara pelayan Rasulullah saw, sementara istrinya, Maimunah menjadi pembantu di rumah Imam Ali bin Abi Thalib as. Oleh karena itu, Maimunah sudah sangat dekat dengan Imam Husain as, mengasuhnya sejak kecil sehingga ia dikenal dengan sebagai ibu angkat Imam Husain as.[4]Allamah Hilli dalam kitabnya Khalāshah [5] menulis nama ayahnya Yaqthar namun Thabari menulis nama ayahnya adalah Baqtar.[6]Yusuf Gharawi ketika menjelaskan mengenai pendapat Thabari, ia menulis bahwa guru-gurunya berpendapat bahwa Yaqthar adalah nama yang benar. [7]

Kelahiran dan Masa Kecil

Banyak dari literatur sejarah menyebutkan Abdullah adalah saudara asuh Imam Husain as, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Abdullah lahir sekitar tahun keempat Hijriah. Menurut sebagian periwayatan, menyebutkan ia lahir tiga hari lebih dulu dari kelahiran Imam Husain as. [8]

Namun sebagian dari sejarahwan kontemporer tidak sependapat bahwa Imam Husain as menyusu pada ibu Abdullah, namun berpendapat, Ibu Abdullah hanya menjaga dan turut merawat Imam Husain as sehingga ditengah-tengah masyarakat ia dikenal sebagai ibu asuh Imam Husain as. Mereka meyakini, tidak seorangpun yang menyusui Imam Husain as kecuali ibunya sendiri, Sayidah Fatimah az-Zahra sa. [9] Abdullah bin Yaqthar dikenal dengan laqab al-Hamiri, dikarenakan berasal dari kabilah al-Hamir. [10]

Utusan Imam Husain as ke Kufah

Setelah Imam Husain as mengutus Muslim bin Aqil ke Kufah, ia juga mengutus Abdullah bin Yaqthar untuk menyusul dan membantunya. [11] Abdullah bin Yaqthar diutus ke Kufah setelah Muslim bin Aqil menulis surat untuk Imam Husain as yang mengabarkan tentang baiat yang dilakukan penduduk Kufah atas Imam Husain as. Untuk menjawab surat tersebut, Imam Husain as meminta Abdullah bin Yaqthar membawa surat balasan untuk Muslim bin Aqil yang mengabarkan Imam Husain as beserta rombongan akan mulai bergerak menuju Kufah. [12] Meski demikian, mengenai kapan Abdullah bin Yaqthar ke Kufah ada dua versi sejarah yang mengemuka:

  1. Sebelum diutusnya Muslim bin Aqil [13]
  2. Setelah Muslim, dengan membawa surat jawaban untuk Muslim [14]
  3. Berangkat ke Kufah bersama Muslim bin Aqil dan kembali kepada Imam Husain as membawa surat dari Muslim yang mengabarkan mengenai kondisi terakhir kota Kufah dan ketidak setiaan penduduk Kufah pada janji baitnya. Menurut sebagian pendapat, saat dalam perjalanan membawa surat itulah ia ditangkap oleh anak buah Ibnu Ziyad. [15]
  4. Bersama dengan Muslim ke Kufah, namun ketika penduduk Kufah menyatakan baitnya, Muslim mengutus Abdullah bin Yaqthar untuk mengabarkan hal tersebut kepada Imam Husain as.[16]

Teks Surat Imam Husain

Surat Imam Husain as yang ditujukan untuk penduduk Kufah

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِیمِ من الحسین بن علی الی إخوانه من المؤمنین و المسلمین، سلام علیكم فإنی أحمد إلیكم اللّه الذی لا إله إلا هو. أما بعد، فإن كتاب مسلم بن عقیل جاءنی یخبرنی فیه بحسن رأیكم و اجتماع ملئكم علی نصرنا و الطلب بحقنا، فسألت اللّه أن یحسن لنا الصنیع و أن یثیبكم علی ذلك أعظم الأجر، و قد شخصت إلیكم من مكة یوم الثلاثاء لثمان مضین من ذی الحجة یوم الترویة، فإذا قدم علیكم رسولی فاكمشوا أمركم وجدوا فإنی قادم علیكم فی أیامی هذه إن شاء اللّه، و السلام علیكم و رحمة اللّه و بركاته».

Terjemahan

'Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Dari Husain bin Ali untuk saudara-saudara dari kalangan Muslimin dan Mukminin. Salam untuk anda semua. Puji syukur kehadirat Allah swt yang tidak ada Tuhan selain Dia. Surat Muslim bin Aqil telah tiba ditangan saya. Saya mendapat kabar mengenai kesediaan dan kesepakatan kalian untuk membantu saya dan memperjuangkan hak. Saya berharap kepada Allah Swt agar merahmati pekerjaan kita dan memberikan pahala sebesar-besarnya untuk kebaikan kalian. Saya pada hari selasa 8 Dzulhijjah pada hari Tarawih berangkat dari Mekah untuk menemui kalian. Karena surat saya telah tiba di tangan kalian, karena itu bersegeralah, bersungguh-sungguhlah untuk mempersiapkan diri, yang insya Allah dalam waktu dekat saya akan bertemu dengan kalian. Salam, rahmat dan keberkahan Allah swt untuk kalian.'[17]

Tertangkapnya Abdullah bin Yaqthar

Ada dua nama yang disebutkan yaitu; Hashir bin Numair[18] atau Hushain bin Tamim [19] yang telah menangkap Abdullah bin Yaqthar lalu membawanya kehadapan Ubaidillah bin Ziyad. Ibnu Ziyad memerintahkan kepadanya untuk berdiri diatap istana dan menyampaikan kepada orang banyak mengenai hal-hal yang tidak baik untuk Imam Ali bin Abi Thalib as dan Imam Husain as. Namun ketika berada di atap istana bukan hanya menolak melecehkan Imam Husain as, Abdullah bin Yaqthar justru menghina Ibnu Ziyad. Penghinaan tersebut membuat Ibnu Ziyad murka, dan memerintahkan agar Abdullah bin Yaqthar dijatuhkan dari atap istana, yang kemudian menjadi sebab kesyahidannya.[20]

Ditemukannya Surat Muslim bin Aqil

Setelah kesyahidan Abdullah, Malik bin Yarbu'a at-Tamimi menemukan surat di tubuh Abdullah bin Yaqthar yang kemudian diberikannya kepada Ibnu Ziyad. Dalam surat tersebut tertulis, “Kepada Husain bin Ali bin Abi Thalib, amma ba'ad. Saya mengabarkan kepada anda, mayoritas dari penduduk Kufah menyatakan baiatnya kepada anda. Begitu surat ini tiba ditangan anda, segeralah bergerak menuju Kufah, karena mayoritas penduduknya bersama anda dan sama sekali tidak memiliki pembelaan untuk Yazid.[21]

Kesyahidan

Ibnu Ziyad memerintahkan agar Abdullah bin Yaqthar dilemparkan dari atap istana ke tanah. Tubuh Abdullah bin Yaqthar yang terhempas dari ketinggian menyebabkan tulangnya patah. Dalam keadaan tidak berdaya, seseorang menghampirinya dan memenggal kepalanya, untuk memastikan kematiannya. Melihat aksi keji tersebut, masyarakat seketika protes, Ibnu Ziyad membela anak buahnya dengan mengatakan, tindakan tersebut akan membuat Abdullah bin Yaqthar tidak merasakan kesakitan lebih lama. [22]Thabari meriwayatkan pembunuh Abdullah bin Yaqthar bernama Abdul Mulk bin Umair al-Lakhmi. [23] Ia dikenal dimasa pemerintahan Bani Umayyah sebagai hakim yang gemar berpesta pora dan mengumbar perbuatan buruk.[24]

Ibnu Katsir juga meriwayatkan kisah kesyahidan Abdullah bin Yaqthar dari Qais bin Musahhar. [25] Namun versinya mengatakan Abdullah bin Yaqthar syahid pada hari Asyura bersama Imam Husain as.[26] Syaikh Mufid juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Yaqthar adalah diantara yang syahid di padang Karbala di hari Asyura [27] yang juga menukil dari kesaksian Qais bin Musahhar,[28] meskipun dengan tambahan penjelasan bahwa riwayat tersebut kedudukannya lemah.[29]Ibnu Sa'ad menyebut kesyahidan Abdullah bin Yaqthar pada hari awal masuknya Ibnu Ziyad ke Kufah, yaitu sebelum kesyahidan Muslim bin Aqil.[30]

Ibnu Qutaibah dan Ibnu Maskawih berkata, “Seseorang yang diperintahkan Imam Husain as membawa surat untuk Muslim bin Aqil adalah Qais bin Musahhar. Sementara Abdullah bin Yaqthar diutus bersamaan dengan Muslim bin Aqil. Sewaktu Muslim bin Aqil mulai ditinggalkan penduduk Kufah dan mencabut baiat atasnya, ia mengutus Abdullah bin Yaqthar untuk menyampaikan kondisi pelik tersebut kepada Imam Husain as. Namun dalam perjalanan ia ditangkap oleh Hushain bin Tamim dan membawanya kepada ibnu Ziyad.[31]

Imam Husain as dan Kesyahidan Abdullah

Sewaktu kesyahidan Abdullah bin Yaqthar tiba di telinga Imam Husain as, Imam menyampaikan khutbahnya dihadapan para pendukungnya, setelah menyinggung tentang kematian Muslim bin Aqil, Hani bin Urwah, Qais bin Musahhar dan Abdullah bin Yaqthar, ia berkata, “Para pengikut kami telah menghinakan kami. Siapapun yang ingin meninggalkan kami, silahkan. Kami tidak akan menuntut apa-apa.” Pada saat itu Imam memberi kebebasan sepenuhnya kepada pengikutnya, apa tetap bersamanya melanjutkan perjalanan atau meninggalkannya.[32] Banyak dari mereka yang sebelumnya mengikuti Imam Husain as dengan berharap mendapatkan harta dan kenikmatan duniawi menyadari telah keliru sehingga memilih untuk meninggalkan Imam Husain as dan hanya tersisa sedikit dari mereka untuk terus bersama Imam Husain as. [33][34]

Syair Abdullah

• اذا كملت إحدی و ستون حجّة***الی خمسة من بعدهن ضرائح‏

Ketika tahun 61 H usai dan kubur lima orang telah lengkap

• و قام بنو لیث بنصر بن احمد*** یهزّون اطراف القنا و الصفائح‏

Bani Laitsa bangkit membela putra Ahmad dengan menghunus tombak-tombak dan pedang

• تعرفتهم شعث النواصی یقودها***من المنزل الاقصی شعیب بن صالح

Bahu-bahu mereka lebih dulu dari kepala mereka, rambut mereka jauh dari rumah mereka, pemimpin mereka adalah Syu'aib bin Shaleh

• و حدّثنی اذا أعلم الناس كلّه***ابو حسن أهل التقی و المدائح‏

Berkata kepada saya: Sepandai-pandainya orang adalah Abu al-Hasan, ahli takwa dan penebar kebaikan [35]

Pembawa Surat Abdullah atau Qais?

Banyak literatur yang mengisahkan mengenai proses kesyahidan Abdullah bin Yaqthar dan Qais bin Musahhar satu sama lain, sehingga untuk satu kisah yang sama namun dengan tokoh yang berbeda.

Namun kedua versi sejarah tersebut dapat ditemukan titik temunya, bahwa keduanya memang diutus membawa surat dan masing-masing mengambil jalan yang berbeda, namun keduanya tertangkap dalam perjalanan, yang kemudian menemukan kesyahidannya.[36]Sehingga dalam catatan sejarah, ada kemiripan kronologis kesyahidan antara keduanya.

Secara ringkas dapat ditulis sebagai berikut:

  1. Abdullah bin Yaqthar membawa surat dengan bergerak dari kawasan bernama Hajiz dan tertangkap disebuah daerah bernama Zabalah. [37][38] [39][40]
  2. Qais bin Musahhar berangkat dari daerah bernama Baidhah menuju Kufah dan tertangkap di 'Adzhib. [41]

Catatan Kaki

  1. Al-Khazāij wa al-Jarāih, al-Qhutub al-Rawandi, jld. 2, hlm. 550.
  2. Al-Ashābah, jld. 5, hlm. 8.
  3. Mausu'ah al-Tārikh al-Islami, al-Yusufi al-Gharawi, jld. 6, hlm. 113.
  4. Mausu'ah al-Tārikh al-Islami, al-Yusufi al-Gharawi, jld. 6, hlm. 113.
  5. Dzakhirah al-Dārain, al-Syirazi, hlm. 493.
  6. Tārikh al-Thabari, jld. 5, hlm. 398.
  7. Waqi'ah al-Thuf, hlm. 164.
  8. Dzakhirah al-Dārain, al-Syirazi, hlm. 494.
  9. Ibshār al-'Ain, al-Samawi, hlm. 93.
  10. Ibshār al-'Ain, al-Samawi, hlm. 93.
  11. Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 168.
  12. Ibshār al-'Ain, al-Samawi, hlm. 93.
  13. Tuhfatu al-Abrār, Ta'tib, hlm. 234.
  14. Dzakhirah al-Dārain, al-Syirazi, hlm. 494.
  15. Dzakhirah al-Dārain, al-Syirazi, hlm. 494.
  16. Al-Futuh (terj), matan, hlm. 582.
  17. Al-Irsyād, al-Mufid. jld. 2, hlm. 75.
  18. Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 168.
  19. Ibshār al-'Ain, al-Samawi, hlm. 94.
  20. Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 168.
  21. Bihār al-Anwār, al-Majlisi, jld. 44, hlm. 343.
  22. Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 169.
  23. Tārikh al-Thabari, jld. 5, hlm. 398.
  24. Taqrib al-Ma'arif, al-Halabi, hlm. 399.
  25. Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 8, hlm. 168.
  26. Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 8, hlm. 189.
  27. Al-Ikhtishās, al-Mufid, hlm. 83.
  28. Al-Irsyād, al-Mufid, jld. 2, hlm. 70.
  29. Al-Irsyād, al-Mufid, jld. 2, hlm. 70.
  30. Al-Thabaqāt al-Kubra, Khamisah 1, hlm. 460.
  31. Ibshāar al-'Ain, al-Samawi, hlm. 94.
  32. Ihqāq al-Haq, al-Syausytari, jld. 27, hlm. 159.
  33. Tārikh al-Thabari, jld. 5, hlm. 398.
  34. Anshāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 169.
  35. Al-Kharāij wa al-Jarāih, al-Quthub al-Rawandi, jld. 2, hlm. 550.
  36. Mausu'ah Karbala, Labib Baidhun, jld. 1, hlm. 552.
  37. Pezhuhesyi Piramun_e Syuhada_e Karbala, hlm. 319.
  38. Inshāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 167.
  39. Mausu'ah Karbala, Labib Baidhun, jld. 1, hlm. 553.
  40. Tajārib al-Umum, jld. 2, hlm. 60.
  41. Mausu'ah Karbala, Labib Baidhun, jld. 1, hlm. 553.

Daftar Pustaka

  • Abu Hatimi Tamimmi. Al-Sirah al-Nubuwah wa Akhbār al-Khulafā. Beirut: Al-Kutub al-Tsaqifah, 1417 H.
  • Abu Makhnaf, Luth bin Yahya al-Kufi. Wa'qiah al-Thaf. Penerjemah: Yusufi al-Gharawi, Muhammad Hadi. Qom: Jami'ah Mudarrisin, 1417 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya bin Jabir. Kitāb Jamal min Ansāb al-Asyrāf. Riset: Sahil Zakar dan Riyadh Zarkali. Beirut: Dar al-Fikr, cet. 1, 1417 H.
  • Halabi, Abu Shaleh. Taqrib al-Ma'ārif, Qom: Al Hadi, 1404 H.
  • Ibnu A'dzham al-Kufi. Al-Futuh. Penerjemah: Mastufi. Teheran: Sazman Intisyarat wa Amuzesyh Inqilab Islami, 1372 S.
  • Ibnu Hajar, Ahmad bin Ali al-'Asqalani. Al-Ishābah fi Tamyiz al-Shahābah. Riset: 'Adil Ahmad Abdul Maujud dan Ali Muhammad Ma'udh. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1415 H.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad bin Sa'ad Katib Waqdi. Al-Thabaqāt al-Kubra. Riset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1410 H.
  • Ibnu Katsir, Ismail bin Umar bin Katsir. Al-Bidāyah wa al-Nihāyah. Beirut: Dar al-Fikr, 1407 H.
  • Mufid. Al-Ikhtishāsh. Qom: Kongres Syekh Mufid, 1413 H.
  • Mufid. Al-Irsyād fi Ma'rifati Hujaj Allah 'aka al-'Ibād. Qom: Kongres Syekh Mufid, 1413 H.
  • Rawandi, Quthb. Al-Kharāij wa al-Jarāih. Qom: Madrasah al-Imam al-Mahdi afs, 1409 H.
  • Samawi, Muhammad bin Thahir. Ibsār al-'Ain fi Anshār al-Husain as. Qom: Univ. Syahid Muhallati, 1419 H.
  • Syaustari, al-Qadhi Nurullah al-Mar'asyi. Ihqāq al-Haq wa iz Hāq al-Bāthil. Qom: Maktabah Ayatullah al-Mar'asyi al-Najafi, 1419 H.
  • Syirazi, al-Sayid Abdul Majid al-Husaini al-Hairi. Dzakhirah al-Dārain fimā Yata'allaq bi Mashāib al-Husain as wa Ashābah. Qom: Zam-zam Hidayat.
  • Thabari, Abu Ja'far Muhammad bin Jarir. Tārikh al-Umum wa al-Muluk. Riset: Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim. Beirut: Dar al-Turats, cet. II, 1387 H.
  • Thabarsi, Hasan bin Ali. Tuhfah al-Abrar fi Manaqib al-Aimah al-Athhar Penerjemah: Abdurrahim Mubarak. Masyhad: Astan Quds Rezavi.
  • Yusufi al-Gharawi, Muhammad Hadi. Mausu'ah al-Tārikh al-Islami. Qom: Majma' Andisye-e Islami, 1417 H.